Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan teori
1. Perpindahan Massa pada Proses Pengeringan
Laju pengeringan terdiri dari periode laju konstan dan periode laju menurun
(Hall, 1980 dan Bakker –Arkema, 1974). Laju pengeringan konstan terjadi pada bahan yang
berkadar air tinggi, sehingga laju penguapan air yang terjadi pada periode ini dapat
disamakan dengan laju penguapan air pada permukaan pengeringan produk hasil pertanian
dipengaruhi oleh suhu, kelembaban udara, dan laju aliran bebas. Biasanya periode ini
berlangsung sebentar, hingga air bebas pada permukaan telah habis, kemudian laju
pengeringan akan semakin menurun,sehingga proses pengeringan akan mengalami
perubahan berat, sehingga berat satuan partikel akan berubah. Dengan cara yang sama
dapat dihitung nilai konstanta laju penurunan berat satuan partikel dan nilai konstanta laju
kenaikan suhu bahan.
Perpindahan Panas Secara Konveksi Selama Proses Pengeringan
Perpindahan panas secara konveksi dapat digolongkan menjadi dua yaitu free
convection dan force convection. Free convection adalah perpindahan panas yang terjadi
secara alami yaitu karena perbedaan tekanan udara. Sedangkan force convection adalah
perpindahan panas yang terjadi secara paksa dengan adanya aliran udara buatan
(Incropera, 1985).
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jagung tongkol dengan kadar
air sekitar 29 – 35% yang diperoleh dari petani di daerah Klaten. Alat yang digunakan pada
penelitian ini antara lain : rumah kaca, thermocouple, thermohygrometer, grain moisture
meter, timbangan analitik, dan oven.
GAMBAR SKEMA PENGERINGAN RUMAQH KACA
PROSEDUR PENELITIAN
Koefisien pindah panas konveksi (h) merupakan besaran yang menyatakan tingkat kecepatan
perpindahan kalor konveksi. Semakin tinggi nilai koefisien pindah panas konveksi maka
perpindahan laju panas konveksi akan semakin tinggi, sehingga penurunan kadar air bahan
semakin cepat. Dibawah ini akan disajikan nilai koefisien pindah panas konveksi dalam
beberapa perlakuan (variasi) pengeringan pada Tabel 1
Tabel . Koefisien pindah panas konveksi pengeringan (h) (W/m2.oC) pada
beberapa variasi perlakuan
Tabel 1 menunjukkan bahwa pengeringan dengan menggunakan rumah kaca siang hari (RK.S)
memiliki nilai koefisien pindah panas konveksi (h) paling besar dibandingkan variasi
perlakuan yang lainnya. Hal ini dikarenakan efek rumah kaca pada alat pengering
mengakibatkan panas yang masuk berupa gelombang pendek yang selanjutnya dipantulkan
dalam bentuk gelombang panjang yang terperangkap dalam rumah kaca, sehingga suhu
udara lingkungan pengering lebih tinggi. Suhu udara berbanding lurus dengan koefisien
pindah panas konveksi. Nilai koefisien pindah panas konveksi dipengaruhi oleh suhu udara
pengering, semakin tinggi suhu udara pengering maka nilai koefisien pindah panas konveksi
akan semakin besar. Koefisien perpindahan panas konveksi akan bervariasi tergantung pada
kondisi pengeringan berupa suhu (T) dan tekanan parsial uap dalam tekanan vakum (Singh
dan Heldman, 2001).
Menentukan Konstanta Laju Kenaikan Suhu Bahan (KT)
Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai konstanta laju kenikan suhu bahan paling tinggi terjadi
pada pengeringan rumah kaca siang hari (RK.S), hal disebabkan karena rumah kaca dapat
memperangkap panas sehingga suhu udara lebih tinggi. Faktor lingkungan baik suhu maupun
kelembaban sangat berpengaruh terhadap laju kenaikan suhu bahan (kT). Sedangkan nilai
laju konstanta kenaikan suhu bahan (kT) yang paling rendah adalah pada pengerigan malam
hari (RK.M).