Sie sind auf Seite 1von 21

Peritonitis Et Causa Demam

Typhoid

Nicky Andrean
102012167

Kelompok D6
Skenario 10
Seorang laki-laki berusia 20 tahun dibawa ke UGD
RS dengan keluhan nyeri perut hebat pada seluruh
perutnya sejak 6 jam yang lalu. Orang tua pasien
tersebut mengatakan, sejak 10 hari yang lalu, pasien
demam naik turun terutama pada malam hari,
disetrai mual, konstipasi dan anoreksia. Sejak 3 hari
yang lalu, keadaan pasien semakin melemah dan
hanya bisa berbaring di tempat tidur. Pada
pemeriksaan fisik, keadaan umum lemah, tekanan
darah 130/90 mmHg, nadi 95x/menit, frekuensi
napas 24x/menit, suhu 38,5oC. Pada pemeriksaan
fisik abdomen, tampak distensi abdomen.
Identifikasi Istilah yang Tidak Diketahui

• Tidak ada
Rumusan Masalah

Seorang laki-laki berusia 20 dengan keluhan


nyeri perut hebat pada seluruh perutnya sejak 6
jam yang lalu, demam naik turun terutama pada
malam hari, disetrai mual, konstipasi dan
anoreksia sejak 10 hari yang lalu. Dan keadaan
pasien semakin melemah dan hanya bisa
berbaring di tempat tidur ini mengalami
penyakit Peritonitis et causa Demam typhoid.
Analisis Masalah
WD DD

Pemeriksaan Fisik (2) Diagnosis (3) Pemeriksaan Penunjang (4)

Etiologi (5)
Anamnesis (1)
RM Epidemiologi (6)

Patofisiologi (7)
Manifestasi
Klinik(10)

Penatalaksanaan (9) Prognosis (8)

Medica mentosa (10a) Non-medica mentosa (10b)


Hipotesis

Seorang laki-laki berusia 20 dengan keluhan nyeri


perut hebat pada seluruh perutnya sejak 6 jam
yang lalu, demam naik turun terutama pada
malam hari, disetrai mual, konstipasi dan
anoreksia sejak 10 hari yang lalu. Dan keadaan
pasien semakin melemah dan hanya bisa
berbaring di tempat tidur ini mengalami penyakit
Peritonitis et causa Demam typhoid.
Anamnesis
• Identitas : nama, umur,dll

• Keluhan utama :

• Riwayat penyakit sekarang

• Riwayat penyakit dahulu

• Pola makan : sehari-hari

• Riwayat penyakit keluarga

• Riwayat pengobatan
Pemeriksaan fisik
• inspeksi: keadaan umum pasien
• Palpasi : adanya defence muscular, atau spasme
• Perkusi : menilai distensi
• Auskuktasi : tidak/ada bising usus
• Keadaan umum:
– Kesadaran
– Tanda vital : Tensi, nadi, respirasi, suhu.
– Status generalis
• Suara usus biasanya hipoaktif atau menghilang dan
dapat dijumpai kekakuan abdomen.
• Pasien lebih menyukai posisi berbaring telentang dan
akan merasa sangat tidak nyaman jika bergerak atau
dipalpasi
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Laboratorium
– hematologi
– radiologi
– Kimia klinik, (Enzim hati) (SGOT, SGPT)
– imunologi, (Widal/Rapid test = D/ Demam Tifoid /
Paratifoid : titer O = 1/160 ) (Salmonella typhi /
paratyphi (reagen).
– mikrobiologi, (uji kultur) (aerob/anaerob)
Diagnosis Banding
Peritonitis primer:
• Merupakan peritonitis akibat kontaminasi
bakterial secara hematogen pada cavum
peritoneum dan tidak ditemukan fokus infeksi
dalam abdomen.
• Penyebabnya bersifat
monomikrobial, biasanya E. Coli, Sreptococus
atau Pneumococus.
Diagnosis Banding
Peritonitis tersier :
• Peritonitis yang disebabkan oleh jamur,
Peritonitis yang sumber kumannya tidak dapat
ditemukan. Merupakan peritonitis yang
disebabkan oleh iritan langsung, sepertii
misalnya empedu, getah lambung, getah
pankreas, dan urine.
peritonitis et causa typhoid
Demam typoid adalah penyakit sistemik yang disebabkan
oleh bakteri salmonela typii dan salmonela paratypii yang
masuk kedalam tubuh manusia. menyerang saluran
pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu,
gangguan pada pencernaan dan gangguan pada
kesadaran.

• Peritonitis merupakan peradangan


akut maupun kronis pada peritoneum
parietale, dapat terjadi secara lokal
(localized peritonitis) ataupun
menyeluruh (general peritonitis).
disebabkan oleh iritasi kimiawi atau
invasi bakteri.
Etiologi
• Salmonella typhi
• Batang gram negatif, gerak negatif
• Hidup aerob/anaerob fakultatif
• Laktosa –
• Glukosa +
• Tahan dingin
Epidemiologi
• Perforasi karena demam typhoid merupakan
komplikasi yang serius dan menjadi perhatian
bagi ahli bedah diseluruh dunia, hal ini
disebabkan karena demam thyphoid masih
merupakan masalah kesehatan umum di
negara-negara berkembang. Dari pasien
typhoid berkembang menjadi perforasi.
Patofisiologi
Komplikasi
• Infeksi luka
• Luka gagal menutup
• Abses abdominal
• Kegagalan multiorgan & shock septick
• Gagal ginjal & ketidak seimbangan cairan
elektrolit dan pH
• Perdarahan mukosa gastrointestinal
• Obstruksi intestinal
Tatalaksana
• Penggantian cairan & elektrolit yang hilang (iv)
• Pemberian antibiotika
• Gol sefalosporin : cefotiam, ceftriaxone
• Gol aminoglikosida : gentamicin, ampicilin
• Gol kuinolon : norfloxacin, ofloksacin, levofloxacin,
ciprofloxacin
• Gol beta lactam: meropenem, imipenem
• Evaluasi bedah sebaiknya segera dilakukan karena eksplorasi
bedah mungkin diperlukan untuk mengevaluasi adanya organ
dalam yang mengalami perforasi.
Prognosis
• Prognosis Buruk bila tidak ditangani dengan
baik.
Kesimpulan
Penanganan utama pada pasien ini adalah
pemberian antibiotik yang tepat untuk
eradikasi kuman, pemberian cairan serta
transfusi darah apabila telah terjadi
pendarahan intestinal. Pemilihan antibiotik
sebaiknya yang berspektrum luas agar tidak
hanya mengatasi bakteri salmonella typhi
tetapi juga mengatasi kemungkinan adanya
bakteri-bakteri lain yang memperberat infeksi.

Das könnte Ihnen auch gefallen