Sie sind auf Seite 1von 20

REFARAT

HIFEMA

Supervisor Pembimbing :

dr. Laya Rares, Sp.M


BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Hifema adalah masuknya darah ke dalam bilik
mata depan (COA) biasanya setelah trauma
mata.
Merupakan (self-limiting disease) dan jarang
menyebabkan kebutaan permanen
Dapat bersifat traumatik, iatrogenik, dan
spontan
 Hifema mempunyai beberapa komplikasi seperti
glaukoma, corneal blood staining, atau atrofi optik

 Nyeri pada mata, disertai dengan epifora dan


blefarospasme. Penglihatan pasien kabur dan akan
sangat menurun. Terdapat penumpukan darah yang
terlihat dengan mata telanjang bila jumlahnya cukup
banyak merupakan gejala klinik hifema.

 Prognosis tergantung pada banyaknya darah yang


tertimbun pada bilik mata depan dan tidak adanya
komplikasi.
A. ANATOMI
3 lapisan jaringan (tunik) bola mata

 Lapisan luar fibrosa

 Lapisan tengah vaskular (uvea)

 Lapisan dalam neural (retina)


Vaskularisasi bola mata
B. DEFINISI & ETIOLOGI HIFEMA
Hifema merupakan keadaan dimana terdapat darah didalam
bilik mata depan, yaitu daerah di antara kornea dan iris, yang
dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh
darah iris atau badan siliar dan bercampur dengan humor
aqueus (cairan mata) yang jernih.
• Berdasarkan penyebabnya, hifema terbagi
menjadi yakni:
1. Hifema traumatik
2. Hifema iatrogenik
3. Hifema spontan (Neovaskularisasi, Neoplasma,
Hematologi, Penggunaan obat-obatan)
C. Gejala dan Tanda
- Penurunan tajam penglihatan
- Sakit kepala
- Fotofobia
- Adanya darah
- Peningkatan TIO
Klasifikasi Hifema

Keberadaan darah di Kamera Okuli


Grade
Anterior (COA)
1 Kurang dari 1/3
2 1/3 sampai ½
3 Lebih dari ½
4 Total (Penuh)
a.k.a blackball / 8-ball hyphema
Komplikasi Hifema :
• Peningkatan tekanan intraokular secara akut,
yakni suatu glaukoma traumatik
• Atrofi optik, terutama akibat glaukoma
traumatik
• Perdarahan ulang atau perdarahan sekunder
• Sinekia posterior
• Sinekia anterior, terutama pada kondisi hifema
yang lebih dari 9 hari
• Corneal blood staining, yakni adanya deposisi dari
hemoglobin dan hemosiderin pada stroma
kornea akibat keberadaan darah hifema total
yang umumnya disertai dengan peningkatan
tekanan intraokular. Corneal blood staining dapat
menghilang, namun memerlukan waktu
berbulan-bulan hingga bertahun-tahun lamanya.
• Glaukoma kronik
D. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaanya sebagai berikut:
• Menghentikan perdarahan
• Mencegah terjadinya perdarahan
sekunder
• Mengeliminasi darah dari COA dengan
mempercepat absorbsi
• Mengontrol glaukoma sekunder dan
menghindari komplikasi yang lain
• Berusaha mengobati kelainan yang
menyertai hifema
Perawatan dengan cara konservatif :
1.Tirah baring( Bed res total)
2.Bebat mata
3. Memberikan sedasi/penenang
4. Pemantauan berkala (setiap hari) tentang tajam
penglihatan, tekanan intraokular, serta regresi hifema.

Wallace Rule of Nines


Perawatan Operatif
Tindakan operatif dilakukan jika ditemukan adanya
indikasi
• Corneal blood staining
• Riwayat sickle cell trait, dengan tekanan intraokular di
atas 24 mmHg lebih dari 24 jam
• Hifema dengan derajat lebih dari 50% COA selama 9
hari atau lebih.
• Hifema total, dengan tekanan intraokular lebih dari 50
mmHg selama 4 hari atau lebih meskipun sudah
mendapatkan terapi medik secara maksimal
• Hifema total atau hifema dengan derajat >75% COA,
dengan tekanan intraokular lebih dari 25 mmHg selama
lebih dari 6 hari meskipun sudah mendapatkan terapi
medik secara maksimal.
Prognosis
Prognosis pada kasus hifema ditentukan
berdasarkan pulihnya tajam penglihatan pasien.

Dalam menentukan kasus hifema perlu


dipertimbangkan:
• Kerusakan struktur mata lain
• Perdarahan sekunder
• Komplikasi lain: glaukoma, corneal blood
staining, serta atrofi optik
• Secara umum, hifema grade I memiliki
kemungkinan 80% untuk mencapai tajam
penglihatan minimal 6/12. Hifema yang lebih
tinggi, yakni grade II memiliki kemungkinan
60%, sedangkan pada hifema total kemungkinan
tajam penglihatan minimal 6/12 relatif rendah,
yakni sekitar 35%.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
 Hifema traumatik adalah masuknya darah ke dalam bilik
mata depan (COA) biasanya setelah trauma mata.
 Merupakan (self-limiting disease) dan jarang menyebabkan
kebutaan permanen jika tidak terdapat kerusakan terkait
lainnya pada kornea, lensa, dan saraf optik.Apabila dilakukan
diagnosis dan penanganan yang dini dan tepat maka akan
menghasilkan prognosis yang lebih baik.
 Pada umumnya pasien mengeluhkan penurunan tajam
penglihatan, sakit kepala, fotofobia, serta menjelaskan riwayat
trauma atau percideraan pada mata.
 Prognosis pada kasus hifema ditentukan berdasarkan
pulihnya tajam penglihatan pasien. Fungsi penglihatan harus
merupakan goal dalam penatalaksanaan pasien dengan
hifema.

Das könnte Ihnen auch gefallen