Sie sind auf Seite 1von 18

REFERAT

TB PARU
Oleh:
Suci Apriani Umar (2013730104)

Pembimbing:
dr. Yulia Hernawati, Sp. A

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2017
DEFINISI

Tuberkulosis (TB) adalah


penyakit menular langsung Faktor Risiko
yang disebabkan oleh kuman
TB yaitu Mycobacterium
Etiologi: • Faktor host
tuberculosis, yang dapat Mycobacterium • Faktor lingkungan
menyerang berbagai organ, tuberculosis
terutama paru-paru. Transmisi
penyakit biasanya melalaui
saluran nafas yaitu melalui
droplet yang dihasilkan oleh
pasien yang terinfeksi TB paru.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2017
TB Paru
Lokasi Anatomi dari Penyakit
TB Ekstra Paru

Pasien Baru TB
Riwayat Pengobatan
Sebelumnya Pasien yang Pernah
KLASIFIKASI

Diobati TB

• Mono resistan (TB MR)


• Poli resistan (TB PR)
Klasifikasi Berdasarkan Hasil
• Multi drug resistan (TB MDR)
Pemeriksaan Uji Kepekaan Obat
• Extensive drug resistan (TB XDR)
• Resistan Rifampisin (TB RR)

Klasifikasi pasien TB berdasarkan • Pasien TB dengan HIV positif


• Pasien TB dengan HIV negative
status HIV
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
• HIV tidak diketahui
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2017
TB pada anak terjadi pada usia 0-14 tahun

Tahun 0-4 Tahun 5-14 Tahun


EPIDEMIOLOGI Kasus lebih
tinggi dari
Kasus lebih
rendah dari
kelompok kelompok
umur 5-14 umur 0-4 tahun
tahun
2010 BTA positif pada TB anak 5,4%
dari semua kasus TB anak
2011 6,3%
2012 6%

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2017
PATOGENESIS
GEJALA TB ANAK

Sistemik/ Umum Gejala Klinis Spesifik Terkait Organ


• BB turun tanpa sebab yang jelas • Tuberkulosis kelenjar
• Demam ≥ 2 minggu dan/ berulang tanpa • Tuberkulosis otak dan selaput otak
sebab yang jelas • Tuberkulosis sistem skeletal
• Batuk lama ≥ 3 minggu • Skrofuloderma
• Nafsu makan tidak ada • Tuberkulosis mata
• Lesu, malaise, anak kurang aktif bermain • Tuberkulosis organ-organ lainnya, misalnya
• Diare persis ten menetap (> 2 minggu) peritonitis TB, TB ginjal
yang tidak sembuh dengan pengobatan
diare

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2017
Pemeriksaan Bakteriologis
Cara Pengambilan Sputum pada Anak:
PEMERIKSAAN • Berdahak
• Bilasan Lambung
PENUNJANG • Induksi Sputum

Pemeriksaan Bakteriologis untuk TB:


• Pemeriksaan Mikroskopis BTA Sputum
• Tes Cepat Molekular (TCM) TB
• Pemeriksaan Biakan

Uji Foto Pemeriksaan


Tuberkulin Toraks Histopatologi
(PA/Patologi
Anatomi)
DIAGNOSIS PADA TB ANAK
ALUR DIAGNOSIS TB PARU ANAK
Keterangan:
*) Dapat dilakukan bersamaan
dengan pemeriksaan sputum
**) Kontak TB paru dewasa dan
kontak TB paru anak
terkonfirmasi bakteriologis
***) Evaluasi respon
pengobatan. Jika tidak ada
respon dengan pengobatan
adekut, evaluasi ulang
diagnosis TB dan adanya
komorbiditas atau rujuk
ALGORITMA
PENATALAKSANAAN
TB ANAK DI
INDONESIA

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2017
Dosis OAT untuk Anak

Nama Obat Dosis Harian Dosis Efek Samping


(mg/KgBB/hari) Maksimal
(mg/hari)
Isoniazid (H) 10 (7-15) 300 Hepatitis, neuritis perifer,
hipersensitivitas
Rifampisisn (R) 15 (10-20) 600 Gastrointestinal, reaksi kulit, hepatitis,
trombositopenia, peningkatan enzim
hati, cairan tubuh berwarna oranye
kemerahan
Pirazinamid (Z) 35 (30-40) - Toksisitas hepar, artalgia,
gastrointestinal
Etambutol (E) 20 (12-25) - Neuritis optik, ketajaman mata
berkurang, buta warna merah hijau,
hipersensitivitas, gastrointestinal
Dosis OAT KDT pada TB Anak

Berat Badan Fase Intensif (2 bulan) Fase Lanjutan (4 bulan)


(Kg) RHZ (75/50/150) RH (75/50)
5-7 1 tablet 1 tablet
8-11 2 tablet 2 tablet
12-16 3 tablet 3 tablet
17-22 4 tablet 4 tablet
22-30 5 tablet 5 tablet
> 30 OAT dewasa
Paduan OAT dan Lama Pengobatan TB
Anak
Kategori Daignostik Fase Intensif Fase Lanjutan
TB Klinis
TB Kelenjar 2HRZ 4HR
Efusi leura TB
TB Terkonfirmasi Bakteriologis

TB Paru dengan Kerusakan Luas


2HRZE 4HR
TB Ekstara Paru (selain TB Meningitis
dan TB Tulang/Sendi

TB Tulang/sendi
TB Millier 2HRZE 10HR
TB Meningitis
Pemantauan dan Hasil Pengobatan TB
Anak
Kontrol tiap minggu untuk
Tahap Awal melihat kepatuhan, toleransi dan
(2 bulan) kemungkinan adanya efek samping
obat
OAT dapat
Setelah diberi OAT selama dihentikan dengan
Pengobatan TB 2 bulan harus dievalusi melakukan evaluasi
tetap dilanjutkan baik klinis maupun
dan pemeriksaan pemeriksaan
lanjut Respon engobatan Respon pengobatan penunjang
kurang/ tidak baik baik

Tahap Lanjutan Pemberian OAT dilanjutkan


(4 bulan) sampai dengan 6 bulan
Hasil Akhir Pengobatan Pasien TB Anak
Hasil Pengobatan Definisi
Sembuh Pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan bakteriologis positif pada awal
pengobatan yang hasil pemeriksaan bakteriologis pada akhir pengobatan menjadi
negatif dan pada salah satu pemeriksaan sebelumnya.
Pengobatan lengkap Pasien TB yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap dimana pada
salah satu pemeriksaan sebelum akhir pengobatan hasilnya negatif namun tanpa
ada bukti hasil pemeriksaan bakteriologis pada akhir pengobatan.
Gagal Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif
pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan atau kapan saja apabila selama
dalam pengobatan diperoleh hasil laboratorium yang menunjukkan adanya
resistensi OAT
Meninggal Pasien TB yang meninggal oleh sebab apapun sebelum memulai atau sedang
dalam pengobatan.
Putus berobat (loss to Pasien TB yang tidak memulai pengobatannya atau yang pengobatannya terputus
follow-up) selama 2 bulan terus menerus atau lebih.
Tidak dievaluasi Pasien TB yang tidak diketahui hasil akhir pengobatannya. Termasuk dalam kriteria
ini adalah ”pasien pindah (transfer out)” ke kabupaten/kota lain dimana hasil akhir
pengobatannya tidak diketahui oleh kabupaten/kota yang ditinggalkan.
Pengobatan Pencegahan dengan
Isoniazid (PP-INH)

Umur HIV Hasil Pemeriksaan Tatalaksana


Balita (+)/(-) Infeksi laten TB INH profilaksis
Balita (+)/(-) Sehat, kontak (+), uji tuberkulin (-) INH profilaksis

> 5 tahun (+) Infeksi laten TB INH profilaksis

> 5 tahun (+) Sehat INH profilaksis


> 5 tahun (-) Infeksi laten TB Observasi

> 5 tahun (-) Sehat Observasi

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2017
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. Infodatin “Tuberkulosis”; 2015. Available from:
http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-info-datin.html. [Diakses
pada 16 Juni 2017].
Kemenkes RI. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta:; 2014.
PDPI. Pedoman Penatalaksanaan TB (KONSENSUS TB). In ; 2014. p. 2-3.
Herchline, T.E., 2013. Tuberculosis. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/230802-
overview. [Diakses pada: 18 Juni 2017].
Horsburgh, C.R., 2009. Epidemiology of Tuberculosis. Available from: www.uptodate.com. [Diakses pada:
18 Juni 2017].
Kartasasmita, C.B., 2009. Epidemiologi Tuberkulosis. Sari Pediatri: 11 (2) ; 124-125
WHO. 2014.
Petunjuk Teknis Manajemen dan Tatalaksana TB Anak. Jakarta:, Kemenkes RI; 2016.
Price SA, Standridge MP. Tuberkulosis Paru. In Price SA, Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC; 2006. p. 852-861.
Amin Z, Bahar A. Tuberkulosis Paru. In Sudoyo A, dkk. Buku Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed.: FKUI; 2007. p. 2230-
2239.

Das könnte Ihnen auch gefallen