Sie sind auf Seite 1von 27

Euthanasia

Yusuf Alam Romadhon


“Doctors Must Not Kill”

Euthanasia dalam bahasa Yunani; “Eu yang


artinya normal atau baik, dan ‘thanatos’
yang berarti mati” maksudnya mati secara
normal atau baik dan mudah tanpa
penderitaan; “good death atau easy death”

“mercy killing” karena pada dasarnya


merupakan pembunuhan karena kasihan
SUFFERING and EUTHANASIA
Euthanasia bukan suatu istilah yuridis,
namun euthanasia mempunai
implikasi hukum yang sangat luas,
baik hukum pidana maupun perdata.
Oleh sebab itu perlu dicermati dengan
sungguh-sungguh oleh para praktisi
kedokteran; baik dokter, perawat
ataupun tenaga tim kesehatan yang
menanganinya.
Nancy Cruzan
Nancy Cruzan lost control of her car one day in January 1983 in
Missouri. When the paramedics arrived, they were able to restore her
breathing and heartbeat and she was transported, unconscious, to
hospital. She continued to be fed through a surgically- implanted
gastrostomy tube. After several years, a court found that, although her
respiration and circulation continued unaided, she was oblivious to her
surroundings except for reflexive responses to sound and perhaps painful
stimuli; her brain had degenerated, irreversibly; she was a spastic
quadriplegic; she suffered contraction of her four extremities, with
irreversible muscle and tendon damage; and had no cognitive or reflex
ability to swallow food or water or to maintain her essential daily needs
nor would she ever recover such an ability.
Chantal Sebire
What is it?
Types of Euthanasia

Voluntary euthanasia

Non-voluntary euthanasia

Involuntary euthanasia

Passive euthanasia
Voluntary Euthanasia
Euthanasia made with the consent of the
patient is called voluntary euthanasia. When
the patient brings about his or her own death
with the assistance of a physician, the term
assisted suicide is often used instead.
Non-voluntary Euthanasia

Euthanasia conducted where the


patient is unconscious is normally called
non-voluntary euthanasia
Involuntary Euthanasia
Euthanasia conducted against the will of the
patient is termed involuntary euthanasia.

The patient refuses to take the treatment


that could prevent him/her from dying.
Pros
• It provides a way to
relieve extreme pain

• It provides a way of relief


when a person's quality
of life is low

• Frees up medical funds


to help other people
Cons
• Euthanasia devalues human life
• Euthanasia can become a means of health
care cost containment
• Physicians and other medical care people
should not be involved in directly causing
death
SEMINAR POINTS
Para dokter maupun ahli hukum hingga saat ini terus
membicarakan dan belum mendapatkan titik temu.
Kompleknya karena sistem hukum maupun kesehatan
setiap Negara menghadapi polarisasi didalam
menentukan keputusan medik yang banyak mengandung
pandangan serta dipengaruhi subjektifitas para dokter,
maupun hakim yang mengadili
1. Moral arguments for euthanasia are not convincing.
2. Euthanasia distorts the healing relationship between
doctor and patient.
3. Euthanasia is likely to be abused by society, and so can
have terrible social consequences.
Euthanasia memiliki dasar:
• Tindakan tersebut, baik positive act ataupun
negative act, mengakibatkan kematian.
• Dilakukannya pada saat penderita/ atau pasien
masih dalam keadaan hidup.
• Penyakitnya sudah tidak ada harapan lagi untuk
disembuhkan dan sudah berada dalam stadium
terminal.
• Motifnya karena tim kedokteran/lainnya yang
menangani merasa kasihan melihat penderitaan
yang berkepanjangan.
• Tujuannya untuk mengakhiri penderitaan.
SUFFERING
frase-frase lain seperti;
“hopelessly ill” – penyakit yang tidak memiliki
harapan,
“desperately ill”-penyakit yang sangat
menyedihkan,
“incurably ill”-penyakit yang tidak dapat
disembuhkan,
“hopeless condition”-kondisi yang tidak memiliki
harapan, dan
“meaningless life”- kehidupan yang tidak berarti.
ARGUMENTS FOR EUTHANASIA
Those who argue for euthanasia typically say the following
basic things:
1. Euthanasia didefinisikan sebagai suatu tindakan mengakhiri
hidup seseorang atas dasar rasa-iba karena penderitaan
yang dialami, kecideraan yang sangat berat dan tidak
berdayanya serta tidak mempunyai harapan lagi untuk
sembuh .
2. Disebut voluntary euthanasia jika yang mengambil dan
membuat keputusan adalah orang yang menderita sakit;
the incurable suffering. This is the principle of
autonomy.(Euthanasia dibagi menjadi voluntary euthanasia
dan involuntary euthanasia; orang lain yang menentukan)
3. Terminally ill patients cannot end their own lives, but depend on
doctors who know best how to do it. Here a doctor acts as an
agent on behalf of the patient.
PENENTUAN KEMATIAN
(end of life issues)

• Pasien yang sudah meninggal (mati) secara


permanen; permanent cessation of life harus
ditentukan sesuai definisi yang tepat;disebut
berhentinya kehidupan .
• Definisi hidup adalah berfungsinya organ vital;
paru-paru, jantung dan otak sebagai suatu
kesatuan yang utuh; yang ditandai adanya
konsumsi oksigen.
Kriteria Diagnostik Pasien Mati
Secara ilmiah berdasarkan konsep; “permanent cessation of heart beating and respiration
is death”
Konsep “brain death is death”,  karena fungsi kognisi-psikomotor otak
saja yang mati maka belakangan yang lebih maju lagi adalah
“brainstem death is death” dengan catatan bahwa fungsi vital juga
ikut mati. Dasar kriteria ini adalah;
• Adalah sulit memeriksa seluruh fungsi otak dalam keadaan koma
untuk mendiagnose brain death hanya dengan menentukan fungsi
sense and perception yang harusnya dalam keadaan kompos mentis.
• Proses brain death tidak terjadi secara serentak, tetapi bertahap
karena kematian sel dari bagian otak yang kekurangan oksigen juga
resitensinya beda; kortek dan thalamus lebih sensitive dibanding
batang otak.
• Brain stem adalah bagian dari otak yang mengatur fungsi vital tubuh
manusia; pernapasan dan lainnya.
Kriteria Diagnostik yang sering digunakan
oleh para dokter adalah;
• Hilangnya respons terhadap sekelilinnya; perintah dan rangsang taktil.
• Tidak adanya gerakan otot atas rangsang atau perintah (penderita tidak
dalam keadaan anaesthesi)
• Tidak ada reflek pupil dan kornea.
• Tidak ada respon motorik dan Nn Kranial terhadap rangsang.
• Reflek menelan atau batuk; tidak ditemukan pada saat ada rangsangan.
• Tidak adanya reflek vestibulo-okularis terhadap rangsang dingin pada liang
telinga.
• Tidak adanya napas spontan pada saat alat respirator dilepas untuk waktu
tertentu; walaupun pCO2 sudah melampaui nilai ambang rangsang napas.
Penentuan Kriteria
(Dilakukan 6 jam setelah penderita mendapat serangan
koma dan apnoe, dan harus diulangi lagi paling cepat 2 jam
setelah tes yang pertama);
• Tes konfirmasi lain seperti EEG (electro
encephalography) hanya dilakukan bila ada
keraguan pada tes diatas.
• Secara medis diperlukan dan dapat dilakukan
tergantung situasi; apakah pada kasus biasa atau
spesifik seperti keracunan, sengatan listrik / petir,
gangguan metabolisme, hypothermia dan penderita
yang akan dipersiapkan sebagai donor-kadaver.
Perspektif Hukum EUTHANASIA

• Kaitannya dengan hukum pidana (KUHP) perlu ada


kejelasan mengenai kedudukan hukumnya dengan
mempertimbangkan baik euthanasia yang bersifat
positive act maupun negative act yang keduanya
menyebabkan kematian.
• Apakah tindakan tersebut diklasifikasikan sebagai
kejahatan terhadap nyawa seseorang? Apakah
semua jenis euthanasia adalah tindak pidana? Dan
apakah dokter yang melakukan mempunyai celah
hukum untuk menghindari dari tuntutan hakim?
Kalangan Medis dikenal adanya
Pseudoeuthanasia;
• Mati batang otak (brainstem death); dimana pasien
dengan kehidupan vegetatif, hidup dengan bantuan
mesin.
• Keadaan darurat yang tidak dapat diatasi; karena
terbatasnya fasilitas kesehatan, misalnya bencana
alam (disarter)
• Penghentian tindakan dan perawatan medis yang
tidak berguna lagi, berdasar criteria medis.
• Adanya penolakan perawatan medis oleh pasien atau
keluarga.
Bioetika sangat dekat dengan kenyataan kehidupan
konkrit didalam rumah-sakit dalam menghadapi
pasien dengan stadium terminal
• Euthanasia atas permintaan yang sifatnya pasif,
sering disebut autoeuthanasia; sedang yang
sifatnya aktif bisa dilakukan secara
langsung/direct; dimana dokter melakukan
tindakan medik yang langsung menyebabkan
kematian, pasal 344 KUHP, atau secara tidak
langsung/indirect untuk meringankan
penderitaan yang akhirnya menyebabkan
kematian, pasal 344/359 KUHP.
Dengan sengaja mengakhiri hidup seseorang,
dalam suatu konsensus para ahli hukum dan
kedokteran disebutkan sebagai tindakan
dokter
• Apapun alasan yang digunakan oleh dokter pada
suatu tindakan yang secara moral dan hukum
adalah perbuatan dengan tujuan mengakhiri hidup
seseorang; maka tindakan tersebut digolongkan
sebagai tindak pidana pembunuhan.
• Namun untuk kasus euthanasia hendaknya kita
tidak gegabah memberikan penilaian hukum karena
berbagai jenis dan cara euthanasia yang dapat
dilakukan seorang dokter
Penafsiran dan Pertimbangan Euthanasia  dan
Konsensus baru dalam Hukum

• Mengakhiri kehidupan orang lain atas


permintaan yang sungguh dan jelas. (ancaman
jelas; penjara)
• Membantu orang lain untuk mengakhiri
kehidupannya atau menyediakan sarananya.
(ancaman ringan)
• Mendorong orang lain untuk mengakhiri
hidupnya. (ancamannya sangat berat)
Konsensus Baru?
• dimaksud adalah bahwa peristiwa
euthanasia sebaiknya tidak
dikualifikasikan sebagai peristiwa pidana;
bila dokter melakukan suatu pelayanan
kedokteran yang sungguh-sungguh
dengan etika-moral yang tinggi bagi
pasien yang sudah dikriteriakan tidak
mempunyai harapan sembuh dan hidup.
Terima Kasih

Wassalam, Wr, Wbr

Das könnte Ihnen auch gefallen