Sie sind auf Seite 1von 31

Adnin Nugroho 1301-1211-0526

Immanuel Anugrah Sihombing 1301-1210-0562


Rizky Amrullah 1301-1210-0615
 Histamin adalah senyawa normal yang ada
dalam jaringan tubuh
 dikeluarkan dari dalam sel mast sebagai hasil
reaksi antigen-antibodi bila ada rangsangan
senyawa alergen
 Pelepasan histamine terjadi akibat rusaknya
sel, adanya senyawa kimia, hipersensitifitas,
proses fisik (termal, mekanik, radiasi)
 Alergen masuk  TH-2 limfosit mengeluarkan IL-
4  merangsang B-sel menghasilkan antibodi
IgE
 Alergen menyerang kedua kali  IgE berikatan
dengan alergen dan dibawa menuju sel mast 
sel mast kompleks IgE-alergen akan terikat pada
reseptor Fcε (Epsilon-C reseptor)  aktivasi
fosfolipase  mengubah phosphatidylinositol
4,5-bisphosphate (PIP2) menjadi inositol 1,4,5-
triphosphate (IP3)  mobilisasi Ca2+  kontraksi
 degranulasi sel mast sehingga histamin akan
terlepas dan berikatan pada reseptornya
Jenis Distribusi Antagonis selektif parsial
reseptor

H1 neuron, smooth muscle, Mepyramine,


endothelial, epithelium, otak Triprolidine, Cetirizine
H2 mukosa gaster, otot jantung, Cimetidine, Ranitidine,
mast cell, endothelium, tiotidine
epithelium, otak
H3 histaminergic neuron Thioperamide,
iodophenpropit,
clobenpropit
H4 bonemarrow dan sel-sel Thioperamide
hematopoietic periferal
 Antihistamin adalah obat yang mampu
mengusir histamin secara kompetitif dari
reseptornya sehingga mampu meniadakan
efek histamin
 Efek antihistamin tidak dapat menetralkan
atau mengubah efek histamin yang sudah
terjadi
 Antagonis H-1 menghambat
efek histamin dengan cara reversibel mengikat
dan menstabilkan reseptor H1 sehingga tetap
dalam keadaan inaktif
 Efeknya adalah menurunkan produksi sitokin
proinflamasi, menurunkan ekspresi CAM,
menurunkan pelepasan mediator dari sel mast
dan basofil, dan menurunkan kemotaksis dari
eosinofil dan sel-sel lainnya
 Efek dari H1 antihistamine akan lebih efektif jika
diberikan sebelum terjadinya pelepasan histamin
 Antagonis H-1 dibagi menjadi agen generasi
pertama dan generasi kedua
 H-1 generasi pertama mempunyai efek
sedatif yang relatif kuat
 Antagonis H-1 generasi kedua pada
umumnya non sedatif karena generasi 2 lebih
banyak dan lebih kuat terikat dengan protein
plasma sehingga tidak dapat
menembus blood brain barrier
 Farmakokinetik :
◦ A : per oral
◦ Kadar puncak (serum) : 1-2 jam
◦ DOA : 4-6 jam
◦ M : sitokrom P-450 (hepar)
◦ E : Ginjal (urine)
 Farmakodinamik :
◦ ↓kerja otot polos, ↓permeabilitas kapiler, ↓edema
dan gatal pada reaksi alergi, ↓sekresi kel.eksokrin,
 Indikasi :
◦ Menghilangkan pruritus
◦ Pengobatan cold urticaria, angioedema dan reaksi alergi
kulit lainnya termasuk alergi obat.
◦ Pengobatan rhinitis alergi dan urtikaria kronis
 Kontraindikasi :
◦ ibu hamil dan menyusui, bayi baru lahir, bayi premature,
glaukoma sudut sempit, retensi urine
 Efek Samping :
◦ Sedasi (terutama gen-1)
◦ Gangguan CNS  pusing, pandangan kabur, gangguan
pendengaran
◦ Keluhan Gastrointestinal  mual dan muntah, diare dan
konstipasi, anoreksia
◦ Efek anticholinergic  membran mukus kering, retensi
urin, postural hypotension
◦ Aritmia
 Depresi SSP ↑ jika diminum bersamaan
dengan alkohol atau obat lain yang bersifat
depresif terhadap SSP (Diazepam)
 Efek antikolinergik lebih berat dan lama bila
diberikan bersama obat golongan inhibitor
monoamin oksidase
 Perpanjangan interval QT ( bersamaan dgn
ketokonazole, makrolid, lovastatin, dll)
 Peningkatan kadar AH serum dan resiko
kardiovaskuler(bersamaan dgn HIV-1
protease inhibitor, SSRI antidepresant)
1. Klorfeniramin
 Dari golongan alkilamin paling poten &
stabil
 Puncak dalam plasma 30-60 menit
 Metabolisme pertama di hati & di mukosa
saluran pencernaan selama proses absorbsi
 Distribusi secara luas termasik SSP
 50% dari dosis diekskresikan terutama
melalui urine (12 jam) dalam bentuk asal
dan metabolitnya
 Lama kerja 4-6 jam
 Dosis : 3-4 x/hari (4-6 mg p.o)  max 24
mg/hari
 Sediaan : - Elixir, 2 mg/5 ml : 120 ml, 480 ml
- Tablet, 2 mg dan 4 mg
- Retarded tablet, 8 mg dan 12 mg
2. Difenhidramin
 Derivat etanolamin
 Metabolisme pertama di hati
 Hanya 40-60 % yang mencapai sirkulasi
sistemik  distribusi luas termasuk SSP
 Kadar puncak 1-5 jam, bertahan selama 2
jam
 Waktu paruh 2,4 sampai 10 jam
 Bersifat iritatif dan dapat menyebabkan nekrosis
setempat
 Tidak dapat menembus kulit yang intak
 Dosis : 25-50 mg p.o  max 300 mg/hari
 Lama kerja 4-6 jam
 Pemberian 100 mg/ lebih menyebabkan hipertensi,
takikardi, perubahan gelombang T, dan
pemendekan diastol
 Sediaan : - Kapsul, 25 dan 50 mg
- Elixir, 12,5 mg/5 ml : 120 cc, 480 cc
- Injeksi, 50 mg/ml : 1 ml ampul
- Spray : 60 ml
3. Hidroksizin
 Derivat piperazin
 Sering digunakan sebagai transquilizer,
sedatif, antipruritus, dan antiemetik
 Kadar plasma : 2-3 jam setelah pemberiaan
oral
 Waktu paruh 6 jam
 Ekskresi dalam urine
 Lama kerja 6-24 jam
 Dosis 10 – 50 mg p.o, setiap 4 jam
 Sediaan : - Tablet, 10 mg, 25 mg, 50 mg,
100 mg
- Injeksi 25 mg/ml, 50 mg/ml
- Sirup 10 mg/5ml : 240 ml, 480 ml
4. Loratadin
 Trisiklik piperidin long acting
 Efek sedatif dan antikolinergik minimal
 Masa kerja lama (24 jam)
 Metabolit utama : deskarboetoksi-loratadin
 Cepat diabsorbsi
 Puncak dalam plasma 1-1,5 jam
 Waktu Paruh 8-11 jam
 Ekskresi urine 40 %, feses 42 %, ASI 0,029 %
 Indikasi : rinitis alergi, urtikaria kronik
idiopatik pada pasien >6 tahun
 Efek samping : fungsi miokardial kalium
channel  tidak disritmia
 Dosis : 10 mg p.o dosis tunggal
pada anak < 30 kg : 0,5 mg/kgBB
dosis tunggal
 Sediaan : - Sirup 1 mg/ ml : 480 cc
- Tablet 10 mg
- Reditabs 10 mg
5. Cetirizin
 Metabolit karboksil asid dari hidroksisin
 Ekskresi lewat urine 60 %, feses 10 %
 Cepat diabsorbsi dan sedikit dimetabolisme
 Kadar puncak plasma 1 jam
 Waktu paruh 7 jam
 Lama kerja 12-24 jam
 Menghambat eosinofil, neutrofil, basofil, IgE
dan menurunkan prostaglandin D2
 Indikasi : urtikaria kronik , cold urticaria
 Dosis : - 10 mg/hari (dosis tunggal)  max 20
mg
- 0,3 mg/KgBB (anak-anak)
- 5 mg/hari (kelainan hepar dan ginjal)
 Sediaan : - tablet, 5 mg, 10 mg
- sirup, 5 mg/ml : 120 ml
6. Feksofenadin
 Metabolit aktif utama dari terfenadin
 Reseptor kompetitif anatagonis H-1 yang
selektif
 Sedikit atau tanpa efek samping antikolinergik,
non kardiotoksik dan nonsedatif
 Absorbsi cepat
 Kadar puncak plasma 1-3 jam
 Terikat pada protein plasma 60-70 %
 Waktu paruh 11-15 jam
 Ekskresi : 80 % urine, 12 % feses
 Indikasi : rinitis alergi, urtikaria idiopatik
kronik
 Sediaan : - kapsul 30 dan 60 mg
- tablet 60 mg, 120 mg, dan 180 mg
 ↓ stimulasi dari produksi asam lambung
Nama generik Sediaan Dosis Lama kerja Efek samping

Simetidin 200,300, dan 400 mg Untuk pasien tukak deodeni : Masa paruh 2 jam. Jarang terjadi
tablet dewasa : 4x300 mg

Ranitidin 150 mg tablet Dewasa : 2x150 mg 8-12 jam Jarang berinteraksi


Larutan suntik : 2x150 dengan jalan baik
mg

Famotidin 20 mg, 40 mg tablet Tukak lambung aktif : 1x40 Kadar puncak anak Jarang terjadi
mg

Nizatidin 150 mg, 300 mg tablet 300 mg/hari menjelang tidur 10 jam Jarang terjadi
 Walaupun Anti Histamin Tipe H2 dibuat
untuk mengobati ulkus peptikum, obat ini
telah digunakan dalam pengobatan
dermatologi karena adanya reseptor H2 di
mikrovaskuler kulit.
 Indikasi
◦ Reaksi alergi akut
◦ Urticaria kronis
◦ Urticaria pigmentosa dan mastocytosis sistemik
◦ Pruritus
 Kombinasi AH1&AH2 adalah keuntungan untuk
beberapa pasien dengan urtikaria idiopatik akut
dan kronis dan angioedem seperti pada pasien
dengan tipe-tipe urtikaria fisik tertentu.
 Kombinasi AH1&AH2 sebaiknya diberikan pada
pasien dengan urtikaria idiopatik kronik berulang,
karena penggunaan AH1 tunggal atau kombinasi
tidak efektif
 Efek samping yang mungkin timbul adalah:
◦ Efek pada CNS, termasuk kebingungan, pusing, dan
sakit kepala. Efek samping lain yaitu mengantuk,
malaise, nyeri otot, diare dan konstipasi.
◦ Bisa terjadi granulocytopenia, tetapi jarang.
◦ Meningkatkan kemungkinan terjadi pneumonia
pada individu yang immunocompromised.
◦ Cimetidin juga bisa menyebabkan terjadi
gynecomastia, penurunan libido dan juga impotensi
 Interaksi Obat :
◦ Cimetidine meningkatkan level serum warfarin dan
dapat meningkatkan resiko pendarahan.
◦ AH2 Juga berinteraksi dengan obat-obatan jantung,
seperti B blocker, ca channel blocker, amiodarone
dan antiarrhytmic agents.
◦ Obat lain yang berinteraksi dengan cimetidine
adalah phenytoine, beberapa benzodiazepine,
metformin, sulfonylurea dan SSRI.
 Selektif H3 dan H4 masih dalam penelitian
 H3 mungkin potensial dalam mengubati sleep
disorder, obesitas, kognitif dan masalah
psikiatrik
 H4 blocker berpotensi dalam mengobati
inflamasi kronis seperti asthma

Das könnte Ihnen auch gefallen