Sie sind auf Seite 1von 82

Modul 1 Blok 21

Aulia Primavera 1310142


Ivana Calista 1510001
Wisa Atikah 1510057
Ranietha Lisyana Putri 1510104
Ikram Sakinah 1510119
Imam Godly Alam 1510139
Billy Nicholas 1510141
Lemongga Anjani 1510149
Silvia somya 1510159
Elizabeth Angelina 1510181
Imunologi Dasar
(Sel-sel imun pada kulit)
•Sel yang berperan dalam respon imun seluler pada
epidermis adalah:

• 1. Sel Langerhans :
-APC utama pada epidermis
-Mengekspresikan: CD1, MHC kelas II, reseptor Fc dan
komplemen
-Dapat diinaktivasi oleh UVB
•o Sel keratinosit
-Permukaan selnya mengekspresikan MHC kelas
II dan ICAM-1
-Jika teraktivasi (misalnya oleh allergen/iritan),
mampu menghasilkan sitokin IL-1, IL-3, IL-6, IL-8,
GM-CSF, M-CSF, TNF-α dan TGFα
•IL-3 yang diproduksi keratinosit dapat:
o Mengaktivasi sel Langerhans
o Merekrut sel Mast
o Menginduksi sekresi sitokin imunosupresif
seperti IL-10 dan TGFβ
Herpes Simpleks
Definisi
• Herpes simpleks adalah infeksi akut yang
disebabkan virus herpes simpleks (virus
herpes hominis) tipe I/ tipe II yang ditandai
oleh adanya vesikel yang berkelompok diatas
kulit yang sembab dan erimatosa pada daerah
dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat
berlangsung baik primer maupun rekurens.
Etiologi
• Virus herpes simpleks tipe I
• Virus herpes simpleks tipe II
Faktor risiko
• Berganti-ganti pasangan
• Sosioekonomi rendah
• Terpapar dengan saliva pasien herpes simplex
tipe I (berciuman, alat makan, dll)
• Ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilan
trimester ketiga
Epidemiologi
 Menurut WHO di dunia:
• 3,7 milyar <50 tahun (67%)  terinfeksi HSV tipe I
• 417 juta 15-49 tahun (11%) terinfeksi HSV tipe II
 Insidensi infeksi primer:
HSV tipe I: anak kecil (30-60%)
HSV tipe II: dekade II / III, aktifitas seksual ↑,
sosioekonomi rendah
 Pria = wanita
Klasifikasi
HSV tipe I HSV tipe II
• Infeksi primer: • Infeksi primer: herpes
gingivostomatitis genitalis, perinatal
• Infeksi rekuren: herpes disseminated disease
labialis, ensefalitis, keratitis • Infeksi rekuren: herpes
• Tempat infeksi di kulit: lesi genitalis
vesikuler diatas pinggang • Tempat infeksi di kulit:
• Usia infeksi primer: anak- dibawah pinggang
anak • Usia infeksi primer: dewasa
• Transmisi: kontak (melalui muda
saliva) • Transmisi: hubungan seksual
Mikrobiologi HSV
Karateristik
• Famili : Herpesviridae
• Subfamili : Alphaherpesvirinae
• Genus : Simpleksvirus
• Spesies :
– Virus Herpes Simpleks Tipe 1
– Virus Herpes Simpleks Tipe 2
• Punya envelope
(diameter 160nm) 
mengandung lipid,
karbohidrat, protein,
dapat meghilangkan eter.
• DNA double stranded
(BM 85-106 X 106 )
berbentuk lurus. Tipe 1
dan 2 memperlihatkan
50% urutan homologi.
• Nuklekapsid berasal dari
membran inti sel yang
terinfeksi dan
mengandung tonjolan
glikoprotein dengan
panjang 8 nm
Multiplikasi HSV
Patogenesis, Patofisiologi &
Manifestasi klinis
HSV 1 Herpes Simplex Virus HSV 2

Menempel
Menempel pada pada
permukaan permukaan
mukosa (bibir) mukosa
(genital)
Invasi virus ke
epidermis, penetrasi ke
ujung serabut saraf
sensoris dan otonom

INFEKSI PRIMER

Kerusakan
Sel Lisis Akantolisis Viremia
saraf sensoris

Terbentuk Nyeri Febris,


vesikel neuropatik Malaise
INFEKSI PRIMER

Memicu respon
imun tubuh

Virus bersarang dan


bereplikasi di
Gejala mereda ganglion sel saraf
(sementara) (ganglion
trigeminal/pudendal)

FASE LATEN

Kondisi imun
menurun

REAKTIVASI

Gejala rekuren
Gejala klinis

Anamnesis:
• Demam, malaise, myalgia, nyeri kepala (gejala
prodromal) mulai dari 24 jam sebelum timbul erupsi
• Infeksi rekuren  didahului gatal atau rasa terbakar
setempat pada lokasi yang sama dengan lokasi
sebelumnya
• Faktor risiko:
- Individu yang aktif secara sexual
- Imunodefisiensi
Pemeriksaan Fisik:

• Papul eritema yang diikuti vesikel berkelompok


dengan dasar eritematous
• Vesikel dapat menjadi keruh  pecah  krusta.
Kadang timbul lesi ulkus superfisial
• Tempat predileksi:
- Pinggang ke atas terutama mulut dan hidung HSV-1
- Pinggang ke bawah terutama daerah genital HSV-2
- Infeksi sekunder: lokasi sama dengan lesi sebelumnya
Infeksi virus Herpes simplex berlangsung dalam 3 tingkat:

1. Infeksi Primer:
kelainan yang dijumpai berupa vesikel berkelompok di atas
kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih
seropurulen, dapat menjadi krusta dan kadang ulserasi
dangkal.
2. Fase laten: fase ini berarti pada penderita tidak ditemukan
gejala klinis , tetapi virus herpes  dalam keadaan tidak aktif
pada ganglion dorsalis.
3. Infeksi rekurens: gejala klinis yang timbul lebih ringan
Sering ditemukan gejala prodromal lokal: rasa panas , gatal,
nyeri.
Infeksi pada tempat yg sama  loco.
Infeksi pada tempat lain/sekitarnya non loco.
Pemeriksaan Penunjang
Pewarnaan Gram
• Dilakukan untuk mengetahui penyebab infeksi
apakah suatu bakteri atau bukan
• Hasilnya akan terlihat morfologi dari suatu
bakteri penyebab contoh : S. aureus
Tzanck Smear
• Pemeriksaan ini biasa digunakan untuk Herpes
Simplex, Herpes Zooster dan Varicella
• Hasilnya (+) apabila terdapat sel Datia berinti
banyak / sel Tzanck
Pemeriksaan Histopatologi
• Terdapat infiltrat yang didominasi sel-sel
radang mononuclear pada ganglia sensoris
dengan adanya inklusi intranuclear herpectic
yang ditemukan di dalam sel sel neuron
Pemeriksaan Lainnya
• DFA ( Direct Fluorescent Assay )
• PCR ( Polymerase Chain Reaction )
Tes Serologik IgM dan IgG anti-HSV

 Tidak ditemukannya antibodi HSV pada


sampel serum akut dan ditemukannya IgM
spesifik HSV atau peningkatan 4 kali antibodi
IgG selama fase penyembuhan menunjukkan
diagnosis HSV primer
Ditemukannya IgG anti-HSV pada serum akut,
IgM spesifik HSV dan peningkatan IgG anti HSV
selama fase penyembuhan merupakan
diagnostik infeksi HSV rekuren
Dasar Diagnosis
Anamnesis
• Seorang Pria 30 Tahun • Diobati menggunakan
• Timbul gelembung terasa kortikosteroid  semakin
nyeri sekitar mulut, berisi parah
cairan jenih  keruh, • Bercukur 2x/minggu tanpa
bertambah banyak, dan krim
menyebar sehingga meliputi
• Sudah menikah, pasangan
daerah sekitar mulut dan
bibir memiliki riwayat sering
sariawan
• Keluhan disertai lemah badan
dan meriang • Hubungan intim dengan
• Sebelumnya timbul kelainan pasangan tetap tidk pernah
kulit seperti terasa tebakar. dilakukan sebelum menikah
Pemeriksaan Fisik
• Tanda Vital : Suhu 37,6C Status Dermatologikus
• Distribusi : regional
• Status Generalis : KGB • Lokasi : perioral dan bibir
submental teraba, • Jumlah : multipel
diameter 1-1,5 cm, • Penyebaran : konfluens
• Bentuk : teratur
konsistensi kenyal,
• Ukuran : d=0,2-1,5cm
dapat digerakkan, nyeri • Batas : tegas
tekan (+) • Sifat : Kering
• Permukaan : menimbul
• Susunan : Herpetiformis
• Efloresensi : Pustula, makula
eritema
Pemeriksaan Penunjang
Pewarnaan Gram : Tzanck Smear :
Tidak ditemukan adanya Ditemukan adanya Sel
bakteri Datia Berinti Banyak
Penatalaksanaan HSV
Penatalaksanaan non-farko(supportif)
• Bila didapatkan lesi pada daerah genitalia, pasien diharapkan
tidak melakukan hubungan seksual terlebih dahulu
• Gejala prodormal diatasi sesuai indikasi. Aspirin dihindari
untuk mencegah reye’s syndorme
• Edukasi tentang penyakit herpes yang self limiting disease
pada pasien imunokompeten
• Memberi info kepada pasangan jika terkena infeksi->bisa
rekuren dan tidak hubungan seks dahulu
• Penggunaan kondom untuk mengurangi FR infeksi menular
• Hindari kontak fisik yang dapat menyebabkan vesikel pecah
Penatalaksanaan
• Antiviral
– Acyclovir 5x200 mg/hari atau
– Valacyclovir, 2x500 mg/hari slm 7-10 hari
Kriteria rujukan
• Tidak sembuh dalam 7-10 hari pasca terapi
• Terjadi pada pasien bayi dan geriatri
(imunocompromised)
• Komplikasi
• Ada penyakit penyerta shg multifarmaka
Daftar pustaka
• http://www.lshk.or.id/uu/PMK%20No.%205%
20ttg%20Panduan%20Praktik%20Klinis%20Do
kter%20di%20FASYANKES%20Primer.pdf
• http://dokterpost.com/diagnosis-dan-terapi-
herpes-simpleks-di-ppk-1/
PKP HERPES OROFASCIALIS
PENCEGAHAN
• Mencegah kontak dengan penderita herpes
• Acyclovir:
– Pencegahan rekurensi: 4x200 mg atau 2x400 mg.
Diturunkan menjadi 2x200mg. Interupsi setiap 6-
12 bln
– Pencegahan pada immunocompromised: 4x200-
400mg
KOMPLIKASI
• Herpes simpleks ulserativa kronik.
• Herpes simpleks mukokutaneus akut
generalisata.
• Eczema herpeticum
• Infeksi sistemik pada hepar, paru, kelenjar
adrenal, dan sistem sarafpusat.
• Pada ibu hamil, infeksi dapat menular pada janin,
dan menyebabkanneonatal herpes yang sangat
berbahaya.
PROGNOSIS
• Prognosis umumnya bonam, namun quo ad
sanationam adalah dubia, karena terdapat
risiko berulangnya keluhan serupa (Lebih
sering berulang dan lebih berat pada tipe 2).
• Kasus :
– QAV: ad bonam
– QAF: ad bonam
– QAS: dubia ad bonam
Dafpus
• Permenkes No 5 tahun 2014
• https://
emedicine.medscape.com/article/1070456-medication#
2
• https://www.scribd.com/document/233581265/Fix-Refrat-
Folikulitis
Folliculitis
Definisi
• Folikulitis adalah peradangan folikel rambut yang ditandai dengan papul eritema
perifolikuler dan rasa gatal atau perih terutama disebabkan oleh Staphylococcus
aureus.
• Terdapat 2 jenis folikulitis berdasarkan letaknya:
– Folikulitis superfisialis : jika lesi hanya sampai
epidermis(infudibulum atau muara folikel rambut).
– Folikulitis profunda : jika lesi sudah mencapai
dermis (meliputi seluruh bagian dari folikel
rambut atau sampai bagian subkutan).
Etiologi Folikulitis
• Infeksi
- Superficial (fungi, bacteria, syphilis, viral)
- Bakteri : tersering Staphylococcus aureus
- Fungal : endothrix (spora di antara batang rambut) or
ectothrix (spores are on outer surface of hair shaft)
- Deep (usually granulomatous and due to either
fungi or bacteria)
Klasifikasi Folikulitis
Menurut lokasi, folikulitis dibagi 2 :

Superfisialis Profunda
Sinonim Impetigo Bockhart -
Gejala klinis papul atau pustul • sering pada wajah,
eritematosa, multipel, dagu, bibir atas,
ditengahnya terdapat bilateral
rambut. • disertai infiltrat
subkutan
Terapi Antibiotik topikal atau Antibiotik topikal atau
sistemik sistemik
Klasifikasi Folikulitis (cont..)
Berdasarkan penyebabnya, folikulitis dibagi 4 :
• Folikulitis pseudomonas
folikulitis yang dialami oleh orang yang sering berendam dalam air hangat.
Penyakit ini bisa muncul akibat air yang kurang bersih sehingga memicu
pertumbuhan bakteri.
• Sycosis barbae
folikulitis kronis pada bagian wajah yang ditumbuhi jenggot.
• Folikulitis gram-negatif
akibat penggunaan antibiotik jangka panjang untuk mengatasi jerawat.
• Pseudo-folliculitis
Kondisi kulit menyerupai folikulitis, tapi tidak bernanah  disebabkan
oleh rambut yang tumbuh ke dalam.
Faktor Risiko
• Local Trauma
– Abrasi
– Luka post-op & drainase abses
– Bercukur
– Folikulitis yang diperberat oleh Staphylococcus aureus
• Exposure to Occlusive Dressing (shg area tsb mjd lembab)
– Tar
– Adhesive plaster
– Plastic Occlusive Dressings
• Immunocompromised, DM
• Higienitas rendah
• Defisiensi nutrisi
• EGFR inhibitor
Epidemiologi Folikulitis
Penyakit ini merupakan penyakit yang sering
terjadi dan dapat sembuh sendiri sehingga
penderita jarang memeriksakan diri ke dokter
kecuali keluhan berulang dan sudah menjadi
foliulitis yang dalam/folikulitis profunda.
Daftar Pustaka
• Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi IV FKUI,
Jakarta.
• Permenkes no V tahun 2004.
Mikrobiologi S. aureus
Staphylococcus aureus
Domain : Bacteria
Kindom : Eubacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacili
Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus
• Gram : positif
• Sifat : fakultatif anaerob, tidak berspora, tidak
motil, tumbuh berpasangan dan berkelompok
• Diameter : 0,8-1,0
• enzim : katalase, yaitu enzim yang
mengkonversi H2O2 menjadi H2O dan O2, dan
koagulase, enzim yang menyebabkan fibrin
berkoagulasi dan menggumpal
Faktor Virulensi
• Koagulase
S. aureus produksi enzim yang berfungsi unuk menggumpalkan
fibrinogen di dalam plasma darah sehingga S. aureus terlindung dari
fagositosis dan respon imun lain dari inang.
• Protein A
Letak protein A ada pada dinding sel S. aureus dan dapat mengganggu
sistem imun inang dengan mengikat IgG
• Eksotoksin sitolitik
α-toksin, β-toksin, γ-toksin, dan δ-toksin menyerang membran sel
mamalia[, α-toksin, β-toksin, dan δ-toksin dapat menyebabkan hemolisis.
δ-toksin juga menyebabkan leukolisis sel inang . Sementara itu, γ-toksin
menyebabkan terbunuhnya sel inang.
Enterotoksin
Enterotoksin menyebabkan keracunan makanan.
Enterotoksin merupakan super antigen yang lebih stabil pada
suhu panas jika dibandingkan dengan S. Aureus. enterotoksin (A,
B, C, D, dan E) menginduksi diare, muntah dan shock.
Leukocidin
Toksin ini memusnahkanleukosit sel inang.
Exfoliatin
Exfoliatin termasuk dalam superantigen juga,
menyebabkan sindrom kulit melepuh pada anak-anak.
PKP FOLIKULITIS
PENCEGAHAN

• Menjaga kebersihan pribadi yang baik (mandi, mencuci tangan,


menjaga kuku tetap bersih dan pendek)
• Hindari mencukur kulit yang teriritasi selama 1 bulan atau
sampai semua lesi telah teratasi.
• Hindari penggunaan barang pribadi secara bersamaan.
• Jika sudah terkena pasien harus mengganti pakaian dan
perlengkapan tidurnya (seperti sprei, selimut, sarung bantal, dll)
setiap hari dan semua barang ini harus dicuci memakai air panas
dan anjurkan pasien untuk mengganti perban dengan sering dan
segera membuangnya dalam kantung kertas ke tempat sampah.
KOMPLIKASI
• Infeksi Berulang
– Infeksi berulang dapat terjadi kembali akibat
pengobatan tidak teratur atau menghilangkan faktor
pencetus.
• Folikulitis
– Lesi yang tidak terobati atau faktor system kekebalan
pejamu yang menurun, panyakit ini dapat berlanjut
menjad furunkel atau bahkan celulitis dan abses.
• Skar dan folikel rambut yang rusak
– Foliculitis yang berulang dan parah dapat
menimbulkan kerusakan folikel rambut yang berujung
dengan timbulnya skar warna kulit akan lebih gelap
dari sekitarnya dan tentunya akan terjadi rambut yang
tidak tumbuh secara permanen.
• `
PROGNOSIS
• Prognosis follikulitis secara umum adalah baik
karena kebanyakan penyakit ini sembuh tanpa
terapi setelah dua atau tiga hari, tetapi pada
beberapa kasus yang persisten dan rekurens
perlu penanganan lebih lanjut.
Dafpus
• Permenkes No 5 tahun 2014
• https://
emedicine.medscape.com/article/1070456-medication#
2
• https://www.scribd.com/document/233581265/Fix-Refrat-
Folikulitis
Defek foli
Faktor Virulensi S. aureus
• Peptidoglikan : IL-1 (pirogen endogen)
• Protein A : untuk menghindari diri dari respon sel
imun inang
• Kapsul : menghambat fagositosis oleh PMN
• Koagulase : membekukan plasma beroksalat atau
bersitrat
• Hialuronidase : mengakibatkan fibrinolisis
• Leukosidin : mampu membunuh sel darah putih
manusia
• Eksotoksin
- Toksin-α : hemolisin poten
- Toksin-β : mendegradasi sfingomielin
- Toksin-δ : merusak membran biologi
• Toksin eksfoliatif
Toksin yang merupakan antigen super. Terbagi
dua menjadi toksin A epidermolitik dan toksin
B epidermolitik. Toksin ini melarutkan matriks
mukopolisakarida pada sindrom kulit lepuh.
• Toksin sindrom syok toksik (TSST-1)
Toksin ini mirip dengan enterotoksin F. Toksin
ini merupakan antigen super prototipe. Toksin
berkaitan dengan demam, syok, dan
keterlibatan multi sistem.
• Enterotoksin
Serupa dengan TSST-1, toksin ini merupakan
antigen super. Memiliki sifat yang stabil dan
resisten terhadap enzim usus.
Penatalaksanaan
Non Farko
• Terapi suportif
Menjaga hygiene, nutrisi TKTP dan stamina
tubuh.
• Konseling dan Edukasi
Edukasi pasien dan keluarga untuk pencegahan
penyakit dengan menjaga kebersihan diri dan
stamina tubuh.
Farko
1. Topikal:
• Bila banyak pus/krusta, dilakukan kompres
terbuka dengan Kalium permangat (PK)
1/5.000 dan 1/10.000.
• Bila tidak tertutup pus atau krusta, diberikan
salep atau krim asam fusidat 2% atau
mupirosin 2%, dioleskan 2-3 kali sehari selama
7-10 hari.
2. Antibiotik oral dapat diberikan dari salah satu
golongan di bawah ini:
• Penisilin yang resisten terhadap penisilinase,
seperti: oksasilin, kloksasilin, dikloksasilin dan
flukloksasilin.
a) Dosis dewasa: 4 x 250-500 mg/hari, selama 5-7
hari, selama 5- 7 hari.
b) Dosis anak: 50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4
dosis, selama 5- 7 hari.
• Amoksisilin dengan asam klavulanat.
a) Dosis dewasa: 3 x 250-500 mg b) Dosis anak: 25
mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis, selama 5-7
hari
• Sefalosporin dengan dosis 10-25 mg/kgBB/hari
terbagi dalam 3 dosis, selama 5-7 hari
• Eritromisin: dosis dewasa: 4 x 250-500 mg/hari,
anak: 20-50 mg/kgBB/hari terbagi 4 dosis, selama
5-7 hari.
Patogenesis & Patofisiologis
Folikulitis
Kerusakan Jaringan Staphylococcus Protein
(FR) : Mencukur, aureus permukaan A
trauma operasi

Toksin Terikat pada Fc


epidermolitik A imunoglobulin
Port de entry bagi dan B
Staphylococcus
aureus Tersamarkan
Menyebar di (lolos dari
stratum sistem imun)
granulosum
Exotoxin

Protease serin

Mengganngu
proses koagulasi Memecah Fungsi barrier
desmoglein-1 turun

Akumulasi sel-sel Produksi minyak


inflamasi dan Lepasnya epitel
atau keringat
menghambat dari membran
berlebih
peredaran darah basalis

Menyumbat
Inflamasi di saluran folikel
Terbentuk
infundibulum rambut
supurasi fokal ->
(muara folikel
pustula
rambut)

Folikulitis
Gejala Klinis
• Lokasi : ekstremitas bawah (ekstensor, bokong),
muka, kulit kepala.
• Papula / pustula eritematosa (ditengahnya ada
rambut).
• Gatal.
• Nyeri / sakit ringan.
Dasar Diagnosis dan Pemeriksaan
Penunjang Folikulitis
Anamnesis
• Gejala awal: nyeri fokal pada kulit yang
berfolikel rambut
• Nodul yang nyeri
• Ukuran nodul meningkat beberapa hari
• Demam (kadang)
• Malaise (kadang)
Pemeriksaan Fisik
• Nodul : warna merah, hangat, berisi pus
• Supurasi terjadi 5-7 hari dan pus dikeluarkan
melalui saluran keluar tunggal (single follicular
orifices)
• Nodul pecah → kering → lubang kuning
keabuan ireguler pada bagian tengah →
sembuh perlahan dengan granulasi
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan darah lengkap
Leukositosis dan eosinofilia
• Pemeriksaan histologis
Proses inflamasi dengan PMN yang banyak di dermis dan
lemak subkutan
• Uji sensitivitas antibiotik
Untuk penggunaan antibiotik secara tepat
• Dermatopatology
Infiltrat bersifat: - limfositik → viral, fungal
- neutrofilik → bacterial, fungal
- granulomatous → viral, fungal
• Pewarnaan gram dan kultur bakteri
Ditemukan: Staphylococcus aureus
- kokus
- berwarna ungu
- gram positif
- bergerombol seperti anggur
- non motil
- Kultur S. aureus: medium agar MSA (Manitol Salt Agar) selektif
Dapat memfermentasi manitol → perubahan medium agar dari
merah → kuning
- Kultur S. aureus: agar darah
Koloni bakteri lebar (6-8 mm), permukaan halus, sedikit cembung,
warna kuning keemasan
PP foli

Das könnte Ihnen auch gefallen