Sie sind auf Seite 1von 22

ANTIHISTAMIN

KELOMPOK 5:
1. Khusma nur hidayah (2016030024)
2. Yupiter bell (2016030013)
3. Yoseph copertino t’naauni (2016030012)
4. Zulfi lidiawati (2016030014)
5. Natalia musake (2016030032)
PENGERTIAN

Antihistamin (antagonis histamin) adalah zat yang


mampu mencegah penglepasan atau kerja histamin.
Istilah antihistamin dapat digunakan untuk menjelaskan
antagonis histamin yang mana pun, namun seringkali
istilah ini digunakan untuk merujuk kepada
antihistamin klasik yang bekerja pada reseptor histamin
H1.
Antihistamin ini biasanya digunakan untuk
mengobati reaksi alergi, yang disebabkan oleh
tanggapan berlebihan tubuh terhadap alergen (penyebab
alergi), seperti serbuk sari tanaman. Reaksi alergi ini
menunjukkan penglepasan histamin dalam jumlah
signifikan di tubuh.
MACAM-MACAM ANTIHISTAMIN

1. Antihistamin (AH1) non sedatif:


a. Terfenidin
Merupakan suatu derivat piperidin, struktur
kimia. Terfenidin diabsorbsi sangat cepat dan
mencapai kadar puncak setelah 1-2 jam pemberian.
Mempunyai mula kerja yang cepat dan lama kerja
panjang. Obat ini cepat dimetabolisme dan
didistribusi ke berbagai jaringan tubuh. Terfenidin
diekskresi melalui faeces (60%) dan urine (40%).
Waktu paruh 16-23 jam. Efek maksimum telah
terlihat sekitar 3-4 jam dan bertahan selama 8 jam
setelah pemberian. Dosis 60 mg diberikan 2 X
sehari.
b. Astemizol
Merupakan derivat piperidin yang
dihubungkan dengan cincin benzimidazol,
struktur kimia. Astemizol pada pemberian
oral kadar puncak dalam darah akandicapai
setelah 1 jam pemberian. Mula kerja lambat,
lama kerja panjang. Waktu paruh 18-20 hari.
Di metabolisme di dalam hati menjadi
metabolit aktif dan tidak aktif dan di
distriibusi luas keberbagai jaringan tubuh.
Metabolitnya diekskresi sangat lambat,
terdapat dalam faeses 54% sampai 73%
dalam waktu 14 hari. Ginjal bukan alat
ekskresi utama dalam 14 hari hanya
ditemukan sekitar 6% obat ini dalam urine.
Terikat dengan protein plasma sekitar 96%.
c.Mequitazin

Merupakan suatu derivat fenotiazin, struktur kimia.


Absorbsinya cepat pada pemberian oral, kadar puncak
dalam plasma dicapai setelah 6 jam pemberian. Waktu
paruh 18 jam, Onset of action cepat, duration of action
lama. Dosis 5 mg 2 X sehari atau 10 mg 1 X sehari (malam
hari).

d. Loratadin

Adalah suatu derivat azatadin, struktur kimia Gbr. 1.


Penambahan atom C1 meninggikan potensi dan lama kerja
obat loratadin. Absorbsinya cepat. Kadar puncak dicapai
setelah 1 jam pemberian. Waktu paruh 8-11 jam, mula kerja
sangat cepat dan lama kerja adalah panjang.
Lanjutan...
Waktu paruh descarboethoxy-loratadin 18-24
jam. Pada pemberian 40 mg satu kali sehari
selama 10 hari ternyata mendapatkan kadar
puncak dan waktu yang diperlukan tidak banyak
berbeda setiap harinya hal ini menunjukkan
bahwa tidak ada kumulasi, obat ini di distribusi
luas ke berbagai jaringan tubuh. Matabolitnya
yaitu descarboetboxy-loratadin (DCL) bersifat
aktif secara farmakologi clan juga tidak ada
kumulasi. Loratadin dibiotransformasi dengan
cepat di dalam hati dan di ekskresi 40% di dalam
urine dan 40% melalui empedu. Pada waktu ada
gangguan fiungsi hati waktu paruh memanjang.
Dosis yang dianjurkan adalah 10 mg 1 X sehari.
EFEK ANTIHISTAMIN
TERHADAP
RESEPTOR H1 DAN H2

 Mengantagonir histamin dengan jalan memblok reseptor-H1 di otot licin


dari dinding pembuluh,bronchi dan saluran cerna,kandung kemih dan
rahim. Begitu pula melawan efek histamine di kapiler dan ujung saraf (gatal,
flare reaction). Efeknya adalah simtomatis, antihistmin tidak dapat
menghindarkan timbulnya reaksi alergi Dahulu antihistamin dibagi secara
kimiawi dalam 7-8 kelompok, tetapi kini digunakan penggolongan dalam 2
kelompok atas dasar kerjanya terhadap SSP, yakni zat-zat generasi ke-1
dan ke-2.
 Obat-obat ini menghambat secara efektif sekresi asam lambung yang
meningkat akibat histamine, dengan jalan persaingan terhadap reseptor-H2
di lambung. Efeknya adalah berkurangnya hipersekresi asam klorida, juga
mengurangi vasodilatasi dan tekanan darah menurun.
PENGGUNAAN UMUM
ANTIHISTAMIN

Menghilangkan gejala yang behubungan


dengan alergi, termasuk rinithis, urtikaria dan
angiodema, dan sebagai terapi adjuvant pada
reaksi anafilaksis. Beberapa antihistamin
digunakan untuk mengobati mabuk perjalanan
(dimenhidrinat dan meklizin), insomnia
(difenhidramin), reaksi serupa parkinson
(difenhidramin), dan kondisi nonalergi
lainnya.
PENGGUNAAN UMUM

 antihistaminika digunakan secara sistemis (


oral,injeksi) untuk mengobati simtomatis
bermacam-macam gangguan alergi yang
disebabkan oleh pembebasan histamine.
FARMAKOKINETIK

Setelah pemberian oral atau parenteral, AH1


diabsorpsi secara baik. Efeknya timbul 15-30 menit
setelah pemberian oral dan maksimal setelah 1-2
jam. Lama kerja AH1 setelah pemberian dosis
tunggal kira-kira 4-6 jam, untuk golongan
klorsiklizin 8-12 jam. Difenhidramin yang
diberikan secara oral akan mencapai kadar
maksimal dalam darah setelah kira-kira 2 jam dan
menetap pada kadar tersebut untuk 2 jam
berikutnya, kemudian dieliminasi dengan masa
paruh kira-kira 4 jam.
MEKANISME KERJA

Antihistamin bekerja dengan cara menutup reseptor


syaraf yang menimbulkan rasa gatal, iritasi saluran
pernafasan, bersin, dan produksi lendir (alias ingus).
Kebanyakan antihistamin memiliki sifat antikolinergik
dan dapat Antihistamin menghambat efek histamin
pada reseptor H1. Tidak menghambat pelepasan
histamin, produksi antibodi, atau reaksi antigen
antibodi. menyebabkan kostipasi, mata kering, dan
penglihatan kabur
Meniadakan secara kompetitif kerja
1. Antihistamin H1
histamin pada reseptor H1. Selain
memiliki kefek antihistamin, hampir
semua AH1 memiliki efek spasmolitik
dan anastetik lokal

Bekerja tidak pada reseptor histamin,


2. Antihistamin H2 tapi menghambat dekarboksilase
histidin sehinnga memperkecil
pembentukan histamin jika pemberian
senyawa ini dilakukan sebelum
pelepasan histamin. Tapi jika sudah
terjadi pelepasa histamin, indikasinya
sama denfan AH 1.
EFEK SAMPING

Pada dosis terapi, semua AH1


menimbulkan efek samping walaupun jarang
bersifat serius dan kadang-kadang hilang bila
pengobatan diteruskan. Efek samping yang
paling sering ialah sedasi, yang justru
menguntungkan bagi pasien yang dirawat di
RS atau pasien yang perlu banyak tidur.
Efek samping yang berhubungan dengan
efek sentral AH1 ialah vertigo, tinitus, lelah,
penat, inkoordinasi, penglihatan kabur,
diplopia, euphoria, gelisah, insomnia dan
tremor. Efek samping yang termasuk sering
juga ditemukan ialah nafsu makan berkurang,
mual, muntah, keluhan pada epigastrium,
konstipasi atau diare, efek samping ini akan
berkurang bila AH1 diberikan sewaktu makan.
OBAT-OBAT ANTIHISTAMIN
1. Antagonis reseptor H1
• Difenhidramin : Benadryl (Parke Davis)
Disamping khasiat antihistaminiknya yang kuat,
difenhidramin juga bersifat spasmolitik sehingga dapat
digunakan pada pengobatan penyakit parkinson, dalam
kombinasi dengan obat-obat lain yang khusus
digunakan untuk penyakit ini. Dosis : oral 4 kali sehari
25 – 50 mg, i.v. 10-50 mg
• Dimenhidrinat: difenhidramin-8-klorotheofilinat,
Dramamin (Searle), Antimo (Phapros). Pertama kali
digunakan pada mabuk laut (“motion sickness”) dan
muntah-muntah sewaktu hamil. Dosis : oral 4 kali
sehari 50 – 100 mg, i.m. 50 mg.
• Metildifenhidramin : Neo-Benodin (Brocades)
Adalah derivat, yang khasiatnya sama dengan
persenyawaan induknya, tetapi sedikit lebih kuat. Dosis
: oral 3 kali sehari 20 – 40 mg.
• Tripelenamin : Pyribenzamin (Ciba-Geigy), Azaron
(Organon)
Rumus bangun dari zat ini menyerupai mepiramin,
tetapi tanpa gugusan metoksil (OCH3). Khasiatnya
sama dengan difenhidramin, hanya efek sampingannya
lebih sedikit. Dosis : oral 3 kali sehari 50 – 100 mg.
• Feniramin : profenpiridamin, Avil (hoechst)
Terutama digunakan sebagai garam p-
aminosalisilatnya. Dosis : oral 3 kali sehari 25 mg
• Antazolin : fenazolin, Antistine (Ciba-Geigy)
Khasiat antihistaminiknya tidak begitu kuat seperti yang
lain, tetapi kebaikannya terletak pada sifatnya yang tidak
merangsang selaput lendir. Maka seringkali digunakan
untuk mengobati gejala-gejala alergi pada mata dan hidung
(selesma) Antistine-Pirivine, Ciba Geigy. Dosis : oral 2 – 4
kali sehari 50 – 100 mg.

• Klorfenamin : (klorfeniramin, Methyrit-SKF; CTM, KF;


Pehaclor, Phapros) adalah derivateklor, Substitusi dari satu
atom klor pada molekul feniramin
meningkatkan khasiatnya 20 kali lebih kuat, tetapi derajat
toksisitasnya praktis tidak berubah. Efek sampingan dari
obat ini hanya sedikit dan tidak memiliki sifat menidurkan.
Dosis : oral 4 kali sehari 2 – 8 mg, parenteral 5 – 10 mg.
• Deksklorfeniramin (Polaramin, Schering)
adalah d- isomer dari klorfeniramin (terdiri dari
suatu campuran rasemis) yang terutama bertanggung
jawab untuk kegiatan antihistaminiknya. Toksisitasnya
dari campuran d-isomer ini tidak melebihi daripada
campuran rasemiknya. Dosis : oral 3 kali sehari 2 mg.
• Siklizin : Marezin (Burroughs Welcome)
Zat ini khusus digunakan sebagai obat mabuk
perjalanan. Dosis : oral 3 kali sehari 50 mg.
2. Antagonis Reseptor Histamin H2
Reseptor histamin H2 ditemukan di sel-sel parietal.
Kinerjanya adalah meningkatkan sekresi asam lambung.
Dengan demikian antagonis reseptor H2 (antihistamin H2)
dapat digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung,
serta dapat pula dimanfaatkan untuk menangani peptic ulcer
dan penyakit refluks gastroesofagus. Contoh obatnya adalah
simetidina, famotidina, ranitidina, nizatidina, roxatidina,
dan lafutidina.

3. Antagonis Reseptor Histamin H3


Antagonis H3 memiliki khasiat sebagai stimulan dan
memperkuat kemampuan kognitif. Penggunaannya sedang
diteliti untuk mengobati penyakit Alzheimer's, dan
schizophrenia. Contoh obatnya adalah ciproxifan, dan
clobenpropit.
4. Antagonis Reseptor Histamin H4
Memiliki khasiat imunomodulator, sedang
diteliti khasiatnya sebagai antiinflamasi dan
analgesik. Contohnya adalah tioperamida.
Beberapa obat lainnya juga memiliki khasiat
antihistamin. Contohnya adalah obat
antidepresan trisiklik dan antipsikotik.
Prometazina adalah obat yang awalnya
ditujukan sebagai antipsikotik, namun kini
digunakan sebagai antihistamin.
KONTRAINDIKASI

• Antihistamin generasi pertama: hipersensitif terhadap


antihistamin khusus atau terkait secara struktural, bayi
baru lahir atau premature, ibu menyusui, narrow-angle
glaucoma, stenosing peptic ulcer, hipertropi prostat
simptomatik, bladder neck obstruction, penyumbatan
pyloroduodenal, gejala saluran napas atas (termasuk
asma), pasien yang menggunakan monoamine oxidase
inhibitor (MAOI), dan pasien tua.
• Antihistamin generasi kedua dan ketiga : hipersensitif
terhadap antihistamin khusus atau terkait secara
struktural.

Das könnte Ihnen auch gefallen