Entdecken Sie eBooks
Kategorien
Entdecken Sie Hörbücher
Kategorien
Entdecken Sie Zeitschriften
Kategorien
Entdecken Sie Dokumente
Kategorien
PENALAKSANAAN PASIEN
DENGAN FRAKTUR ( PATAH TULANG )
OLEH :
Kelompok 6
DAFTAR KELOMPOK 6 :
1. HINDAYATUS SHOKHIFAH 1711015
2. MUHAMMAD MASRUR S 1711019
3. MITA AYU LESTARI 1711021
4. SITI FATMAWATI 1711029
5. ANI ARDIANTI 1711039
6. APRILLIA ANGGRASARI 1711040
7. EMANUELA ELVANIA SEGO 1711041
PENGERTIAN FRAKTUR
1. KLASIFIKASI ETIOLOGIS
• Fraktur traumatic
• Fraktur patologis
• Fraktur beban
2. KLASIFIKASI KLINIS
• Fraktur tertutup
• Fraktur terbuka ( grade I, II dan III )
3. KLASIFIKASI RADIOLOGIS
• Lokalisasi
• Konfigurasi
• Menurut eksistensi
• Menurut hub antar fragmen
TANDA DAN GEJALA
1. Deformitas
Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah
dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi
seperti :
a. Rotasi pemendekan tulang
b. Penekanan tulang
2. Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstra
aksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur
3. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous
4. Spasme otot spasme inVolunters dekat fraktur
5. Tenderness/keempukan
6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah
tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah
yang berdekatan
7. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari
rusaknya saraf/perdarahan)
8. Pergerakan abnormal
9. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
10.Krepitasi ( Black, 1993 : 199 )
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Rontgen
Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara
langsung − mengetahui tempat dan type fraktur − biasanya
diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama
proses penyembuhan secara periodik ).
2. Skor tulang tomography, skor CI, MRI : dapat digunakan
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3. Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler
4. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat
(hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna
pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple)
Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal
setelah trauma
5. Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan
darah transfusi multiple atau cedera hati (Doenges,
1996:76)
PENATALAKSANAAN
1. FRAKTUR REDUCTION
Manipulasi atau penurunan tertutup, manipulasi non bedah
dengan penyusunan kembali secara manual dari fragmen-
fragmen tulang terhadap posisi otonomi sebelumnya. Merupakan
perbaikan tulang, seringkali memasukkan internal viksasi
terhadap fraktur dengan kawat, sekrup peniti plates batang
intramedulasi dan paku. Peralatan traksi : traksi kulit ( jangka
pendek ), traksi otot ( jangka panjang )
2. FRAKTUR IMMOBILISASI
Pembalutan (gips), eksternal fiksasi, internal fiksasi dan
pemilihan fraksi
3. FRAKSI TERBUKA (pembedahan debridement dan irigasi)
imunisasi tetanus, terapi antibiotik propilacti, imobilisasi
KOMPLIKASI FRAKTUR
Gagal ginjal
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Keluhan pasien
b. Riwayat penyakit sekarang
c. Riwayat penyakit dahulu
d. Riwayat penyakit keluarga
e. Riwayat Psikososial Spiritual
f. Pola fungsi kesehatan
g. Pola pesepsi dan tata laksana hidup sehat
h. Pola nutrisi dan metabolisme
i. Pola eliminasi
j. Pola aktivitas dan latihan
k. Pola persepsi dan konsep diri
l. Pola sensori dan kognitif
m. Pola penanggulangan stress
n. Pola tata nilai dan keyakinan
2. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
B1 : Breathing
B2 : Blood
B3 : Brain
B4 : Bladder
B5 : Bowel
B6 : Bone
2. Pemeriksaan fisik
a. Look : adanya luka terbuka
b. Feel : adanya keluhan nyeri tekan
c. Move : pasien tidak mampu menggerakkan sisi yang patah
DIAGNOSA KEPERAWATAN :
• Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik, Spasme otot, gerakan fragm
tulang, edema, cedera jaringan lunak, pemasangan traksi.
• Ketidakefektifan perfusi jaringan prifer berhubungan dengan penurunan suplai
ke jaringan.
• Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka, pemasangan t
(pen, kawat, sekrup).
• Hambatan mobilitas berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuscular, n
terapi restriktif (imobilisasi).
• Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuscular d
penurunan kekuatan paha.
• Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer, peru
sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasive dan kerusakan kulit.
• Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan kehilangan volume darh akib
trauma (fraktur).
• Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, akan menjalani operasi, statu
ekonomi dan perubahan fungsi peran
• Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh atau keh
bagian tubuh
N DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
o
1. Nyeri akut berhubungan 1. Kaji karakteristik dan tingkat 1. Mengkaji karakteristik nyeri untuk menilai
dengan agen pencedera nyeri (skala nyeri) pasien. dan menentukan tindakan selanjutnya
fisik Tentukan apakah nyeri kronis yang harus perawat lakukan. Pengkajian
Tujuan: Setelah atau akut. Selain itu, kaji nyeri menggunakan Provokasi, Quality,
dilakukan tindakan faktor yang mengurangi atau Regional, Skala dan Time.
asuhan asuhan memberat; lokasi, durasi, 2. Peningkatan nyeri akan mempengaruhi
keperawatan selama intensitas, dan karateristik tanda – tanda vital pasien
3x24 jam diharapkan nyeri. 3. Lingkungan yang tenang dapat membuat
nyeri berkurang 2. Observasi TTV sel dalam tubuh relaksasi sehingga
KH : 3. Berikan lingkungan yang membuat pasien mampu untuk
1.Pasien nyaman dan tenang. beristirahat dan bebas dari nyeri.
mengungkapkan nyeri 4. Bantu pasein mendapatkan 4. Untuk menurunkan ke-tegangan atau
berkurang dengan posisi yang nyaman dan spasme otot untuk mendistribusikan
skala nyeri 1 (0-4). gunakan bantal untuk kembali pada tekanan pada bagian tubuh.
2.Pasien tidak menyangga/menyongkong 5. Teknik relaksasi membuat pasien dapat
menyeringai 5. Ajarkan pasien tehnik mengontrol diri ketika terjai rasa tidak
3.Pasien tampak relaksasi nafas dalam nyaman nyeri , stress fisik dan emosi
memperlihakan teknik 6. Kolaborasikan pemberian paada nyeri. Teknik relaksasi napas dalam
relaksasi secara analgetik dipercaya dapat menurnkan intensitas
individual yang efektif nyeri
untuk mencapai 6. Analgetik untuk mengurangi nyeri
kenyamanan
4.Tanda tanda vital
dalam batas normal
Diagnosa 2:
Intervensi Rasional
1. Monitor adanya daerah tertentu yang 1. Indikator umum status sirkulasi dan
hanya peka terhadap keadekuatan perfusi
panas/dingin/tajam/tumpul
2. Monitor adanya paratese 2. Edema jaringan pasca operasi,
pembentukan hematoma, atau balutan
terlalu ketat dapat mengganggu sirkulasi
yang mengakibatkan nekrosis
3. Agar tidak terjadi trauma sekunder
3. Batasi gerakan pada daerah kepala, leher
dan punggung 4. Mungkin dilakukan pada keadaan darurat
4. Instruksikan keluarga untuk untuk menghilangkan restriksi sirkulasi
mengobservasi kulit jika ada isi atau yang diakibatkan oleh pembentukan
laserasi edema pada ekstermitas yang cedera
5. Kolaborasi untuk pemberian analgetik 5. Untuk mengurangi rasa nyeri yang
muncul
Diagnosa 3
Intervensi Rasional
1. Kaji dan pantau luka operasi setiap hari 1. Mendeteksi secara dini gejala
2. Lakukan perawatan luka secara steril inflamasiyang mungkin timbul
3. Bantu perawatan diri dan keterbatasan sekunder akibat adanya luka pasca
aktivitas sesuai toleransi operasi
4. Monitor tanda dan gejala infeksi 2. Teknik perawatan luka secara steril
sistemik dan local dapat mengurangi kontaminasi kuman
5. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai 3. Menunjukakan kemampuan secara
indikasi umum, kekuatan otot dan merangsang
pengembalian system imun
4. Mendeteksi secara dini gejala inflamasi
yang timbul
5. Satu atau beberapa agen diberikan
bergantung pada sifat pathogen dan
infeksi yang terjadi