Sie sind auf Seite 1von 32

‫تيتيقييقق ىَتميعتن ىَالششتهاَتدتَتتييي‬

‫‪Realisasi Makna Syahadatain‬‬


‫)‪A 9-1‬تَملَحمقلَيلق ُمملَعمنىَ ُال ش‬
‫شمهاَمدتَمنلَيمن ُ(‬
‫امللَمممحبشةل‬
‫امللَلملَؤمملن‬ ‫مالتسمجاَمرةل‬ ‫املل‬
‫امللَمعمملل‬
‫امللَمباَئملع‬ ‫اململَمموالل ُموالَلمنَألَنلف ل‬
‫س‬
‫امللَلملَشتممرلَي‬
‫ضىَ‬‫امللَمجنشلة ُموالسر م‬
‫امللَمجمهاَلد‬
‫شمهلَيلد‬
‫مال ش‬ ‫محمياَةة ُلملَللملَؤمممن‬ ‫مال ش‬
‫شمهاَمدةل‬
‫سجولد‪ُ ُ،‬املممر ُمباَللَمعرو م‬
‫ف ُ‬ ‫مالتشنلَوبملة‪ُ ُ،‬امللَمعمباَمدلة‪ُ ُ،‬مال س‬
‫لَ ل م لَ ل لَ‬ ‫ع‪ُ ُ،‬مال س ل لَ‬
‫سمياَمحلة‪ُ ُ،‬مالسرلكلَو ل‬
‫والنشنلَهي ُمعمن ُاللَملَنمكمر‪ُ ُ،‬امللَحاَفمظلومن ُلمحلدومد ُا م‬
‫ل‬ ‫م لَ ل لَ‬ ‫ل‬ ‫م ل‬
Realisasi Maknasy
Syahadatain
Syahadat yang kita ucapkan bukan sekedar
pernyataan, tapi sekaligus sumpah dan janji
kita kepada Allah SWT
Syahadat adalah proklamasi keislaman kita
Syahadat adalah sumpah setia kita
Syahadat adalah janji setia kita
Ia perlu realisasi sebagai konsekuensi dari
proklamasi, sumpah dan janji tersebut
Sehingga ia bukan pernyataan kosong,
sumpah palsu dan janji-janji belaka

RASM
Hubungan Mu’min dan Allah
Setelah seseorang bersyahadat maka hubungan
dirinya dengan Allah SWT menjadi kuat
Dirinya terikat dengan hubungan ini dengan
ikatan yang sangat kuat yang tidak akan
terputus (2:256)
َ‫صاَمم ُلممها‬ ‫ك ُمباَللَعرومة ُاللَوثُلَنمقىَ ُمل ُانَألَم‬
‫ف‬ ‫م‬
‫م‬ ‫ ُفمنمق لَ م لَ م م ل لَ م ل‬
‫س‬ ‫م‬‫ت‬ ‫س‬ ‫د ُا‬
maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada
buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus
Ada tiga hubungan yang harus dijaga:
Hubungan cinta
Hubungan perniagaan
Hubungan kerja
RASM
Hubungan Cinta (‫) امن ن نللَمممحبشلة‬
Hubungan cinta kita dengan Allah setelah
bersyahadat haruslah kuat  cinta yang
sempurna (2:165)
Realisasi cinta kita dengan Allah:
Mengikuti Rasulullah (3:31)
Menata cinta kita terhadap selain Allah:
mencintai orang dan apa saja yang dicintai
Allah dan membenci orang dan apa saja yang
dibenci Allah  lihat kembali materi
“Mahabbatullah”, “Maratibul Hubb”, dan
“Lawazimul Mahabbah”
Berani menanggung resiko cinta: berjihad
dan berkorban (49:15) RASM
Hubungan Kerja (‫) امن ن نللَمعمملل‬
Setelah bersyahadat maka kita terikat hubungan kerja
dengan Allah
Syahadat adalah perjanjiang kontrak kerja kita dengan
Allah
Kita adalah PEKERJA ALLAH (‫ ) امن ن نللَعنناَممنل‬39:39
‫م ل‬
Allah adalah MAJIKAN kita (9:105)
Kita bekerja sesuai order (perintah dan larangan) Allah,
bukan seenak kita sendiri  bisa ditolak hasil pekerjaan
kita
Maka yang kita sodorkan haruslah amal terbaik (67:2,
3:92), bukan amal asal-asalan (3:188) atau ogah-ogahan
(22:11)
Jam kerja kita = umur kita
Upah kita = pahala dan sorga serta bonus melihat Allah
(10:26)
Tingkatan Pekerja
Manusia akan dikelompokkan sesuai dengan
pekerjaannya (amalnya) 6:132, 46:19
Setiap “amil” (aktivis) dalam ketaatan kepada Allah
ataupun ma’shiyat kepadaNya, mendapatkan
kedudukan (manazil) dan peringkat atau ranking
(maratib) dari amalnya yang Allah berikan kepadanya
Apabila amal itu baik, maka kedudukan dan peringkatnya
baik
Apabila amal itu buruk, maka kedudukan dan peringkatnya
buruk
Ada tiga tingkatan pekerja (35:32, 56:1-10)
1. Pelopor (‫ساَبملقومن‬ ‫ِ ُان ن ننل ش‬,‫تن ن ن نمإلَذ م ُنان ن نلشمهنن‬
‫ساَبملقو م ُنان ن ننل ش‬ ‫خينرا ُمبم‬ ‫م م‬
‫)مس نناَبةق ُب ن ن ن ناَن ن نللَ م لَ م‬
2. Pertengahan (‫ب ن نللَمملَيممنممة‬ ‫صمحاَ ُلان‬ َ‫ِ ُأم ل‬,‫صةد‬ ‫)م نلَقتمن م‬
‫ل‬
3. Zhalim (‫شأممممة‬ ‫م م مم‬
َ‫ب ن نللَمم ل‬ َ‫ِ ُأم ل‬,‫)ظنم ناَن ن نلةم ُلن نننمنلَفسهنن‬
‫صمحاَ ُلان‬

RASM
Hubungan Perniagaan (‫) امن ن نلتسمجاَمرلة‬
Hubungan yang kuat setelah bersyahadat adalah
hubungan perniagaan (dagang) antara kita dan
Allah
Perdagangan dengan Allah adalah perdagangan
yang paling menguntungkan
61:10 “Maukah Aku tunjukkan perniagaan yang
dapat menyelamatkan kalian dari adzab yang
pedih?”
Siapakah yang akan menjawab: MAU!?
Orang yang menginginkan selamat di akhirat!
61:11 ada dua hal yang harus dilakukan:
Iman kepada Allah dan RasulNya
Berjihad dengan harta dan jiwa
Posisi dalam Perniagaan
Layaknya sebuah jual-beli atau
perniagaan pada umumnya, maka harus
memenuhi unsur-unsurnya
(َ‫شتممر ل‬
1. Pembeli ‫ي‬ َ‫) امن ن نللَلم ل‬: ALLAH SWT
2. Penjual (‫ع‬‫) امن ن نللَباَئم‬: MU’MIN
‫م ل‬
3. Barang yang dijual: HARTA DAN JIWA

‫) انم ن ن لَلممموان ن ن ُللموانلَ ن ن نَألَنلملف ل‬


(‫س‬
‫ام ُن ن نللَم‬
4. Harganya: SORGA DAN RIDHO (‫جنشةل‬
َ‫ضى‬
‫)موان ن نلسر م‬
‫) امن ن نللَم‬
5. Pasarnya: JIHAD (‫جمهاَلد‬ RASM
Barang Dagangan Jihad
9:111 Allah akan membeli JIWA dan
HARTA orang beriman  dalam ayat ini
didahulukan “jiwa” dari “harta”
Contoh penjualan harta kepada Allah:
Abu Bakar ash-Shiddiq dengan seluruh
hartanya (4000 dirham)
Umar bin Khaththab dengan separoh
hartanya
Utsman bin Affan berinfaq dengan 900
ekor unta dan 100 ekor kuda, belum
termasuk uang kontan
Abdurrahman bin Auf menyerahkan RASM
Harganya: SORGA dan RIDHO
Harga yang dibayarkan oleh Allah SWT adalah sorga dan
ridhoNya
Ketika bai’atul ‘aqabah Abdullah bin Rawahah berkata
kepada Rasul SAW, “Berilah persyaratan bagi Tuhanmu dan
bagi dirimu sesuka hatimu.” Maka Rasulullah bersabda,
“Aku memberikan syarat bagi Tuhanku, hendaklah kalian
menyembahNya dan janganlah kalian mempersekutukan
Dia dengan sesuatu pun. Dan aku memberikan syarat bagi
diriku, hendaklah kalian membelaku sebagaimana kalian
membela diri dan harta benda kalian sendiri.” Para sahabat
bertanya, “Apakah yang kami peroleh jika kami
mengerjakan hal tersebut?” Beliau menjawab, “Sorga.”
Mereka menjawab, “Jual beli yang menguntungkan, kami
tidak akan mundur dan tidak akan mengundurkan diri.”
Lalu turunlah 9:111

RASM
Pengiriman Usamah
Penulis MUKHTASHAR HAYATUSH-SHAHABAH, Syaikh
Muhammad Yusuf Al-Kandahlawy (judul terjemahnya
SIRAH SHAHABAT: Keteladanan Orang-orang di
Sekitar Nabi) menyebutkan secara khusus tentang
jihad dalam “Bab VI Jihad Fi Sabilillah”
Yang menarik beliau memulai kisah jihad dengan
uraian tentang pengiriman Usamah bin Zaid oleh
Rasulullah SAW
Pengiriman pasukan ini beberapa hari sebelum beliau
SAW wafat  seakan penulis ingin mengatakan
bahwa JIHAD NABI SAW SAMPAI AKHIR HAYAT!
Setelah itu baru disebutkan perhatian Khulafaur
Rasyidin dalam masalah jihad
Setelah baru peperangan Badar, Uhud, dst
Jihad = Amal Terbaik
Ustman ra berpidato di atas mimbar,
“Sesungguhnya aku masih
menyimpan sebuah hadits yang
pernah kudengar dari Rasulullah SAW,
karena aku khawatir kalian akan
meninggalkan aku.
Maka kini aku akan
menyampaikannya, agar setiap orang
menentukan pilihannya sendiri-
sendiri, mana yang terbaik baginya.
Aku mendengar beliau bersabda,
Mengingkari yang Menunda-nunda
Keberangkatan
Pada Perang Mu’tah Rasulullah SAW telah
menetapkan bahwa komandan perang adalah Zaid
bin Haritsah; jika ia gugur diganti oleh Ja’far bin Abi
Thalib; jika ia gugur diganti oleh Abdullah bin
Rawahah
Sebelum berangkat perang Ibnu Rawahah pergi
shalat Jum’at bersama Rasulullah SAW, beliau
bertanya, “Mengapa engkau belum berangkat?”
Ibnu Rawahah menjawab, “Karena aku ingin shalat
Jum’at bersama engkau.”
Beliau bersabda, “Pergi di jalan kebaikan (jihad)
pada pagi atau sore hari lebih baik daripada
dunia dan seisinya.”
Para Wanita dalam Jihad
Para wanita tidak mau tinggal diam dalam urusan jihad
Putri Milhan minta didoakan ikut pertempuran di lautan
Saat itu Rasulullah tersenyum sehingga putri Milhan heran, maka
beliau bersabda, “Kelak ada sebagian umatku yang akan
mengarungi laut biru untuk berperang di jalan Allah. Perumpamaan
mereka seperti para raja yang berkuasa atas tawanan-
tawanannya.”
Ia menikah dengan Ubadah bin Shamit dan ikut perang di lautan
Ummu Imarah (Nusaibah binti Ka’ab) ikut menolong Rasulullah
ketika akan dibunuh oleh Ibnu Qumai’ah di Perang Uhud
Ar-Rubayyi’ binti Mu’awwidz ikut menyediakan logistik dalam
suatu peperangan
Ummu Sulaim ikut Perang Hunain dengan sebuah tombak, “Aku
sengaja membawanya untuk menusuk perut orang musyrik
yang mendekatiku.”
Asma’ binti Yazid bin As-Sakan membunuh 9 orang dalam
Perang Yarmuk
Jihad Total
Medan jihad sangat banyak, meskipun yang
tertinggi adalah jihad di peperangan (jihad qital)
Jihad = sungguh-sungguh  mengeluarkan
segala upaya, pikiran, tenaga, harta, dan waktu
Bidang-bidang jihad
Jihad nafs
Jihad tarbawi: jihad melalui pendidikan dan
pengajaran
Jihad siyasi: jihad melalui politik untuk
menegakkan keadilan dan kesejahteraan rakyat
Jihad qital atau jihadul-yad (tangan): jihad dengan
pedang dan senjata
Jihadun-Nafs
 Jihadun-nafs memiliki kedudukan yang
tinggi di masa sekarang ini
 Jihad ini memiliki tingkatan:
 Berjihad untuk mempelajari petunjuk
(Islam)
 Berjihad untuk mengamalkan apa yang
sudah dipelajari
 Berjihad untuk berdakwah kepada petunjuk
 Berjihad untuk sabar atas segala kesulitan
dakwah
‫مراتَب ىَالهاَد‬
‫ساَممن‬ ‫ر ُا لَلس‬ ‫م‬ ‫م‬
‫مكلممملة ُاللَمحسق ُمعلَنمد ُال س‬
‫سلَلمطاَمن ُاللَمجاَئممر‬
‫د ُ‬
‫ب‬ ‫د ُامقللَلَلمي‬ ‫د ُال‬
‫هاَ‬‫كاَ‬
‫ج‬
‫هاَ‬‫نَأ‬
‫ج‬ ‫إ‬
‫القتاَل ُفي ُسبيل ُال‬
‫لَم ملل ل‬‫م‬ ‫‪Paling TINGGI‬‬

‫‪Medan‬‬
‫‪Jihad‬‬
‫‪banyak‬‬
‫‪ragamnya‬‬

‫‪Paling RENDAH‬‬
Semboyan Kita
Apabila kita sudah memahami konsep
jihad ini dan melakukannya, maka
berarti sudah memahami semboyan
kita:

‫م‬ ‫م‬
َ‫امللَجمهاَلد ُمس لَبينلمنا‬
JIHAD JALAN KITA

RASM
Landasan Jihad
‫) امن ننل ش م‬
Landasan dalam kita berjihad adalah SYAHADAT (‫شهاَمدةل‬
Karena tidak ada artinya jihad yang tidak ikhlas
Ingat hadits yang menyebutkan 3 orang yang pertama
dihisab: mujahid, dermawan, dan qari’ (ahli Qur’an) 
ketiganya masuk neraka karena jihad untuk disebut
pahlawan, berderma supaya disebut dermawan, dan
mengajarkan ilmu dan Qur’an agar disebut qari’-’alim
Ketika Rasulullah ditanya apa yang disebut fi sabilillah,
maka beliau menolak jihad karena ashabiyah
(fanatisme) atau karena ingin disebut pemberani, lalu
bersabda, “Siapa yang berperang untuk meninggikan
kalimat Allah, itulah sabilillah.”

RASM
Kehidupan Mu’min (‫)مح يماَةة ُلم ن نلَللملَؤممنمن‬
Jihad seharusnya menjadi sesuatu yang tidak
terpisahkan dalam kehidupan mu’min
Tingkatan kehidupan mu’min:
Sangatlah mudah bagi sebagian besar manusia untuk
berkhayal.
Namun, tidak semua khayalan yang terbersit dalam benak
bisa digambarkan dalam bentuk kata-kata.
Banyak di antara yang sedikit ini bisa beramal,
namun sedikit sekali yang mampu mengemban amanat
jihad yang begitu berat yang melelahkan.
Mereka inilah para mujahid dan mereka itulah kelompok
minoritas terpilih dari para pendukung yang kadang-
kadang bisa salah dalam melangkah dan tidak sesuai
dengan sasaran, manakala tidak mendapatkan penjagaan
dari Allah. Kisah Thalut barangkali bisa menjadi penjelas
atas pernyataan saya ini
Kehidupan Mu’min = Jihadul
Haq
‫ا هل لججــههادد‬
‫إستمرامريِّنـمنة‬ ‫مجسديِّنـمنة‬

Sesungguhnya, medan perkataan berbeda


dengan medan khayalan. Medan amal juga
berbeda dengan medan perkataan. Medan
jihad berbeda dengan medan amal. Medan
RASM
Berambisi Mati Syahid (‫شمهلَيلد‬
‫) امن ننل ش‬
Sa’ad dan ayahnya (Khaitsamah) sama-sama ingin
bergabung dalam Perang Badar
Rasulullah SAW memerintahkan agar salah
seorang saja yang ikut berperang
Akhirnya Sa’ad dan ayahnya membuat undian
Khaitsamah berkata kepada anaknya, “Memang
salah seorang di antara kita harus tinggal, maka
bagaimana jika engkau saja yang tinggal bersama
istriku?”
Sang anak berkata, “Kalau bukan karena
sorga, tentu aku bisa menerima saran ayah.
Tapi aku sangat mengharapkan mati syahid.”
Dari Syahadat Menuju Syahid
Kehidupan mu’min itu terrangkai dalam
untaian yang indah antara syahadat dan
syahid
Ia memulai dengan syahadat sehingga
dirinya ikhlas dan ittaba’ kepada
Rasulullah SAW
Kehidupannya diisi dengan jihad total,
sehingga umurnya penuh berkah
Ia mengakhirinya dengan syahid di jalan
Allah
Itulah gambaran indah seorang mu’min

RASM
Sifat-sifat Mu’min
Mu’min yang telah melakukan perdagangan dengan
Allah memiliki sifat-sifat yang disebutkan dalam
9:112
Sifat-sifat itu dalam bentuk isim fa’il yang
menunjukkan bahwa sifat itu melekat dengan
dzatnya ‫ت‬ (‫صتقةق ىَبيت ت ت ت تاَ ت تتلشذات ي‬
‫)ا ت ت تتلصفة ىَم تيلتتت ي‬
‫ق‬
Ada 7 sifat:
1. ‫( ُ ُالشتاَئملبومن‬yang bertobat)
2. ‫( ُ ُاللَمعاَبملدومن‬yang beribadah)
3. ‫( ُ ُاللَمحاَمملدومن‬yang memuji Allah)
4. ‫ساَئملحومن‬ ‫( ُ ُال ش‬yang melawat)
5. ‫ساَمجلدومن‬ ‫( ُ ُالشراكملعومن ُال ش‬yang rukuk, yang sujud)
6. ‫ف ُموالشناَلهومن ُمعمن ُاللَلملَنمكمر‬‫( ُ ُالَلمممرومن ُمباَللَمعرو م‬yang menyuruh berbuat makruf
‫م لَ ل‬ ‫ل‬
dan mencegah berbuat mungkar)
7. ‫ظومن ُلملحلدومد ُاللشمه‬ ‫( ُمواللَمحاَفم ل‬yang memelihara hukum-hukum Allah)
‫( ُ ُالشتاَئملبومن‬Yang Bertobat)
Orang yang kembali kepada Allah sambil
meminta ampunan atas dosa mereka
Tobat adalah
perasaan menyesal atas perbuatan masa lalu
bertawajjuh kepada Allah pada usia yang
masih ada
menahan diri dari dosa, dan
beramal sholeh sebagai realisasi tobat
Maka tobat adalah penyucian,
pembersihan, penyerahan diri kepada Allah
dan kesholehan
‫( ُ ُاللَمعاَبملدومن‬Yang Beribadah)
Yang menghadap kepada Allah semata
dalam beribadah dan menyembah, sebagai
pengakuan atas rububiyahNya
Sifat ini tertanam dalam jiwa mereka
dengan diterjemahkan oleh ritus-ritus yang
mereka lakukan
Diterjemahkan oleh tawajjuh kepada Allah
semata dalam segala amal ibadah, ucapan,
ketaatan, dan mengikuti ajaranNya
Ia adalah pengakuan atas uluhiyah dan
rububiyah kepada Allah dalam bentuk
praktikal dan realistis
‫( ُ ُاللَمحاَمملدومن‬Yang Memuji Allah)
Mereka yang hatinya penuh dengan pengakuan nikmat
yang diberikan Allah, dan lidahnya selalu memberikan
pujian kepada Allah pada waktu senang maupun sulit
Pada waktu senang adalah untuk bersyukur atas
kenikmatan yang lahir
Sedangkan, dalam kesulitan adalah untuk memuji Allah
atas rahmatNya yang terkandung dalam cobaan itu
Pujian kepada Allah bukanlah pujian pada kesenangan
saja, namun juga pujian bagiNya pada saat kesulitan,
ketika hati orang yang beriman menyadari bahwa Allah
Yang Maha Penyayang dan Mahaadil tak mungkin
memberi cobaan kepada orang yang beriman, kecuali
untuk kebaikan yang Dia ketahui, sejauh apa pun hal itu
tersembunyi dari pengetahuan sang hamba
‫ساَئملحومن‬
‫( ُ ُال ش‬Yang Melawat)
Ada beberapa penafsiran:
Orang yang berhijrah
Para mujahid
Orang yang pergi jauh untuk menuntut ilmu
Orang-orang yang berpuasa
Termasuk juga orang-orang yang tafakkur
terhadap ciptaan Allah dan sunnah-
sunnahNya seperti pada 3:190-191
Bukan untuk sekedar merenung dan
mengambil ibrah, tapi untuk membangun
kehidupan dan memakmurkan nya setelah
itu, di atas pemahaman ini
‫( ُ ُالشراكملعومن ُال ش‬Yang Rukuk, Yang Sujud)
‫ساَمجلدومن‬
Mereka yang mendirikan shalat dan berdiri
dalam shalat
Hal itu seakan menjadi sifat permanen
mereka, dana seakan-akan ruku’ dan sujud
itu menjadi karakter pembeda bagi mereka
dibanding orang-orang lain
Mereka seperti yang digambarkan sebagai
pengikut Muhammad SAW (48:29)
Kelak mereka akan mudah untuk bersujud
di hadapan Allah kelak di akhirat nanti, di
saat mereka yang tidak terbiasa sujud
kakinya kaku tidak dapat ditekuk (68:42-
43)
‫ ُ ُالَلمممرومن ُمباَللَمعرو م‬
‫ف ُموالشناَلهومن ُمعمن ُاللَلملَنمكمر‬ ‫م لَ ل‬ ‫ل‬
(Yang Menyuruh Berbuat Makruf dan Mencegah
Berbuat Mungkar)
Saat daulah Islam masih berdiri, maka amar ma’ruf
nahi munkar dengan mencermati kesalahan dan
penyimpangan dari manhaj Allah dan syari’atNya
Saat ini maka AMAR MA’RUF:
Usaha-usaha untuk mengkonsolidasikan,
mengkoordinasikan, dan memobilisasi sumber-sumber
positif konstruktif dalam Jamaah, umat, bangsa dan
kemanusiaan untuk produksi kebajikan bagi kedamaian
NAHI MUNKAR
Bekerja secara sistematik mempersempit,
memarjinalisasi dan meminimalisasi ruang gerak
kemungkaran dan efeknya, sehingga perannya rendah
‫( ُمواللَمحاَفملظومن ُلملحلدومد ُاللشمه‬Yang Memelihara
Hukum-hukum Allah)
Dalam masa ketiadaan pemerintahan
Islam, maka menjaga hukum-hukum Allah
diarahkan kepada menjaga syari’at Allah
selain hudud (hukum pidana)
Jadi kita arahkan kepada menjaga akidah,
ibadah, dan muamalah
Kemudian tetap berupaya secara tarbawi
maupun siyasi (politik) untuk mencapai
kekuasaan sehingga
Memiliki landasan yang kokoh sebagai
masyarakat Islam
Memiliki kemampuan untuk memimpin
RASM
bangsa

Das könnte Ihnen auch gefallen