Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Vivian Angelina
406138150
penyakit yang ditandai dengan iskemia (suplai darah
berkurang) dari otot jantung, biasanya karena
penyakit arteri koroner (aterosklerosis dari arteri
koroner).
Adanya aterosklerosis dari pembuluh darah epicardial
yang mengarah ke penyakit jantung koroner.
Penyakit jantung iskemik mungkin hadir sebagai
penyakit koroner akut (penyakit koroner akut
termasuk unstable angina, infark miokard dengan
kenaikan segmen non-ST atau infark miokard dengan
kenaikan segmen ST), angina pektoris kronis stabil,
dan iskemik tanpa gejala klinis.
terjadi akibat penyempitan pembuluh darah arteri
menuju jantung atau terjadi penyumbatan pembuluh
darah arteri jantung yang disebut pembuluh darah
koroner.
Penyumbatan akan berakibat pada terhambatnya
suplai zat makanan terutama oksigen yang diperlukan
agar jantung tetap dapat memompa darah ke seluruh
tubuh tanpa henti sehingga akan terjadi
ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan
oksigen otot jantung yang mengakibatkan kerusakan
pada daerah yang terkena dan fungsinya akan
terganggu.
Ditandai dengan adanya endapan lemak yang terkumpul di dalam sel
yang melapisi dinding suatu arteri koroner dan menyumbat aliran
darah.
Endapan lemak (plak atau ateroma) terbentuk secara bertahap dan
tersebar dipercabangan besar dari kedua arteri koroner utama, yang
mengelilingi jantung dan menyediakan darah bagi jantung.
Proses pembentukan ateroma disebut aterosklerosis.
Ateroma bisa menonjol ke dalam arteri dan menyebabkan arteri
menjadi sempit.
Jika ateroma terus membesar, bagian dari ateroma bisa pecah dan
masuk kedalam aliran darah di permukaan ateroma tersebut.
Penyebab utama dari iskemik miokard adalah penyakit arteri koroner
yaitu angina (nyeri dada) dan serangan jantung (infark miokard).
Gejala yang sering timbul pada IHD yaitu angina,
merupakan rasa tidak nyaman atau rasa sakit pada
dada.
Rasa sakit ini timbul akibat berkurangnya suplai O2 ke
jantung.
Kadang IHD tidak menimbulkan gejala (silent
ischemia).
Gejala penyerta seperti keringat dingin dan timbulnya
rasa mual, sesak napas, perasaan melayang dan
pingsan (sinkop).
Ciri-ciri Angina:
Dada terasa tertekan oleh suatu benda berat atau seperti
diremas. Hal ini terasa hingga ke leher, lengan, perut,
punggung atas.
Rasa sakit biasanya timbul jika sedang melakukan
aktivitas atau sedang dalam keadaan emosi tidak stabil.
Rasa sakit ini dapat hilang dengan beristirahat atau
dengan pemberian Nitroglycerin.
Bila dilakukan pemeriksaan fisik dapat ditemukan
hipertensi, pembesaran jantung dan kelainan bunyi
jantung dan bising jantung.
Merokok, berapapun jumlahnya
Kadar kolesterol total dan kolesterol LDL yang tinggi
Hipertensi
Kadar kolesterol HDL yang rendah
Diabetes Mellitus
Usia lanjut
Minuman alkohol
Obesitas (IMT > 25 mg/m2)
Obesitas abdominal (lingkar pinggang > 94 cm untuk
pria, dan > 80 cm untuk wanita; waist hip ratio> 0,9
untuk pria, dan 0,8 untuk wanita)
Kebiasaan kurang bergerak/aktivitas fisik kurang
Riwayat keluarga menderita IHD pada usia muda ( <
55 tahun untuk pria dan < 65 tahun untuk wanita)
Etnik tertentu
Faktor psikososial
Kadar trigliserida serum yang tinggi
Kadar homosistein serum yang tinggi
Kadar lipoprotein yang tinggi
Faktor protrombotik
Penanda inflamasi (peradangan)
IHD atau sering dikenal dengan angina pektoris adalah
suatu kelainan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan
supply dengan kebutuhan oksigen. Oksigen dibutuhkan
untuk proses sebagai berikut :
Utama :
Frekuensi jantung
Kontraktilitas
Tekanan dinding intramiokardial selama sistol, dipengaruhi :
Tekanan darah arteri (after load)
Volume ventrikel (preload)
Minor :
Energi aktivasi
Metabolisme waktu istirahat
Suplai tergantung dari:
Jumlah aliran koroner/Coronary blood flow penentu
Ekstraksi oksigen oleh otot jantung hampir maksimal
pada keadaan istirahat
Suplai menurun disebabkan oleh :
Penyempitan (spasme koroner)
Hambatan pembuluh darah arteri coroner (penyebab
umum aterosklerosis)
sindrom klinik yang ditandai dengan rasa tidak enak
di dada, rahang, bahu, punggung ataupun lengan,
yang biasanya dicetuskan oleh kerja fisik atau stres
emosional dan keluhan ini dapat berkurang bila
istirahat atau oleh obat nitrogliserin.
nyeri dada disebabkan oleh spasme arteri koronaria,
sering timbul pada waktu istirahat, tidak berkaitan
dengan kegiatan jasmani dan kadang – kadang siklik
(pada waktu yang sama tiap harinya).
sindrom klinik yang mempunyai dasar patofisiologi yang
sama yaitu adanya erosi, fisur, ataupun robeknya plak
ateroma sehingga menyebabkan trombosis intravaskular
yang menimbulkan ketidakseimbangan pasokan dan
kebutuhan oksigen miokard.
Yang termasuk dalam SKA adalah :
Angina pektoris tidak stabil (APTS, unstable angina) :
ditandai dengan nyeri dada mendadak dan lebih berat, yang
serangannya lebih lama (lebih dari 20 menit) dan lebih
sering. Angina yang baru timbul (kurang dari satu bulan),
angina yang timbul dalam satu bulan setelah serangan infark
juga digolongkan dalam angina tak stabil.
Infark Miokard Akut (IMA) : nyeri angina pada infark jantung
akut umumnya lebih berat dan lebih lama (30 menit atau
lebih). Walau demikian infark jantung dapat terjadi tanpa
nyeri dada (20 sampai 25%). IMA terdiri dari 2 jenis : NSTEMI
dan STEMI.
Lapisan endotel pembuluh darah koroner yang normal
akan mengalami kerusakan oleh adanya faktor risiko
antara lain : faktor hemodinamik seperti hipertensi,
zat – zat vasokonstriktor, mediator (sitokin) dari sel
darah, asap rokok, diet aterogenik, peningkatan kadar
gula darah, dan oksidasi dari LDL-C.
Diantara faktor – faktor risiko PJK, diabetes melitus,
hipertensi, hiperkolesterolemia, obesitas, merokok,
dan genetik merupakan faktor – faktor penting yang
harus diketahui.
Faktor risiko Jantung Koroner
Usia Merokok
Etnis Dislipidemia
Diabetes melitus
Stres
Inaktifitas fisik
Faktor risiko baru
Inflamasi
Fibrinogen
Homosistein
Stres Oksidatif
Cara – cara diagnostik
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Laboratorium
Foto dada
Pemeriksaan jantung non-invasif
EKG istirahat
Uji latihan jasmani (treadmill)
Uji latih jasmani kombinasi pencitraan
Ekokardiografi (Stress Eko)
Skintigrafi Perfusi Miokard
Farmakologik Kombinasi Teknik Imaging
Ekokardiografi istirahat
Monitoring EKG ambulatoar
Teknik non-invasif penentuan klasifikasi koroner dan anatomi koroner :
Computed tomography
Magnetic Resonance Arteriography
Pemeriksaan invasif menentukan anatomi koroner
Arteriografi koroner
Ultrasound Intra Vaskular (IVUS)
mengurangi progresif plak
menstabilkan plak, dengan mengurangi inflamasi dan
memperbaiki fungsi endotel,
mencegah trombosis bila terjadi disfungsi endotel atau
pecahnya plak.
Obat penurun kolesterol
Statin selain sebagai penurun kolesterol, juga
mempunyai mekanisme lain (pleiotropic effect) yang
dapat berperan sebagai anti inflamasi, anti trombotik
dll.
Target penurunan LDL kolesterol adalah <100 mg/dL
dan pada pasien risiko tinggi, DM, penderita PJK
dianjurkan menurunkan LDL kolesterol <70 mg/dL.
Ada dua cara revaskularisasi miokard yang telah
terbukti baik pada PJK stabil yang disebabkan
aterosklerotik koroner yaitu tindakan revaskularisasi
pembedahan, bedah pintas koroner (CBAG) dan
tindakan intervensi per kutan (PCI).
Tujuan revaskularisasi adalah meningkatkan survival
ataupun mencegah infark ataupun untuk
menghilangkan gejala. Tindakan mana yang dipilih,
tergantung pada risiko dan keluhan pasien.
Pengobatan tidak berhasil mengontrol keluhan pasien
Hasil uji non-invasif menunjukkan adanya risiko miokard
Dijumpai risiko tinggi untuk kejadian dan kematian
Pasien lebih memilih tindakan intervensi dibanding dengan
pengobatan biasa dan sepenuhnya mengerti akan risiko dari
pengobatan yang diberikan kepada mereka
Stenosis yang signifikan (≥ 50%) di daerah left main
(LM)
Stenosis yang signifikan (≥ 70%) di daerah proximal
pada 3 arteri koroner utama)
Stenosis yang signifikan pada 2 daerah arteri koroner
utama termasuk stenosis yang cukup tinggi
tingkatannya pada daerah proximal dari left anterior
descending arteri koroner.
Pada pasien dengan PJK stabil dengan anatomi
koroner yang sesuai maka PCI dapat dilakukan pada
satu atau lebih pembuluh darah (multi-vessel) dengan
baik (PCI sukses).
Risiko kematian oleh tindakan ini berkisar 0.3-1%.
Tindakan PCI pada pasien PJK stabil dibandingkan
dengan obat medis, tidaklah menambah survival dan
hal ini berbeda dibanding CABG.
Pemasangan stent dapat mengurangi restenosis dan
ulangan PCI dibandingkan tindakan balloon angioplasty.
Saat ini telah tersedia stent dilapisi obat (drug-eluting
stent/DES) seperti serolimus, paclitaxel dll.
Dibandingkan dengan bare-metal stents, pemakaian DES
dapat mengurangi restenosis. Studi RAVEL menunjukkan
restenosis dapat dikurangi sampai 0%.
Direct stenting (pemasangan stent tanpa predilatasi
dengan balon lebih dulu) merupakan tindakan yang
feasible pada penderita dengan stenosis arteri koroner
tertentu yaitu tanpa perkapuran, lesi tunggal, tanpa
angulasi atau turtoasitas berat.
tindakan intervensi koroner per kutan primer
(primary PCI) yaitu suatu teknik untuk
menghilangkan trombus dan melebarkan pembuluh
darah koroner yang menyempit dengan memakai
kateter balon dan seringkali dilakukan pemasangan
stent.
Tindakan ini dapat menghilangkan penyumbatan
dengan segera, sehingga aliran darah dapat menjadi
normal kembali, sehingga kerusakan otot jantung
dapat dihindari.
Pasien dengan PJK, penyakit arteri perifer, dan aterosklerosis
cerebrovaskular
Pasien yang tanpa gejala namun tergolong risiko tinggi karena :
Banyak faktor risiko dan besarnya risiko dalam 10 tahun ≥ 5% (atau
dengan usia lebih dari 60 tahun) untuk mendapat penyakit
kardiovaskular yang fatal.
Peningkatan salah satu komponen faktor risiko : cholesterol ≥ 8
mmol/L (320 mg/dl), low density lipoprotein (LDL) cholesterol ≥ 6
mmol/L (240 mg/dl), TD ≥ 180/110 mmHg.
Pasien diabetes tipe 2 dan 1 dengan mikroalbuminuria
Keluarga dekat dari :
Pasien dengan penyakit kardiovaskular aterosklerotik yang lebih
awal
Pasien dengan risiko tinggi namun tanpa gejala
Orang – orang yang secara rutin melakukan pemeriksaan klinis.
Panduan Pencegahan Primer Penyakit Kardiovaskular dan Stroke Berdasarkan Faktor Risiko
Lansia dengan TD sistolis Terapi standard sama, tetapi dengan dosis awal lebih rendah
tinggi (menghindari efek samping)
Mekanisme Kerja:
Menghambat masuknya ion kalsium ke dalam ”slow
channel” atau daerah sensitif tegangan pada pembuluh
darah otot polos dan miokardium pada saat depolarisasi
Menghasilkan relaksasi otot polos pembuluh darah
koroner dan vasodilatasi koroner
Meningkatkan oksigenasi miokardial pada pasien
dengan angina vasospastik
Memperlambat otomatisitas dan konduksi nodus AV.
Kontraindikasi :
Hipersensitif terhadap verapamil atau komponen lain
dalam sediaan,
disfungsi ventrikular kiri parah,
hipotensi (tekanan sistolik < 90 mmHg),
syok kardiogenik,
AV blok derajat II dan III,
SA block,
riwayat gagal jantung atau gangguan fungsi ventrikel
kiri, fibrilasi atrium
Efek samping :
Kardiovaskular : bradikardia; AV blok derajat I, II dan
III; gagal jantung kongestif, hipotensi, oedema perifer,
hipotensi simptomatik
SSP : pusing / nyeri kepala ringan, fatique
Gastrointestinal : konstipasi, mual
Mekanisme antiplatelet:
Trombosit/platelet memainkan peran utama dalam
patofisiologi ACS.
Secara khusus, platelet mempengaruhi siklus
aterosklerosis pada tahap pemecahan plak pecah
dimana platelet menjadi aktif, membentuk agregat, dan
merangsang pembentukan trombus yang kemudian
mengakibatkan ACS.
Tromboksan adalah aktivator platelet yang paling
baik. Dan, aspirin bekerja dalam menghambat
siklooksigenase (enzim yang bertanggung jawab
untuk memproduksi tromboksan) sehingga dapat
menghambat aktivasi dan agregasi trombosit.
Pada pasien dengan angina stabil atau angina tidak
stabil, aspirin telah secara konsisten terbukti
mengurangi risiko mayor pada kejadian
kardiovaskular, terutama MI.
Durasi terapi kombinasi (aspirin dan clopidogrel)
untuk PCI terisolasi yang direkomendasikan adalah
sebagai berikut :
Setidaknya 2 minggu untuk penempatan stent bare
metal
Setidaknya 2 sampai 3 bulan untuk sirolimus-eluting
penempatan stent
Setidaknya 6 bulan setelah paclitaxel-eluting
penempatan stent