Sie sind auf Seite 1von 51

Handayani Dwi Utami, dr, M.Sc, Sp.

F
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik
FK UII Yogyakarta
 Manusia hidup
 Manusia mati /jenazah
Disaster Victim Identification (DVI)
is the formal process whereby multiple
individuals who have died as a result of a
single incident have their identity
established through the application of
scientifically proven techniques.
The conduct of a DVI operation is divided into
five distinct phases, each with its own area of
responsibility and coordination.
The phases are as follows:

1. Phase 1 – Scene examination and body


recovery
2. Phase 2 – Mortuary
3. Phase 3 – Ante-Mortem record collection
4. Phase 4 – Reconciliation
5. Phase 5 – Debrief
This breakdown into phases does not
imply that each follows the other in
chronological order.
Often phases are running concurrently,
such as post-mortem examinations
being conducted at the same time as the
collection of ante-mortem information.
ingeneral terms,
phase 1 is coordinated by DVI
trained police crime scene
personnel,

phase 2 by mortuary personnel,

phase 3 by police who are familiar


with interviewing the family
members of missing persons, and

phase 4 is generally coordinated by


a Coroner or equivalent judicial
authority.
 Primer : sidik jari, sidik gigi, sidik DNA
 Sekunder : visual, property, riw medis

 Rekonsiliasi rilis jika


minimal match antara 1 primer 2
sekunder
 Terbaru pesawat jatuh diperairan kepri-
masih dalam proses dvi
 Garuda Medan 1997—234 korban
 Bom Bali 2002—202 korban
 Gempa bumi Mei Jogja 2006
 Garuda Adisucipto Maret 2007-22 korban
 Gunung Merapi Nov 2010
 Sukhoi SJ 100 Mei 2012-gunung salak
 QZ8501 air asia-28 Desember 2014 -162
korban
 Terbuka– bencana tsunami, gunung
meletus, gempa
 Tertutup—bencana moda
transportasi/bencana dengan daftar
manifes jelas
 Compound—moda transp yang
nyungsep ditempat umum, misal kec
pesw di Medan nyungsep di pasar
polonia
 1. visual
 2. pakaian
 3. perhiasan
 4. dokumen
 5. sidik jari
 6. medis
 7. gigi/odontologi forensik
 8. serologi
 9. eksklusi
 Jejak darah
 1. apakah itu bercak
darah
 2 darah manusia atau
hewan?
 Jika manusia apa gol
darahnya
 Tes benzidin
 Tes luminol
 Hasilnya fluorescen hijau biru—luminol
bereaksi 10.000 kali dg darah
 Untuk penentuan
 Tes teichmann—kristal hemin hcl batang
coklat
 Tes takayama—kristal pyridin
hemochromogen bentuk bulu jingga
 Menentukan darah manusia
Tes presipitin—terjadi presipitasi
 Menentukan golongan darah
Absorption-elution—aglutinasi
 1901 ABO bloodtyping
 1937 ABH, MN, Rh, Gm
 Rh faktor  D antigen
 256 antigen 23 sistem klasifikasi gol darah
 Gol A banyak pada kaukasia
 Gol B banyak pada Asia Afrika
 Status hukum (tersangka, korban dll)
 Status pernikahan (anak, istri)
 Status perwalian
 Status hak waris
 Status klaim asuransi
 Kasus ragu orangtua (disputed parentage)
 Kasus ragu ayah (disputed paternity)
 Kasus ragu ibu (disputed maternity)
 Kasus ragu kerabat (pelacakan silsilah
keluarga)
 Informasi tentang ortu biologis
 Hak pengasuhan, santunan biaya hidup, hak
waris
 Hak meminta ayah kandung yang sah
menjadi wali nikah bagi anak perempuan
 Kewajiban ortu asuhan, warisan, nafkah,
membawa ke negara asal ortu
 Uji paternitas
 Kasus penculikan
 Kasus bayi tertukar
 Kasus kehamilan diluar nikah
 Berdasarkan hukum mendel
1. Aglutinogen A dan B tidak mungkin timbul
pada anak bila tidak terdapat pada salah
satu/kedua ortunya
2. Ortu dengan gol AB tidak mungkin
mempunyai anak gol O
3. Anak gol O tidak mungkin mempunyai ortu
gol AB
Gol ORTU Gol mungkin pd ANAK Gol mustahil ANAK
OXO O A, B, AB
OXA O, A B, AB
AXA O, A B, AB
OXB O, B A, AB
BXB O, B A, AB
AXB O, A, B, AB TIDAK ADA
O X AB A, B O,AB
A X AB A, B, AB O
B X AB A, B, AB O
AB X AB A, B, AB O
 Px untuk menentukan identitas ragu melalui
 golongan darah (A,B,O MN, Rh, Duffy, Kelly
dst)
 Golongan protein serum
 Golongan enzim eritrosit
 Kesimpulan tertinggi ketepatannya tidak
lebih dari 70%
 HLA (human lymphocyte Antigen)
Merup px antigen pada sel darah putih
menghasilkan ketepatan 97%
 DNA
Dengan serangkaian panel px DNA dg PCR
dan STR ketepatannya 99,9%
 STR (Short Tandem Repeat) adalah bagian inti
DNA yg diturunkan dr ortu menurut hk
Mendel, merup DNA pendek berupa 2-6 basa
nitrogen berulang yang polimorfik
 cocok untuk identifikasi personal dan kasus
paternitas
 STR mempunyai variasi alel yang banyak,
mudah digandakan di lab dan cepat
analisisnya
 1996 px thd 13 lokus STR (CODIS 13 –combine
DNA Index System 13) dianjurkan oleh FBI
untuk identifikasi dg ketepatan mendekati
100%
 Ibu hamil yang meminta pemeriksaan DNA
untuk janinnya
 Status hukum ibu hamil
 Status hukum anak dalam kandungan
 Status tersangka ayah yang terbukti
 Hak wali nikah anak
 Hak Anak biologis = anak kandung ?? Dalam
hal waris dan pernikahan?
 Apakah ada hukum adopsi dalam islam?
 Hukum pernikahan anak yang diwalikan
bukan oleh ayah kandung??
 Ayah kandung-ayah legal-ayah biologis
 Semua pihak yang terlibat datang
 Informed consent dokter-klien-2 saksi
 Nasabah <21 tahun di ttd wali/ortu
 Sampel adalah darah vena 1-3 cc dalam tab
steril dg EDTA , ditutup rapat dan dikocok
kmd dilabel
 Cek gol darah ABO , sebagian di simpan pada
kertas FTA ( DNA awet sd 20 th)
 Swab mukosa mulut dg 2-4 lidi kapas yang
disimpan dalam tabung steril setelah
dikeringkan
 Tetesan darah ujung tumit bayi /anak dalam
kertas FTA (File Transport Access)
 Dokumentasi dengan kamera untuk menjaga
keotentikan acara pengambilan sampel
 Mencegah pembekuan darah
 mencegah penghancuran DNA oleh enzim
DNAase
 Apa yang akan dibuktikan
 Apa tindak lanjut setelah ada hasil
 Kapan dilakukan pemeriksaan
 Siapa saja yang terlibat atau harus diperiksa
 Bagaimana prosedur pemeriksaan
 Berapa biayanya (di RS Sardjito 2-3 individu
biaya Rp. 8.681.000,00—kurs 3-4 th yll)
 Sampel ekstraksi DNA hitung kadar
penggandaan dg PCR elektroforesis

 Sampel nya bisa darah, tulang, akar rambut,


kuku, ludah, kulit tapi untuk uji eksklusi
paternitas paling lazim diambil adalah darah
no lokus
1 CSF1PO
2 D7S820
3 D21S11
4 D8S1179
5 D16S539
6 D13S317
7 TH01
8 D3S1358
9 D18S51
10 TPOX
11 vWA
12 FGA
13 D5S818
 Analisis FCM (father-child-mother)
 Analisis DNA anak dan ibu
 Analisis DNA paternal anak dibandingkan dg
tersangka ayah
 JIKA HASIL UJI PATERNITAS menunjukkan
semua lokus (13 lokus) identik antara anak
dan tersangka ayah maka probability of
paternity dari kasus itu adalah 99,99998%
 Jika hasil uji paternitas menunjukkan eksklusi
pada 2 STR atau lebih antara anak dan
tersangka ayah maka ini menunjukkan
bahwa anak tersebut bukan anak
biologis/genetik dari tersangka ayah
 Ketepatan pada pemeriksaan ini adalah 100%
no lokus Tn. X Ny. Y Anak kesimpulan

1 TH01 7,9 7,8 7,7 mungkin

2 TH01 7,9 7,8 7,8 mungkin

3 TPOX 8,11 8,9 8,9 mungkin

4 TPOX 8,11 8,9 9,11 Mungkin


no lokus ayah ibu anak kesimpulan

1 D7S820 10,12 9,10 8,10 ekslusi

2 D21S11 30,33 29,31 29,31 ekslusi

3 FGA 22,23 22,22 19,22 ekslusi

4 D18S51 16,17 12,18 12,15 ekslusi


 Atmadja, DS, Untoro, E , 2009, pemeriksaan DNA pada kasus
ragu ayah (paternitas) dalam Idries, AM (ed),2009, pedoman
praktis ilmu kedokteran forensik bagi praktisi hukum, sagung seto,
Jakarta

 Idries, AM. Tjiptomartono, AL, 2008, penerapan ilmu kedokteran


forensik dalam proses penyidikan, sagung seto, Jakarta

 Darmono, 2009 ,farmasi forensik dan toksikologi penerapan


dalam penyidikan kasus tindak pidana kejahatan, UIPress, Jakarta

 Jaeseol Y, Youngseon C, Youngho L, 2011, alih bahasa Novianti E.N


Why Crime Science—sains investigasi, Elex media komputindo,
Jakarta
Beli bakwan bonusnya tasbih
Cukup sekian terima kasih

haniforensic@gmail.com

Das könnte Ihnen auch gefallen