Sie sind auf Seite 1von 21

Journal Reading

Diagnosis and Treatment of The


Complications of Otitis Media in Adults.
Case Series and Literature Review
Luis Humberto Govea-Camacho, RamónPérez-Ramírez∗,
ArnulfoCornejo-Suárez, Roberto Fierro-Rizo, Claudia Janet Jiménez-Sala, Carlos Silvino
Rosales-Orozco

Disusun Oleh : Pembimbing :


Raden Roro Ananda Gusti U Dr. Lina Marlina, Sp THT - KL
1261050279

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok


Periode 7 Mei – 9 Juni 2018
 Pada era pre antibiotic, angka morbiditas dan mortalitas
komplikasi dari otitis media sangat tinggi
 Terdapat 5 kasus pasien dengan komplikasi otitis media
 80 % pasien berusia 17-52 tahun
 3 pasien memiliki kormobiditas ( DM tipe 2, CKD)
ABSTRACT  3 pasien dengan komplikasi intrakrnial ( trombosis sinus sigmoid
serta abses sereblum, abses retroarikular serta otak, dan meningitis)
 2 pasien dengan komplikasi ekstra kranial (abses Bezold dan abses
jaringan lunak serta petrositis)
 100% terapi berhasil dengan pemberian antibiotic dan pembedahan,
tanpa gejala neurologis
 Pada era pre antibiotic, angka morbiditas dan mortalitas
komplikasi dari otitis media sangat tinggi
 Mastoiditis merupakan komplikasi yang serius, biasanya terjadi
pada pasien pediatric dibawah 4 tahun.
 Komplikasi tersebut bisa berkembang melalui pembuluh daraH
dan menginfeksi SSP.
BACKGROUND
 Komplikasi : abses subperiosteal, abses Bezold, paralisis fasial,
supuratif labirintitis, meningitis, epidural, subdural/ abses
serebelum, thrombosis sinus sigmoid dan otitis hidrosefalus,
beberapa diantaranya berpotensi fatal.
 Tatalaksana : antibiotic parenteral, miringotomi (dengan atau
tanpa pipa ventilasi), pembedahan.
 Mendeskripsikan kasus komplikasi otitis media di Centro Medico
OBJECTIVE Nacional de Occidente pada 2014
MATERIAL
 Laporan kasus anilisis terhadap 5 pasien department THT periode
AND Januari hingga Desember 2014
METHODS
 Rata-rata usia pasien 34,6 tahun (17-52 tahun)
 100% (5/5) berjenis kelamin laki-laki
 60% (3/5) dengan imunosupresi
 Konfirmasi diagnosis klinis dibantu dengan CT scan
 Seluruh pasien mendapat tatalaksana antibiotic empiris sesuai
RESULTS dengan hasil antibiogram
 80% mendapatkan simple mastoidektomi, 20 % radikal
mastoidektomi
 40% dengan dekompresif kraniotomi serta drainase abses
intracranial
 100% berhasil selamat, 0% kematian
RESULTS
 KASUS 1
 Pasien laki-laki 17 tahun datang dengan pembengkakan pada
segitiga posterior leher kiri dengan riwayat otitis media akut.
 CT scan : mastoiditis dengan komplikasi abses Bezold
 Terapi : pembedahan serta drainase abses via transervikal dan
simple mastoidektomi

CLINICAL
CASES
 KASUS 2
 Pasien laki-laki 43 tahun dengan CKD on HD datang dengan
pembengkakan pada retroaurikular kanan dengan riwayat 15 hari
otorrhoea
 Imaging : abses jaringan lunak dan petrositis
 Terapi : pembedahan serta drainase abses jaringan lunak dan radikal
mastoidektomi

CLINICAL
CASES
 KASUS 3
 Pasien laki-laki 19 tahun datang dengan gangguan berjalan, stupor,,
otalgia dan sakit kepala, papiloedema pada funduskopi
 CT scan : otomastoiditis kiri
 NMR : thrombosis sinus sigmoid kiri dan abses sereblum
 Terapi : simple mastoidektomi, penggunan pipa ventilasi serta
eksplorasi sinus sigmoid, drainase abses via kraniektomi fossa
posterior
CLINICAL
CASES
 KASUS 4
 Pasien laki-laki 52 tahun dengan CKD peritoneal dialysis, datang
dengan riwayat otorrhoea kanan 1 bulan dan pembengkakan
retroaurikular, riwayat trauma 7 hari sebelumnya
 CT scan : edema jaringan lunak pada regio temporal, otomastioditis
dan abses lobus temporal
 Terapi : dekompresif kraniektomi, kapsulektomi, drainase abses
CLINICAL parenkim, mastoidektomi dan drinase abses retroaurikular

CASES
 KASUS 5
 Pasien laki-laki 42 tahun dengan DM tipe 2, datang dengan riwayat
timbul 3 gejala meningitis beberapa bulan lalu.
 CT scan : mastoditis kanan
 Lumbar pungsi : 6000 leukocytes/mm3 with 65% neutrophils, 332
mg/dl protein, 107 mg/dl glucose, culture negative; serum glucose of
279 mg/dl, peripheral leukocytes 10,100 uL (73% total neutrophils);
CLINICAL polymerase chain reaction for tuberculosis, negative
 Terapi : vancomycin dan meropenem IV selama 14 hari dan simple
CASES mastoidektomi
 Otitis media akut dibagi menjadi 5 stadium :
 Stadium tubotimpanitis
 Stadium hiperemis
 Stadium eksudatif
 Stadium suppurative
 Stadium perforasi
 Hanya 1-5% pasien otitis media mengalami komplikasi
 Mastoiditis akut terbagi menjadi
DISSCUSION  Mastoiditis insipien akut
 Mastoiditis koalesen
 Akut mastoiditis dapat menyebar
 Lateral -> jaringan lunak telinga eksterna
 Anterior -> kanal auditori eksterna
 Posterior -> sinus sigmoid atau fossa kranial posterior -> trombosis
 Media -> labirin atau apeks petrous -> labirintis, apisitis
 Superior -> fossa kranial media -> abses epidural
 Inferomedial -> mastoid point -> abses bezold
 Komplikasi intracranial :
meningitis, emfiema subdural,
emfiema epidural, abses
intraparenkim, thrombosis sinus
transversus, apisitis dan otitis
hidrosefalus.
 Komplikasi ekstrakranial : paralisis
fasial perifer, fistula labitin, abses
DISSCUSION Bezold, osteomyelitis, dan fasitis
servikal
 Bakteri tersering yang ditemukan :
Streptococcus pneumoniae, group
A streptococcus, Staphylococcus
aureus, Haemophilus influenzae,
Pseudomonas aeruginosa,
penumococcus
 Kasus 1
 Pasien laki-laki 17 tahun datang dengan pembengkakan pada segitiga posterior leher kiri dengan
riwayat otitis media akut.
 CT scan : mastoiditis dengan komplikasi abses Bezold

 Abses Bezold bisa mengenai segala usia terutama pada remaja dan
dewasa
 Dewasa yang mengalami komplikasi tsb biasanya memiliki riwayat
penyakit kronik seperti sinusitis atau kolesteatom
DISSCUSION  Bakteri yang biasa ditemukan S. pneumoniae dan pyogenes
 Mastoiditis dapat mengikis mastoid point dan korteks dan menyebar ke
daerah segitiga posterior leher disebut dengan abses Bezold
 Manifestasi klinis : demam bertahap, ototthorea, otalgia dan hipertermi
daerah leher dengan atau tanpa pembengkakan selama beberapa hari
 Terapi : mastoidektomi dan drainase
 Kasus 2
 Pasien laki-laki 43 tahun dengan CKD on HD datang dengan pembengkakan pada retroaurikular kanan
dengan riwayat 15 hari otorrhoea
 Imaging : abses jaringan lunak dan petrositis

 Sehubungan dengan petrositis, Gradenigo's syndrome berkembang


ketika peradangan menyebar pada saluran Dorell yang berisi saraf kranial
keenam dan ganglion trigeminal.
DISSCUSION  Hal ini ditandai dengan trio gejala: eksternal rektus palsy (N VI), nyeri
retro orbital (N V) dan otorrhoea.
 Dalam kasus ini didapatkan bahan purulent di ipsilateral apeks petrous
dan mastoid serta gendang telinga, tanpa gejala orbital dan trigeminal.
 Kasus 3
 Pasien laki-laki 19 tahun datang dengan gangguan berjalan, stupor, otalgia dan sakit kepala,
papiloedema pada funduskopi
 CT scan : otomastoiditis kiri
 NMR : thrombosis sinus sigmoid kiri dan abses sereblum

 Dalam kasus ini pasien tidak datang dengan keluhan pada telinga yang
signifikan, melainkan dengan gejalan komplikasi thrombosis sinus
sigmoid serta abses sereblum (10-18,7% kasus dari komplikasi abses
intracranial)
DISSCUSION  Patogenesis penyebaran infeksi melalui vena kecil mastoid menuju ke
sinus sigmoid menyebabkan pengikisan tulang sehingga terbentuklah
abses disekitar sinus longitudinal dan thrombosis
 Manifestasi klinis : demam, ototthorea, edem retroaurikular, otalgia, sakit
kepala, mual, muntah dan gejala meningens.
 Pada kasus ini terapi : mastoidektomi untuk melihat sinus sigmoid.
 Jika tidak terdapat abses perisinus dan pasien tidak mengalami
gejala sepsis -> koagulasi tidak perlu disingkirkan
 Jika sebaliknya -> sinus harus dibuka dan clot harus disingkirkan
serta vena jugular perlu diligasi
 KASUS 4
 Pasien laki-laki 52 tahun dengan CKD peritoneal dialysis, datang dengan riwayat otorrhoea kanan 1
bulan dan pembengkakan retroaurikular, riwayat trauma 7 hari sebelumnya
 CT scan : edema jaringan lunak pada regio temporal, otomastioditis dan abses lobus temporal

 Pada kasus ini abses otak ditemukan tidak sengaja. Tidak ada kelainan
neurologis tapi hasil ct scan dilakukan untuk menyingkirkan abses
jaringan lunak karena 7 hari sebelumnya pasien trauma kranioensefalik
ketika tangga jatuh mengenainya.
DISSCUSION  Patofisiologi : telinga tengah dengan frekuensi meradang yang sering
dapat menyebabkan infeksi intraparenkim. Kavitas pada telinga tengah
sangat berdekatan dan karena dindingnya berdekatan dengan tulang
pneumatis mengakibatkan kuman menyebar ke intracranial. Biasanya ke
lobus temporal dan serebelum -> penurunan kesadaran tiba tiba dan
abses masuk ke dalam ventrikel 4
 Indikasi untuk dilakukan pembedahan emergensi untuk mengeluarkan
pus dan flushing dengan anitibiotik.
 Kasus 5
 Pasien laki-laki 42 tahun dengan DM tipe 2 selama 12 tahun, datang dengan riwayat timbul 3 gejala
meningitis beberapa bulan lalu.
 CT scan : mastoditis kanan
 Lumbar pungsi : 6000 leukocytes/mm3 with 65% neutrophils, 332 mg/dl protein, 107 mg/dl glucose,
culture negative; serum glucose of 279 mg/dl, peripheral leukocytes 10,100 uL (73% total neutrophils);
polymerase chain reaction for tuberculosis, negative

 Pada kasus ini, komplikasi hingga menyebabkan gejala neurologis.


 Infeksi tsb menyebar melalui pengikisan tulang atau melalui phlebitis
retrograde. Bakteri meningitis dapat masuk ke ruang subarachnoid
DISSCUSION melaui 3 cara : hematogen, fistula perikranial atau otitis, secara langsung
 Bacterial meningitis terlihat dalam LP dengan peningkatan tekanan (200-
500mmH2 O), pleocytosis (1000-5000 × 106 cells/l white cells),
predominan neutrofil (≥80%), peningkatan protein (1-5g/l) and penurunan
glukosa lcs/serum (≤0.4).13
 Bakteri yang biasa ditemukan S. pneumoniae dan type B H. influenzae
 Terapi : sefalosporin generasi III : ceftriaxone, vancomysin IV jika S.
pneumonia, timpanosintesis dan miringotomi untuk kultur dan drainase
 Pemeriksaan imaging seperti CT dan NMR, serta pemberian
CONCLUSIONS antibiotik dalam pembedahan dapat mengurangi morbidity dan
mortality komplikasi dari otitis media
TERIMAKASIH

Das könnte Ihnen auch gefallen