Sie sind auf Seite 1von 16

ASPEK MEDIKOLEGAL

TERHADAP TERMINASI
KEHAMILAN
Oleh:
Prof. Dr. H. Syakroni Daud Rusydi, SpOG (K)
DEFINISI
 Terminasi kehamilan adalah suatu tindakan yang
dilakukan untuk menghentikan kehamilan dengan
kematian dan pengeluaran janin baik menggunakan
alat-alatan atau obat-obatan pada usia kurang dari 20
minggu dengan berat janin kurang dari 500 gram, yaitu
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan secara
mandiri
 Pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi 28
minggu atau sebelum janin mencapai berat 1.000 gram
 = Abortus provokatus = Aborsi
Definisi
• Manakala dari sudut pandang sisi hukum
menyebutkan, definisi terminasi kehamilan adalah
lahirnya buah kandungan sebelum waktunya oleh
suatu perbuatan seseorang yang bersifat sebagai
perbuatan pidana kejahatan
• Aborsi mempunyai arti yang umum tanpa
dipersoalkan umur janin yang mengakhiri kandungan
sebelum waktunya karena perbuatan seseorang
KLASIFIKASI

 Terminasi kehamilan yang bersifat spontan,


merupakan 10-12% dari semua kasus
terminasi kehamilan
 Terminasi kehamilan buatan (provocation)
yang merupakan 80% dari semua kasus
terminasi kehamilan
Klasifikasi
Terminasi kehamilan provokatus
■ Terminasi kehamilan provokatus medicinalis yaitu
pengguguran kandungan yang dilakukan berdasarkan
alasan atau pertimbangan medis
■ Terminasi kehamilan provokatus kriminalis yaitu
pengguguran kandungan yang dilakukan dengan
sengaja dengan melanggar berbagai ketentuan hukum
yang berlaku. Misalnya kasus yang paling sering
didapatkan, perempuan yang hamil anak luar nikah
yang mau menggugurkan kandungannya karena takut
mendapat malu dengan keluarga dan masyarakat
setempat
Terminasi kehamilan
provokatus medicinalis
■ Dalam melakukan abortus terapeutik dokter
tidak dipidanakan karena alasan kemanusiaan
tersebut dalam UU No.23 pada tahun 1992
tentang kesehatan pasal 15
Di luar negeri indikasi dilakukan aborsi terapeutika antara lain :
• Indikasi obstetri :
• Eklampsia berat, kelainan hipertensi (konvulsi dan koma)
• Kondisi keganasan :
• Karsinoma serviks yang invasif, karsinoma ovarium, dan
kanker payudara dengan metastasis
• Kondisi kardiovaskular:
• penyakit katup jantung, gagal jantung, penyakit jantung
kongenital, fibrilasi atrium dan hipertensi
• Kondisi respiratorik :
• insufisiensi respiratorik pada penyakit paru seperti bronkitis
kronis dan asma
• Kondisi psikologis dan emosional :
• ketika anak tersebut tidak diinginkan dan merupakan hasil
dari pemerkosaan
• Kondisi yang menyebabkan abnormalitas fetal :
• Kondisi infeksi (Rubella, Mumps), Ibu yang terpapar obat-
obatan berbahaya (Thalidomide, androgen, dan estrogen),
Inkompatibilitas rhesus
Pada trisemester pertama metode yang digunakan:
 Obat-obatan :
 Prostaglandin, efektif dalam menimbulkan kontraksi
uterus
 Antiprogesteron dengan menghambat reseptor
progesteron, sehingga menghambat efek biologis
progesteron pada uterus, obat yang efektif
digunakan seperti mifepristone. Untuk terapi sergikal
dapat dilakukan :
 Tindakan:
 Aspirasi vakum
 Dilatasi dan Kuretase
■ Pada trisemester kedua, metode medis yang
digunakan adalah salah satu atau kombinasi dari
instilasi intrauteri dari larutan saline hipertonik
(NaCl 20%) atau urea atau rivanol dan
prostaglandin melalui berbagai rute. Larutan ini
dapat dimasukkan ke dalam kantung amnion dari
fetus ataupun ke ruang extra-amnion
■ Metode bedah yang dilakukan dapat termasuk :
Dilatasi dan kuretase
Histerotomi
Histerektomi
Terminasi Kehamilan
Provokatus Kriminalis
 Abortus kriminalis adalah tindakan
pengguguran yang sengaja dilakukan
untuk kepentingan si pelaku, orang
hamil dan yang membantu tanpa
adanya indikasi terapeutik, Secara
hukum tindakan ini melanggar
ketentuan yang berlaku
■ Di Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Pidanan
(KUHP) telah mengatur tentang undang-undang aborsi yaitu
pada Pasal 346 – 349 KUHP
■ Semua tindakan terminasi kehamilan atau abortus
menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) di
Indonesia baik abortus yang bersifat medicinalis maupun
kriminalis dikategorikan sebagai suatu tindakan kriminal.
■ Pasal-pasal KUHP yang mengatur hal ini adalah pasal 299,
341, 342, 343, 346, 347, 348, dan 349
■ Di dalam KUHP Indonesia yang masih berlaku sampai
sekarang, abortus diatur dalam pasal 346-349 KUHP yang
termasuk dalam kejahatan terhadap nyawa, khususunya
nyawa janin.
■ Kemudian aborsi dalam perundangan medis baru diatur
dalam UU No.23 pada tahun 1992 tentang kesehatan,
dalam Pasal 15 yang mana undang-undang ini
menjelaskan bahwa tenaga kesehatan dapat melakukan
tindakan medis dalam keadaan darurat untuk
menyelamatkan ibu atau janin atas pertimbangan tim ahli
medis dan dengan keizinan atau mendapat persetujuan
daripada ibu hamil serta keluarganya.
■ Suatu tindakan mdis yang merencanakan untuk
melakukan aborsi harus berdasarkan indikasi medis yang
mana indikasi ini dibuat atas kondisi untuk menyelamatkan
nyawa ibu hamil yang terancam bahaya sekiranya tetap
melanjutkan kehamilannya, sedangkan yang dimaksudkan
dengan tenaga kesehatan adalah tenaga yang memiliki
keahlian dan kewenangan untuk melakukannya misalnya
dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan
■ Metode sering dipergunakan dalam terminasi
kehamilan provokatus kriminalis yang perlu
diketahui, oleh karena berkaitan dengan
komplikasi yang terjadi dan bermanfaat di
dalam melakukan penyidikan serta
pemeriksaan mayat untuk menjelaskan
adanya hubungan antara tindakan abortus itu
sendiri dengan kematian yang terjadi pada si-
ibu.
■ Berdasarkan survey Cara abortus yang
dilakukan oleh dokter dan bidan / perawat
adalah berturut-turut : kuret isap (91%),
dilatase dan kuretase (30%) serta
prostaglandin / suntikan (4%). Abortus yang
dilakukan sendiri atau dukun memakai
obat/hormon (8%), jamu/obat tradisional
(33%), alat lain (17%), dan pemijatan (79%).
Kematian :
 Sepsis
 Perdarahan
 Perforasi
TERIMA KASIH

Das könnte Ihnen auch gefallen