0 Bewertungen0% fanden dieses Dokument nützlich (0 Abstimmungen)
7 Ansichten28 Seiten
Dokumen tersebut membahas mengenai infeksi menular lewat transfusi darah (ILMTD) yang dapat terjadi akibat transfusi darah. Beberapa penyebab ILMTD yang dijelaskan antara lain hepatitis virus, malaria, Chagas disease, syphilis, babesiosis, sitomegalovirus, dan HIV. Langkah-langkah pencegahan penularan infeksi melalui darah transfusi juga dibahas.
Dokumen tersebut membahas mengenai infeksi menular lewat transfusi darah (ILMTD) yang dapat terjadi akibat transfusi darah. Beberapa penyebab ILMTD yang dijelaskan antara lain hepatitis virus, malaria, Chagas disease, syphilis, babesiosis, sitomegalovirus, dan HIV. Langkah-langkah pencegahan penularan infeksi melalui darah transfusi juga dibahas.
Dokumen tersebut membahas mengenai infeksi menular lewat transfusi darah (ILMTD) yang dapat terjadi akibat transfusi darah. Beberapa penyebab ILMTD yang dijelaskan antara lain hepatitis virus, malaria, Chagas disease, syphilis, babesiosis, sitomegalovirus, dan HIV. Langkah-langkah pencegahan penularan infeksi melalui darah transfusi juga dibahas.
STIKES GUNA BANGSA Transfusi Transfusi Darah adalah pemindahan darah atau suatu komponen darah dari seseorang (donor) kepada orang lain (resipien). Transfusi darah merupakan suatu tindakan medis yang bertujuan mengganti kehilangan darah pasien akibat kecelakaan, operasi pembedahan atau oleh karena suatu penyakit. Darah yang tersimpan di dalam kantong darah dimasukan ke dalam tubuh yang dapat berupa darah lengkap atau komponen darah Tujuan transfusi 1. Memelihara dan mempertahankan kesehatan donor. 2. Memelihara keadaan biologis darah atau komponen agar tetap bermanfaat. 3. Memelihara dan mempertahankan volume darah yang normal pada peredaran darah (stabilitas peredaran darah). 4. Mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah. 5. Meningkatkan oksigenasi jaringan. 6. Memperbaiki fungsi Hemostatis. 7. Tindakan terapi kasus tertentu Meski fungsinya sangat banyak dan kadang sangat dibutuhkan sekali , tapi banyak faktor harus diperhatikan, mengingat transfusi semacam transplantasi/ memindahkan sesuatu yang viable perlu ke hati2an reaksi silang Meski sudahdilakukan reaksisilang dan juga prinsip sterilitas sangat diperhatikan tapi masih bisa terjadi reaksi tranfusi REAKSI TRANSFUSI
PENGERTIAN
suatu reaksi penolakan / sampingan
yang disebabkan tindakan transfusi darah yang pada hakekatnya adalah suatu tindakan transplantasi jaringan (dalam bentuk cair) Klasifikasi Reaksi transfusi menurut WHO
Reaksi transfusi akut; terjadi segera atau dalam 24
jam post transfusi Berdasarkan gejala kliniknya reaksi transfusi akut dibagi atas 3kategori 1. Reaksi ringan gejala muncul beberapa menit setelah diberikan berupa;urtikaria, rash, gatal akibat dikeluarkannya histamin secara lokal akibat hypersensitivitas terhadap protein yang terdapat dalam plasma donor 2. Reaksi sedang:gejala klinik muncul dalam waktu 30 - 60 menit post transfusi antara lain; rigors, flushing, urtikaria Penderita akan merasa gelisah dan mengeluh sakit kepala, gatal, ber debar2 dan sesak nafas Terjadi pada 1-2% penderita yang mendapat transfusi trombosit, terutama secara reguler. Dapat disebabkan karena lekosit yang ada dalam komponen yang disimpan melepaskan sitokin, atau reaksi antara lekosit donor dengan antibodi dalam plasma resipien yang mengakibatkan terbentuknya pirogen 3. Reaksi tranfusi lambat ; dibedakan atas 2 kategori 1. ILMTD penyakit infeksi yang dapat ditularkan melalui transfusi; bisa karena virus, protozoa maupun bakteri 2. Reaksi lain; misalnya Delayed hemolytic transfusion reaction, post transfusion purpura, graft-versus-host disease dan hemokromatosis IMLTD Infeksi yang ditularkan lewat transfusi darah Ada beberapa penyebab,namun yang banyak dikaji adalah hepatitis virus, karena dapat berjalan tanpa gejala dan dapat bersifat kronik; hepatitis B, hepatitis C, dan Epstein Bar virus,serta cytomegalovirus Parasit : Malaria, Chagas disease, Syphilis, Babesiosis, Creutzfeldt-Jakob Disease Bakteri, bisa Gram(+) maupun Gram (-) sebagai penyebab, antara lain pseudomonas, Yersinia, Serratia, bakteri saprofit pada kulit. Bakteri yang paling sering dijumpai pd transfusi trombosit; Staphilokokus, streptokokus, Klebsiela dan Serratia HEPATITIS Hepatitis Infeksi hepatitis merupakan penyebab IMLTD paling banyak dan secara klinis penting karena dapat berjalan tanpa gejala dan dapat menjadi kronis terutama hepatitis B. 25 - 30% IMLTD disebabkan karena hepatitis B Hepatitis lainnya, hepatitis C, hepatitis non A- non B,cytomegalovirus( CMV) dan Epstein- Bar Virus ( EBV) 1. HEPATITIS VIRUS Penularan virus hepatitis merupakan salah satu bahaya/ resiko besar pada transfusi darah. Diperkirakan 5-10 % resipien transfusi darah menunjukkan kenaikan kadar enzim transaminase, yang merupakan bukti infeksi virus hepatitis. Sekitar 90% kejadian hepatitis pasca transfusi disebabkan oleh virus hepatitis non A non B. Hepatitis virus sangat infeksious dan angka kejadiannya paling tinggi Perkiraan resiko penularan hepatitis B sekitar 1 dari 200.000 dan hepatitis C > besar 1: 10.000 Dengan ditemukannya marker penunjang diagnose angka kejadian hepatitis B dan C menurun drastis Resiko yang membahayakan bila donor adalah pengidap hepatitis tapi dalam stadiumWindow period maka kemungkinan penularan tidak bisa dicegah Resiko tertular hepatitis juga terjadi bila baik eritrosit, trombosit, plasma maupun cryopresipitat berasal dari carier hepatitis 2. AIDS (Acquired Immune Deficiency syndrome)
Penularan retrovirus HIV telah diketahui dapat terjadi
melalui transfusi darah, yaitu dengan rasio 1:670.000, meski telah diupayakan penyaringan donor yang baik dan ketat. Virus yang bertanggung jawab untuk penyakit ini, HIV-1, ditularkan melalui transfusi darah. Pada dasarnya ditandai respon imun penderita yang rendah Semua darah dites untuk mengetahui adanya anti-HIV-1 dan - 2 antibodi . Dengan adanya FDA yang menguji asam nukleat memperkecil waktu kurang dari satu minggu dan menurunkan resiko dari penularan HIV melalui tranfusi 1:1.900.000 tranfusi 3. Infeksi CMV Infeksi CMV hampii selalu tanpa gejala, pada dewasa dan anak- anak, tetapi dapat bermanifestasi sebagai sindrom mirip mononukleosis Pada bayi dan pasien imunosupresi ,CMV menyebabkan oesofagitis, kolitis, hepatitis,pneumonitis, kario retinitis dan meningo encephalitis Penularan intra uterin atau perinatal lewat ASI, dahak, saliva, cairan vagina dan lewat transfusi atau transplantasi cangkokan yang terinfeksi Meski 95% bayi2 yang terinfeksi secara kongenital tidak menunjukkan gejala, CMV dapat menyebabkan penyakit Inklusi sitomegalik(CID/ Cytomegalic Inclusion Disease) khususnya yang terifeksi maternal inisial Manifestasi CID; anemia hemolitik, ikterus, hepatosplenomegali, pneumonitis, tuli, karioretinitis dan kerusakan otak Penularan CMV terutama berbahaya bagi neonatus yang lahir premature atau pasien dengan imunodefisiensi. Biasanya virus ini menetap di leukosit donor, hingga penyingkiran leukosit merupakan cara efektif mencegah atau mengurangi kemungkinan infeksi virus ini. Transfusi sel darah merah rendah leukosit merupakan hal terbaik mencegah CMV CMV merupakan mikroorganisme patogen oportunis yang paling sering ditemukan pada penyakit AIDS Cytomegalovirus (CMV) dan Epstein-Barr Virus umumnya menyebabkan penyakit sistemik ringan atau asimptomatik. Yang kurang menguntungkan, pada beberapa individu menjadi pembawa infeksi asimptomatik; lekosit dalam darah dari donor dapat menularkan virus. Pasien immunosupresi dan Immunocompromise ( misalnya, bayi prematur dan penerima transplantasi organ ) peka terhadap infeksi CMV berat setelah tranfusi. Idealnya, . pasien- pasien menerima hanya CMV negative. Bagaimanapun, studi terbaru menunjukkan bahwa resiko transmisi CMV dari transfusi dari darah yang leukositnya berkurang sama dengan tes darah yang CMV negative. Oleh karena itu, pemberian darah dengan leukosit yang dikurangi secara klinis cocok diberikan pada pasien seperti itu 4 .MALARIA Menjangkiti 300 juta penduduk di seluruh dunia menyebabkan kematian 1 juta orang setiap tahunnya Plasmodium falcifarum penyakit malaria yang berat Plasmodium ovale, vivax dan malariae penyakit malaria yang ringan Semua spesies ditularkan nyamuk anopheles Merupakan penyakit yang endemis di negara tropis termasuk Indonesia Di Indonesia yang dominan mal tropika/falcifarum dan malaria tertiana benigna/ vivax Penyebaran Malaria di Indonesia Siklus hidup plasmodium Sporosit yg disuntikan nyamuk betina hepatosit dgn terikat pd reseptor trombopondin dan properdin Parasit memperbanyak diri hepatosit ruptur merozoit >30000 , juga hipnozoit eksaserbasi Merozoit menempel permukaan eritrosit trofozoit membelah diri Skizon merozoit baru eritrosit lisis lepas terjadi siklus infeksi erit berikutnya Sebagian parasit berkembang biak menjadi bentuk seksual( gametosit) masuk tubuh nyamuk CHAGAS DISEASE Terjadi di Amerika Selatan dan disebabkan olehTrypanosoma Cruzi ( suatu protozoa intra sel) Trypanosoma cruzi ditularkan antar binatang; (anjing-kucing- rodensia) dan manusia lewat serangga kissing bugs( triatomids) yang meneruskan parasit ke dalam fecesnya waktu menggigit Penyakit Chagas yang akut dapat ringan atau berat ( parasitemia tinggi, demam, atau pelebaran jantung yang progresif dan gagal jantung.) 20% penderita, Chagas kronis timbul bbrp tahun kemudian: Inflamasi miokard kardiomyopathi dan aritmia Kerusakan flexus mesenterikus pelebaran kolon dan oesophagus Babesiosis Babesia microti merupakann protozoa mirip malaria Ditularkan dari mencit berkaki - putih kepada manusia oleh sengkenit atau kadang2 ditularkan lewat transfusi darah Babesia menyebabkan demam dan melalui parasitisasi eritrosit, menimbulkan anemia hemolitik yang berat terutama pada orang2 yang keadan umumnya buruk atau yang menjalani splenektomi Syphilis Disebabkan oleh treponema pallidum Ditularkan secara seksual atau transplasental Syphilis primer; terjadi sekitar 3 minggu setelah kontak seksual orang yang terinfeksi Siphilis sekunder:terjadi 2hingga10 minggu kemudian pada 75% penderita yang tidak diobati dgn penyebaran spirochaeta kekulit( lesi makulopapuler, bersisik atau pustuler dan erosi superficial pada jaringan mukocutaneus) Lesi superficial , tdk terasa nyeri, spirochaeta infektious (+) Limfadenopathy, demam ringan, malaise dan penurunan BB sering terjadi Lesi mukokutaneus memperlihatkan infiltrasi sel plasma dan endarteritis obilterans Syphilis tertier terjadi pada 1/3 penderita yang tidak diobati S cardiovaskuler, (. 80 % dari syphilis tertier) meliputi aortitis dilatasi radix dan arcus aorta & aneurisma dan insufisiensi katup aorta Neuro syphilis dapat bersifat asimptomatik; meningo vaskuler, tabes dorsalis dan penyakit yang menyeluruh pada parenkim otak, atau simptomatik (kelainan cairan otak; pleiositosis, kadar protein kadar glukose ) Syphilis congenital biasanya terjadi pada ibu hamil dengan syphilis primer atau sekunder Creutzfeldt-Jakobs Disease (CJD) Suatu bentuk infeksi pada sistem syaraf yang sangat progresive dan fatal Disebabkan oleh agen infeksi yang disebutprion Angka kejadian CJD pada kasus2 yang mengalami transplantasi organ yang berasal dari hormon pertumbuhan manusia yang terinfeksi CJD ( hipophise, cornea, duramater) CJD resikonya sangat fatal yg pernah menerima donor tsb diatas dan juga klg dgn riwayat keluarga CJD dilarang jadi donor CJD akibat transfusi darah belum pernah dilaporkan INFEKSI BAKTERI Kontaminasi bakteri jarang terjadi, angka kejadian yang sesungguhnya belum pernah dilaporkan atau mungkin tidak diperhitungkan Pernah dilaporkan angka kejadian bakterial sepsis akibat transfusi 1 per 6.000.000 kasus Resiko terjadi lebih banyak pada transfusi akibat trombosit, meningkat sangat menonjol menjadi 1per 1.000 konsentrat trombosit Penyebabnya; kantong darah, kulit yang kurang steril waktu membersihkan, infeksi bakteriil yg asimtomatik meski skreening dan tehnik pelaksanaan sdh ditingkatkan angka kejadian belum menurun secara nyata KESIMPULAN Transfusi adalah pemindahan darah dari donor ke resipien Kegunaan sangat banyak, tetapi diperlukan skreening donor yang ketat mengingat terjadinya reaksi transfusi yang sangat merugikan Reaksi transfusi salah satunya berupa IMLTD yang bisa disebakan oleh virus, protozoa maupun bakteri