Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Al Quran
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Anggota : Alfredo Vicausar
: Annash Nabila Untari
: Intan Oktari
: Khairunnisa Ramadhani
: Mohamad Reza
: Primastuty Ariani
Kelas : X MIA 2
Pengertian Al
Quran
Dari segi bahasa, Al-Qur’ān berasal dari kata qara’a – yaqra’u –
qirā’atan – qur’ānan, yang berarti sesuatu yang dibaca atau
bacaan. Ada beberapa pendapat mengenai pengertian Al-Qur’an
yaitu :
• Menurut ejaan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Al-Qur’an adalah
kitab suci agama Islam.
• Manna’al-Qathan , ia mendefenisikan Al-Qur’an adalah kalam
Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dan
beribadah dalam membacanya.
• Ali Ashabuni, Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang
mengandung mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW dan Rasul dengan perantara malikat jibril. Mukjizat adalah
sesuatu yang membuat laanna lemah atau membujuk agar orang
untuk beriman
"Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur'an (di dalam dadamu) dan (menetapkan)
bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami telah
membacakannya, hendaklah kamu ikuti bacaannya". (Al-Qiyāmah 75:17-18)
Al-Qur’an menurut terminology ( istilah ) adalah nama bagi kalamullah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Yang ditulis dalam mushhaf. Secara lengkap Dr.Bakhri
Syaikh Amin mendefenisikan Al-Qura’an sebagai berikut :
Adapun kedudukan Al- Qur’an dalam Islam yaitu bagi umat islam, Al-
Qur’an adalah sumber yang asasi bagi syari’at (hukum) islam. Dari
Al- Qur’an lah dasar-dasar hukum islam beserta cabang-
cabangnya digali.
Agama islam, agama yang dianut oleh ratusan juta jiwa di seluruh
dunia merupakan tujuan hidup yang menjamin kebahagiaan hidup
pemeluknya didunia dan di akhirat kelak.
Agama islam datang dengan Al- Qur’an membuka lebar-lebar mata
manusia, agar mereka menyadari jati diri dan hakikat keberadaan
mereka dipentas bumi ini. Dan juga mereka tidak terlena dengan
kehidupan ini, sehingga mereka tidak menduga bahwa hdup
merekahanya dimulai dengan kelahiran dan diakhiri dengan
kematian.
Al- Qur’an mengajak mereka berpikir tentang kekuasaan Allah, untuk
mencapai kebahagiaan hidup di akhirat kelak manusia memerlukan
peraturan-peraturan untuk mencapai hal tersebut.
Keutamaan Membaca
Al Quran
Dari sahabat Abu Umamah Al-Bahili RA : Saya mendengar Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
َ آن فَ ِإنَّهُ يَأْتِى يَ ْو َم ا ْل ِقيَا َم ِة
ْ َ ش ِفيعًا أل
ص َحا ِبه ْ
َ اق َر ُءوا ا ْلقُ ْر
“Bacalah oleh kalian Al-Qur`an. Karena ia (Al-Qur`an) akan datang pada Hari
Kiamat kelak sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang rajin
membacanya.” [HR. Muslim 804]
Nabi SAW memerintahkan untuk membaca Al-Qur`an dengan bentuk
perintah yang bersifat mutlak. Sehingga membaca Al-Qur`an diperintahkan
pada setiap waktu dan setiap kesempatan. Lebih ditekankan lagi pada
bulan Ramadhan.
Nanti pada hari Kiamat, Allah SWT akan menjadikan pahala membaca Al-
Qur`an sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, datang memberikan syafa’at
dengan seizin Allah kepada orang yang rajin membacanya.
Dari sahabat Abu Musa Al-Asy’ari RA berkata, bahwa
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Perumpaan seorang mu`min yang rajin membaca Al-
Qur`an adalah seperti buah Al-Atrujah : aromanya
wangi dan rasanya enak. Perumpamaan seorang
mu`min yang tidak membaca Al-Qur`an adalah
seperti buah tamr (kurma) : tidak ada aromanya
namun rasanya manis.
Perumpamaan seorang munafiq namun ia rajin
membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Raihanah :
aromanya wangi namun rasanya pahit. Sedangkan
perumpaan seorang munafiq yang tidak rajin
membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Hanzhalah :
tidak memiliki aroma dan rasanya pun pahit.” [Al-
Bukhari 5427, Muslim 797]
Perilaku Mulia
1. Gemar membaca dan mempelajari al-Qur’ān baik ketika sedang sibuk ataupun
santai.
2. Berusaha sekuat tenaga untuk merealisasikan ajaran-ajaran al-Qur’ān.
3. Mencintai orang-orang yang senantiasa berusaha mempelajari dan mengamalkan
ajaran-ajaran al-Qur’ān.
4. Kritis terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi dengan terus-menerus
berupaya agar tidak keluar dari ajaran-ajaran al-Qur’ān dan Sunnah.
5. Aktif bertanya dan berdiskusi dengan orang-orang yang dianggap memiliki
keahlian agama dan berakhlak mulia.
6. Berhati-hati dalam bertindak dan melaksanakan sesuatu, apakah boleh dikerjakan
ataukah ditinggalkan.
7. Selalu berusaha keras untuk mengerjakan segala kewajiban serta meninggalkan
dan menjauhi segala larangan.