Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Pembagian Semua kasus (%) Sputum positif Semua kasus (%) Sputum positif Jumlah Per 100 000
daerah WHO (Ribu) penduduk
Bahan pemeriksaan/spesimen yang berbentuk cairan dikumpulkan/ditampung dalam pot yang bermulut lebar, diameter 6 cm
atau lebih dengan tutup berulir, tidak mudah pecah dan tidak bocor. Apabila ada fasiliti, spesimen tersebut dapat dibuat sediaan
apus pada gelas objek (difiksasi) sebelum dikirim ke laboratorium. Bahan pemeriksaan hasil BJH, dapat dibuat sediaan apus kering
di gelas objek, atau untuk kepentingan biakan dan uji resistensi dapat ditambahkan NaCl 0,9% 3-5 ml sebelum dikirim ke
laboratorium.
Spesimen dahak yang ada dalam pot (jika pada gelas objek dimasukkan ke dalam kotak sediaan) yang akan dikirim ke
laboratorium, harus dipastikan telah tertulis identiti pasien yang sesuai dengan formulir permohonan pemeriksaan laboratorium.
Bila lokasi fasiliti laboratorium berada jauh dari klinik/tempat pelayanan pasien, spesimen dahak dapat
dikirim dengan kertas saring melalui jasa pos.
Cara pembuatan dan pengiriman dahak dengan kertas saring:
- Kertas saring dengan ukuran 10 x 10 cm, dilipat empat agar terlihat bagian tengahnya
- Dahak yang representatif diambil dengan lidi, diletakkan di bagian tengah dari kertas saring sebanyak +
1 ml
- Kertas saring dilipat kembali dan digantung dengan melubangi pada satu ujung yang tidak
mengandung bahan dahak
- Dibiarkan tergantung selama 24 jam dalam suhu kamar di tempat yang aman, misal di dalam dus
- Bahan dahak dalam kertas saring yang kering dimasukkan dalam kantong plastik kecil
- Kantong plastik kemudian ditutup rapat (kedap udara) dengan melidahapikan sisi kantong yang
terbuka dengan menggunakan lidi
- Di atas kantong plastik dituliskan nama pasien dan tanggal pengambilan dahak
- Dimasukkan ke dalam amplop dan dikirim melalui jasa pos ke alamat laboratorium.
Cara Pemeriksan
Pemeriksaan mikroskopik:
Mikroskopik biasa: pewarnaan Ziehl-Nielsen
lnterpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan
Mikroskopik fluoresens : pewarnaan auramin- ialah bila :
rhodamin (khususnya untuk screening) - 3 kali positif atau 2 kali positif, 1 kali negatif BTA positif
Pemeriksaan biakan kuman M.tuberculosis - 1 kali positif, 2 kali negatif ulang BTA 3 kali, kemudian
dengan metode konvensional ialah dengan cara : bila 1 kali positif, 2 kali negatif BTA positif
- Egg base media: Lowenstein-Jensen (dianjurkan), bila 3 kali negatif BTA negatif
Ogawa, Kudoh
- Agar base media : Middle brook
Interpretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD
Melakukan biakan dimaksudkan untuk
Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung
mendapatkan diagnosis pasti, dan dapat
Disease) :
mendeteksi Mycobacterium tuberculosis dan juga
- Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif
Mycobacterium other than tuberculosis (MOTT).
- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah
Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan
kuman yang ditemukan :
beberapa cara, baik dengan melihat cepatnya
1. Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)
pertumbuhan, menggunakan uji nikotinamid, uji
2. Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+)
niasin maupun pencampuran dengan cyanogen
3. Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+)
bromide serta melihat pigmen yang timbul
Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar : foto toraks PA. Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk
Pemeriksaan lain atas indikasi: foto lateral, top-lordotik, kepentingan pengobatan dapat dinyatakan
oblik, CT-Scan. sebagai berikut (terutama pada kasus BTA (-)) :
-Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian
Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi
dari 1 atau 2 paru dengan luas tidak lebih dari
gambaran bermacam-macam bentuk (multiform). sela iga 2 depan (volume paru yang terletak di
Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif : atas chondrostemal junction dari iga kedua depan
- Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis 4
posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah atau korpus vertebra torakalis 5), serta tidak
dijumpai kaviti
- Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan
-Lesi luas Bila proses lebih luas dari lesi minimal
opak berawan atau nodular
- Bayangan bercak milier
- Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif
- Fibrotik
- Kalsifikasi
- Schwarte atau penebalan pleura
Luluh paru (destroyed Lung) :
kerusakan jaringan paru yang berat, biasanya secara klinis disebut luluh paru.
Gambaran radiologi luluh paru terdiri dari atelektasis, ektasis/ multikaviti dan
fibrosis parenkim paru. Sulit untuk menilai aktiviti lesi atau penyakit hanya
berdasarkan gambaran radiologi tersebut.
-Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi untuk memastikan aktiviti proses penyakit
Pemeriksaan Penunjang lain
1.Analisis Cairan Pleura : Pemeriksaan analisis cairan pleura dan uji Rivalta cairan pleura perlu dilakukan pada
pasien efusi pleura untuk membantu menegakkan diagnosis. Interpretasi hasil analisis yang mendukung
diagnosis tuberkulosis adalah uji Rivalta (+) dan kesan cairan eksudat, serta pada analisis cairan pleura
terdapat sel limfosit dominan dan glukosa rendah
2.Pemeriksaan histopatologi jaringan
untuk membantu menegakkan diagnosis TB. Bahan jaringan dapat diperoleh melalui biopsi atau otopsi, yaitu :
Biopsi aspirasi dengan jarum halus (BJH) kelenjar getah bening (KGB)
Biopsi pleura (melalui torakoskopi atau dengan jarum abram, Cope dan Veen Silverman)
Biopsi jaringan paru (trans bronchial lung biopsy/TBLB) dengan bronkoskopi, trans thoracal needle
aspiration/TTNA, biopsi paru terbuka).
Otopsi
Pada pemeriksaan biopsi sebaiknya diambil 2 sediaan, satu sediaan dimasukkan ke dalam larutan salin dan
dikirim ke laboratorium mikrobiologi untuk dikultur serta sediaan yang kedua difiksasi untuk pemeriksaan
histologi.
3. Pemeriksaan darah, tidak spesifik : Laju endap
darah ( LED) meningkat (TB aktif).
LED jam pertama dan kedua dapat digunakan
sebagai indikator penyembuhan pasien.
4.Uji tuberkulin
Uji tuberkulin yang (+) menunjukkan ada infeksi
tuberkulosis.
Di Indonesia dengan prevalens tuberkulosis yang
tinggi, uji tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik
penyakit kurang berarti pada orang dewasa. Uji
ini akan mempunyai makna bila didapatkan
konversi, bula atau apabila kepositivan dari uji
yang didapat besar sekali. Pada malnutrisi dan
infeksi HIV uji tuberkulin dapat memberikan hasil
negatif.
Pengobatan TB
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4
atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan tambahan.
1.Jenis obat utama (lini 1) : INH, Rifampisin, Pirazinamid, Streptomisin, Etambutol
2.Jenis obat tambahan lainnya (lini 2): Kanamisi, Amikasin, Kuinolon
Obat lain masih dalam penelitian yaitu makrolid dan amoksilin + asam klavulanat
Beberapa obat berikut ini belum tersedia di Indonesia antara lain : Kapreomisin, Sikloserino, PAS
(dulu tersedia), Derivat rifampisin dan INH, Thioamides (ethionamide dan prothionamide)
Kemasannya tdd:
- Obat tunggal, Obat disajikan secara terpisah, masing-masing INH, rifampisin, pirazinamid dan
etambutol.
- Obat kombinasi dosis tetap (Fixed Dose Combination FDC) : Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari
3 atau 4 obat dalam satu tablet
Tabel 1. Jenis dan dosis OAT
Obat Dosis Dosis yg dianjurkan DosisMaks Dosis (mg) / berat badan
(Mg/Kg (mg) (kg)
BB/Har Harian (mg/ Intermitten (mg/ < 40 40-60 >60
i) kgBB /hari) Kg/BB/kali)
Penentuan dosis terapi kombinasi dosis tetap 4 obat berdasarkan rentang dosis yang telah ditentukan
oleh WHO merupakan dosis yang efektif atau masih termasuk dalam batas dosis terapi dan non toksik.
Pada kasus yang mendapat obat kombinasi dosis tetap tersebut, bila mengalami efek samping serius
harus dirujuk ke rumah sakit / dokter spesialis paru / fasiliti yang mampu menanganinya.
RINGKASAN PADUAN OAT
Kategori Kasus Paduan obat yang diajurkan Keterangan
Tidak nafsu makan, mual, sakit perut Rifampisin Obat diminum malam sebelum tidur
Nyeri sendi Pyrazinamid Beri aspirin /allopurinol
Kesemutan s/d rasa terbakar di kaki INH Beri vitamin B6 (piridoksin) 1 x 100 mg perhari
Warna kemerahan pada air seni Rifampisin Beri penjelasan, tidak perlu diberi apa-apa
Mayor Hentikan obat
Gatal dan kemerahan pada kulit Semua jenis OAT Beri antihistamin dan dievaluasi ketat
Tuli Streptomisin Streptomisin dihentikan
Gangguan keseimbangan (vertigo dan Streptomisin Streptomisin dihentikan
nistagmus)
Ikterik / Hepatitis Imbas Obat Sebagian besar OAT Hentikan semua OAT sampai ikterik menghilang
(penyebab lain disingkirkan) dan boleh diberikan hepatoprotektor
Muntah dan confusion (suspected Sebagian besar OAT Hentikan semua OAT dan lakukan uji fungsi hati
drug-induced pre-icteric hepatitis)
Gangguan penglihatan Etambutol Hentikan etambutol
Kelainan sistemik, termasuk syok dan Rifampisin Hentikan rifampisin
purpura
PENGOBATAN SUPORTIF /
SIMPTOMATIK
Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat, pasien dapat dibeikan rawat jalan. Selain OAT kadang perlu
pengobatan tambahan atau suportif/simptomatis untuk meningkatkan daya tahan tubuh atau mengatasi
gejala/keluhan.
1. Pasien rawat jalan
a. Makan makanan yang bergizi, bila dianggap perlu dapat diberikan vitamin tambahan (pada prinsipnya tidak ada
larangan makanan untuk pasien tuberkulosis, kecuali untuk penyakit komorbidnya)
b. Bila demam dapat diberikan obat penurun panas/demam
c. Bila perlu dapat diberikan obat untuk mengatasi gejala batuk, sesak napas atau keluhan lain.
2. Pasien rawat inap
Indikasi rawat inap :
TB paru disertai keadaan/komplikasi sbb : Batuk darah massif, Keadaan umum buruk, Pneumotoraks, Empiema, Efusi
pleura masif / bilateral, Sesak napas berat (bukan karena efusi pleura)
TB di luar paru yang mengancam jiwa : TB paru milier & Meningitis TB
Pengobatan suportif / simptomatis yang diberikan sesuai dengan keadaan klinis dan indikasi rawat.
TB pada Keadaan Khusus
TB MILIER Rawat inap PLEURITIS EKSUDATIVA TB (EFUSI PLEURA TB)
Paduan obat: 2 RHZE/ 4 RH Paduan obat: 2RHZE/4RH.
Pada keadaan khusus (sakit berat), tergantung keadaan klinis, - Evakuasi cairan, dikeluarkan seoptimal mungkin,
radiologi dan evaluasi pengobatan, maka pengobatan lanjutan sesuai keadaan pasien dan dapat diberikan
dapat diperpanjang kortikosteroid
Pemberian kortikosteroid tidak rutin, hanya diberikan pada - Hati-hati pemberian kortikosteroid pada TB
keadaan: Tanda / gejala meningitis, Sesak napas, Tanda / dengan lesi luas dan DM.
gejala toksik, Demam tinggi
- Evakuasi cairan dapat diulang bila diperlukan
Nukleotida RTI
TDF 300 mg 1x/hari
Non nukleosid RTI (NNRTI)
Efavirenz (EFV) 600 mg 1x/hari
Nevirapine (NVP) 200 mg 1x/hari untuk 14 hari kemudian 200 mg 2x/hari