Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
• 1. Sel Langerhans :
-APC utama pada epidermis
-Mengekspresikan: CD1, MHC kelas II, reseptor Fc dan
komplemen
-Dapat diinaktivasi oleh UVB
•o Sel keratinosit
-Permukaan selnya mengekspresikan MHC kelas
II dan ICAM-1
-Jika teraktivasi (misalnya oleh allergen/iritan),
mampu menghasilkan sitokin IL-1, IL-3, IL-6, IL-8,
GM-CSF, M-CSF, TNF-α dan TGFα
•IL-3 yang diproduksi keratinosit dapat:
o Mengaktivasi sel Langerhans
o Merekrut sel Mast
o Menginduksi sekresi sitokin imunosupresif
seperti IL-10 dan TGFβ
Herpes Simpleks
Definisi
• Herpes simpleks adalah infeksi akut yang
disebabkan virus herpes simpleks (virus
herpes hominis) tipe I/ tipe II yang ditandai
oleh adanya vesikel yang berkelompok diatas
kulit yang sembab dan erimatosa pada daerah
dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat
berlangsung baik primer maupun rekurens.
Etiologi
• Virus herpes simpleks tipe I
• Virus herpes simpleks tipe II
Faktor risiko
• Berganti-ganti pasangan
• Sosioekonomi rendah
• Terpapar dengan saliva pasien herpes simplex
tipe I (berciuman, alat makan, dll)
• Ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilan
trimester ketiga
Epidemiologi
Menurut WHO di dunia:
• 3,7 milyar <50 tahun (67%) terinfeksi HSV tipe I
• 417 juta 15-49 tahun (11%) terinfeksi HSV tipe II
Insidensi infeksi primer:
HSV tipe I: anak kecil (30-60%)
HSV tipe II: dekade II / III, aktifitas seksual ↑,
sosioekonomi rendah
Pria = wanita
Klasifikasi
HSV tipe I HSV tipe II
• Infeksi primer: • Infeksi primer: herpes
gingivostomatitis genitalis, perinatal
• Infeksi rekuren: herpes disseminated disease
labialis, ensefalitis, keratitis • Infeksi rekuren: herpes
• Tempat infeksi di kulit: lesi genitalis
vesikuler diatas pinggang • Tempat infeksi di kulit:
• Usia infeksi primer: anak- dibawah pinggang
anak • Usia infeksi primer: dewasa
• Transmisi: kontak (melalui muda
saliva) • Transmisi: hubungan seksual
Mikrobiologi HSV
Karateristik
• Famili : Herpesviridae
• Subfamili : Alphaherpesvirinae
• Genus : Simpleksvirus
• Spesies :
– Virus Herpes Simpleks Tipe 1
– Virus Herpes Simpleks Tipe 2
• Punya envelope
(diameter 160nm)
mengandung lipid,
karbohidrat, protein,
dapat meghilangkan eter.
• DNA double stranded
(BM 85-106 X 106 )
berbentuk lurus. Tipe 1
dan 2 memperlihatkan
50% urutan homologi.
• Nuklekapsid berasal dari
membran inti sel yang
terinfeksi dan
mengandung tonjolan
glikoprotein dengan
panjang 8 nm
Multiplikasi HSV
Patogenesis, Patofisiologi &
Manifestasi klinis
HSV 1 Herpes Simplex Virus HSV 2
Menempel
Menempel pada pada
permukaan permukaan
mukosa (bibir) mukosa
(genital)
Invasi virus ke
epidermis, penetrasi ke
ujung serabut saraf
sensoris dan otonom
INFEKSI PRIMER
Kerusakan
Sel Lisis Akantolisis Viremia
saraf sensoris
Memicu respon
imun tubuh
FASE LATEN
Kondisi imun
menurun
REAKTIVASI
Gejala rekuren
Gejala klinis
Anamnesis:
• Demam, malaise, myalgia, nyeri kepala (gejala
prodromal) mulai dari 24 jam sebelum timbul erupsi
• Infeksi rekuren didahului gatal atau rasa terbakar
setempat pada lokasi yang sama dengan lokasi
sebelumnya
• Faktor risiko:
- Individu yang aktif secara sexual
- Imunodefisiensi
Pemeriksaan Fisik:
1. Infeksi Primer:
kelainan yang dijumpai berupa vesikel berkelompok di atas
kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih
seropurulen, dapat menjadi krusta dan kadang ulserasi
dangkal.
2. Fase laten: fase ini berarti pada penderita tidak ditemukan
gejala klinis , tetapi virus herpes dalam keadaan tidak aktif
pada ganglion dorsalis.
3. Infeksi rekurens: gejala klinis yang timbul lebih ringan
Sering ditemukan gejala prodromal lokal: rasa panas , gatal,
nyeri.
Infeksi pada tempat yg sama loco.
Infeksi pada tempat lain/sekitarnya non loco.
Pemeriksaan Penunjang
Pewarnaan Gram
• Dilakukan untuk mengetahui penyebab infeksi
apakah suatu bakteri atau bukan
• Hasilnya akan terlihat morfologi dari suatu
bakteri penyebab contoh : S. aureus
Tzanck Smear
• Pemeriksaan ini biasa digunakan untuk Herpes
Simplex, Herpes Zooster dan Varicella
• Hasilnya (+) apabila terdapat sel Datia berinti
banyak / sel Tzanck
Pemeriksaan Histopatologi
• Terdapat infiltrat yang didominasi sel-sel
radang mononuclear pada ganglia sensoris
dengan adanya inklusi intranuclear herpectic
yang ditemukan di dalam sel sel neuron
Pemeriksaan Lainnya
• DFA ( Direct Fluorescent Assay )
• PCR ( Polymerase Chain Reaction )
Tes Serologik IgM dan IgG anti-HSV
Superfisialis Profunda
Sinonim Impetigo Bockhart -
Gejala klinis papul atau pustul • sering pada wajah,
eritematosa, multipel, dagu, bibir atas,
ditengahnya terdapat bilateral
rambut. • disertai infiltrat
subkutan
Terapi Antibiotik topikal atau Antibiotik topikal atau
sistemik sistemik
Klasifikasi Folikulitis (cont..)
Berdasarkan penyebabnya, folikulitis dibagi 4 :
• Folikulitis pseudomonas
folikulitis yang dialami oleh orang yang sering berendam dalam air hangat.
Penyakit ini bisa muncul akibat air yang kurang bersih sehingga memicu
pertumbuhan bakteri.
• Sycosis barbae
folikulitis kronis pada bagian wajah yang ditumbuhi jenggot.
• Folikulitis gram-negatif
akibat penggunaan antibiotik jangka panjang untuk mengatasi jerawat.
• Pseudo-folliculitis
Kondisi kulit menyerupai folikulitis, tapi tidak bernanah disebabkan
oleh rambut yang tumbuh ke dalam.
Faktor Risiko
• Local Trauma
– Abrasi
– Luka post-op & drainase abses
– Bercukur
– Folikulitis yang diperberat oleh Staphylococcus aureus
• Exposure to Occlusive Dressing (shg area tsb mjd lembab)
– Tar
– Adhesive plaster
– Plastic Occlusive Dressings
• Immunocompromised, DM
• Higienitas rendah
• Defisiensi nutrisi
• EGFR inhibitor
Epidemiologi Folikulitis
Penyakit ini merupakan penyakit yang sering
terjadi dan dapat sembuh sendiri sehingga
penderita jarang memeriksakan diri ke dokter
kecuali keluhan berulang dan sudah menjadi
foliulitis yang dalam/folikulitis profunda.
Daftar Pustaka
• Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi IV FKUI,
Jakarta.
• Permenkes no V tahun 2004.
Mikrobiologi S. aureus
Staphylococcus aureus
Domain : Bacteria
Kindom : Eubacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacili
Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus
• Gram : positif
• Sifat : fakultatif anaerob, tidak berspora, tidak
motil, tumbuh berpasangan dan berkelompok
• Diameter : 0,8-1,0
• enzim : katalase, yaitu enzim yang
mengkonversi H2O2 menjadi H2O dan O2, dan
koagulase, enzim yang menyebabkan fibrin
berkoagulasi dan menggumpal
Faktor Virulensi
• Koagulase
S. aureus produksi enzim yang berfungsi unuk menggumpalkan
fibrinogen di dalam plasma darah sehingga S. aureus terlindung dari
fagositosis dan respon imun lain dari inang.
• Protein A
Letak protein A ada pada dinding sel S. aureus dan dapat mengganggu
sistem imun inang dengan mengikat IgG
• Eksotoksin sitolitik
α-toksin, β-toksin, γ-toksin, dan δ-toksin menyerang membran sel
mamalia[, α-toksin, β-toksin, dan δ-toksin dapat menyebabkan hemolisis.
δ-toksin juga menyebabkan leukolisis sel inang . Sementara itu, γ-toksin
menyebabkan terbunuhnya sel inang.
Enterotoksin
Enterotoksin menyebabkan keracunan makanan.
Enterotoksin merupakan super antigen yang lebih stabil pada
suhu panas jika dibandingkan dengan S. Aureus. enterotoksin (A,
B, C, D, dan E) menginduksi diare, muntah dan shock.
Leukocidin
Toksin ini memusnahkanleukosit sel inang.
Exfoliatin
Exfoliatin termasuk dalam superantigen juga,
menyebabkan sindrom kulit melepuh pada anak-anak.
PKP FOLIKULITIS
PENCEGAHAN
Protease serin
Mengganngu
proses koagulasi Memecah Fungsi barrier
desmoglein-1 turun
Menyumbat
Inflamasi di saluran folikel
Terbentuk
infundibulum rambut
supurasi fokal ->
(muara folikel
pustula
rambut)
Folikulitis
Gejala Klinis
• Lokasi : ekstremitas bawah (ekstensor, bokong),
muka, kulit kepala.
• Papula / pustula eritematosa (ditengahnya ada
rambut).
• Gatal.
• Nyeri / sakit ringan.
Dasar Diagnosis dan Pemeriksaan
Penunjang Folikulitis
Anamnesis
• Gejala awal: nyeri fokal pada kulit yang
berfolikel rambut
• Nodul yang nyeri
• Ukuran nodul meningkat beberapa hari
• Demam (kadang)
• Malaise (kadang)
Pemeriksaan Fisik
• Nodul : warna merah, hangat, berisi pus
• Supurasi terjadi 5-7 hari dan pus dikeluarkan
melalui saluran keluar tunggal (single follicular
orifices)
• Nodul pecah → kering → lubang kuning
keabuan ireguler pada bagian tengah →
sembuh perlahan dengan granulasi
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan darah lengkap
Leukositosis dan eosinofilia
• Pemeriksaan histologis
Proses inflamasi dengan PMN yang banyak di dermis dan
lemak subkutan
• Uji sensitivitas antibiotik
Untuk penggunaan antibiotik secara tepat
• Dermatopatology
Infiltrat bersifat: - limfositik → viral, fungal
- neutrofilik → bacterial, fungal
- granulomatous → viral, fungal
• Pewarnaan gram dan kultur bakteri
Ditemukan: Staphylococcus aureus
- kokus
- berwarna ungu
- gram positif
- bergerombol seperti anggur
- non motil
- Kultur S. aureus: medium agar MSA (Manitol Salt Agar) selektif
Dapat memfermentasi manitol → perubahan medium agar dari
merah → kuning
- Kultur S. aureus: agar darah
Koloni bakteri lebar (6-8 mm), permukaan halus, sedikit cembung,
warna kuning keemasan
PP foli