Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
1. SIFILIS
2. HERPES
3. CHANCROID (ULKUS MOLE)
4. LYMPHOGRANULOMA VENEREUM (LGV)
5. DONOVANOSIS (GRANULOMA INGUINAL)
SYPHILIS
Etiologi
• Infeksi yang disebabkan oleh T. Pallidum
Transmisi
• penyakit ini menular melalui kontak sexual dengan orang yang sakit
• transmisi melalui sexual contact harus terpapar ke cairan mukosa
atau lesi cutaneous primer atau syphilis sekunder
• kemungkinan sebesar 30% untuk tertular syphilis melalui sexual
intercourse dengan pasangan yang sakit
• syphilis merupakan penyakit sistemik, yang dapat menularkan infeksi
ke fetus setelah terinfeksi pada ibu hamil
Epidemiologi
Stadium syphilis
STADIUM SYPHILIS
SIFILIS PRIMER
•Lesi awal adalah papul yang muncul 10-90 hari setelah paparan
•Papul akan berkembang menjadi ukuran diameter 0.5-1.5cm 1 minggu akan menjadi ulcer typical
chancre syphilis primer, ulcer dengan bentuk bulat dan sedikit lonjong, 1-2cm , dengan indurasi, dengan
dasar yang jernih tanpa eksudat
•Ulcer genital ukuran 1-2cm tidak terasa sakit, dan harus di observasi pembesaran kelenjar limfa
inguinal, lebih sering bilateral
•Pasien suka tidak sadar akan lesinya terutama jika tidak nyeri dan terletak di area yang sulit terlihat,
seperti anus, vagina, cervix dan oral cavity
•Lokasi yang sering muncul di genital pria ada di glans penis, sulcus corona dan foreskin
•Retraksi dari foreskin saat ada chancre di bagian bawah foreskin, akan menyebabkan foreskin langsung
melipat, yang disebut dengan dory flop sign
•Lokasi yang sering pada wanita, ada di cervix, labia mayor, labia minor, fourchette dan urethra.
Chancre pada perempuan biasanya lebih oedema daripada indurasi
•Chancre dapat sembuh 3-6 minggu tanpa pengobatan, dan 1-2 minggu dengan pengobatan
DIFERENTIAL DIAGNOSIS SYPHILIS PRIMER
STADIUM SYPHILIS
SYPHILIS SEKUNDER
•Evolusi lesi sekunder merupakan manifestasi penyebaran hematogenous dan limfatik disseminasi
dari T. pallidum
•Lesi dari secondary syphilis, biasanya disebut syphilids atau jika mempengaruhi kulit disebut
syphiloderm
•Terkadang muncul lesi berbentuk cincin putih di permukaan lesi papuloskuamous yang disebut
dengan Biette’s collarette, ini merupakan karakteristik namun bukan tanda patognomonik syphilis
•Hampir 25% pasien syphilis memiliki kadar CSF yang abnormal, dengan peningkatan sel,
protein dan T. pallidum
•Lesi biasanya tidak pruritik, namun pernah dilaporkan sebanyak 40% pasien mengalami
pruritus
Eritematous dengan copper-colored round papules dapat muncul pada
telapak tangan dan kaki sebanyak 75%, namun lesi pada plantar
terkadang dapat salah diagnosis dengan kalus (clavi syphilitici)
STADIUM SYPHILIS
SYPHILIS LATEN
•Secara definisi adalah orang yang dengan riwayat atau tes serologi memiliki bukti untuk
syphilis dan tidak pernah menerima pengobatan untuk terapi ini dan tidak ada manifestasi
klinis
•Diagnosis memerlukan pemeriksaan dari CSF untuk menyingkirkan asimptomatis neurosyphilis,
tetapi tidak semua klinisi akan melakukannya
•Latent dibagi menjadi laten awal dan laten akhir, berdasarkan waktu pasien yang tidak
diobati muncul mucocutaneous relaps
SINDROM SYPHILIS TERSIER
Neurosyphilis
•Abnormalitas pada CSF ditemukan pada 13% pasien syphilis primer tanpa pengobatan, 25- 40%
pasien syphilis sekunder tanpa pengobatan
•Pada tahap awal biasanya asimptomatis
•Dapat ditemukan 10-100 WBC/mm3 pada CSF, 50-100mg/dL, dan pada 90% kasus
ditemukan non-treponemal antibodi
• Pada fase awal inflamasi muncul lesi granulomatous mirip seperti tuberculosis
Kulit
• Manifestasi klinis dapat timbul seperti nodular atau noduloulcerative dan lesi soliter
• Solitary gumma merupakan proses subkutaneus yang berhubungan dengan kulit
secara sekunder, dan sering pada paha, bokong, bahu, dahi dan kepala
Late benign syphilis
Tulang
•Walaupun gumma merupakan proses destruktif, dapat tersembunyi dari periosteal
reaction
•Radiographic manifestation meliputi : gummatous osteitis dan sclerosing osteitis
•Secara klinis biasanya pasien merasa nyeri, kekakuan, limitasi gerak, pembengkakan
• Chancroid atau soft chancre (ulcus molle), sudah ada sejak zaman kuno Yunani
• Chancroid endemik di wilayah Afrika, Asia dan Amerika latin, tetapi prevalensi
menurun di negara-negara industri
• Berdasarkan data UNAIDS dan WHO, memperkirakan prevalensi global chancroid
sebesar 6 juta kasus/tahun
• Faktor resiko yaitu pekerja sex komersial (PSK), tidak sunat, penggunaan kokain,
atau melakukan hubungan sexual dengan pasangan yang menggunakan kokain
• Chancroid pada Laki-laki > perempuan 3:1
MANIFESTASI KLINIS
• Lesi pada pria biasanya terlokalisir pada permukaan eksternal dan/atau internal
frenulum, sulkus koronal atau glans penis, dan menyebabkan fimosis
• lesi pada wanita umumnya berada di pintu masuk vagina (introitus vagina) dan
perianal, biasanya lesi tidak nyeri
• 10 – 40 % pasien chancroid memiliki supuratif limfadenopati inguinal, H. ducreyi
tidak menyebabkan bacteremia, organisme ini mati pada suhu ≥35 ° C
• Di era preantibiotik, chancroid bisa berlangsung 3–4 bulan dan menyebabkan ulkus
hebat dan erosi pada tempat yang terinfeksi insisi dan drainase dan terapi
topikal
FIGURE 39-3. Left-sided inguinal bubo in a
patient with a culture-proven chancroidal ulcer.
(Photograph provided by Professor David Lewis.)
FIGURE 39-2. Chancroidal ulcer of the fourchette
in a female.
PATOGENESIS DAN RESPON HOST
NATURAL INFECTION
•Ulkus chancroidal mengandung PMN, jaringan nekrotik, perivaskular dan sel
mononuclear makrofag, Sel T, dan sebagian sel B
•Histopatologinya terdiri dari dua komponen utama: (1) PMN
infiltrasi yang menyatu di dasar ulkus untuk membentuk abses, (2) infiltrat
dermal pada sel T dan makrofag menyerupai granuloma yang terbentuk
PATOGENESIS DAN RESPON HOST
• Penyakit sporadik pada amerika utara, eropa, australia, dan sebagian besar
asia dan amerika selatan
• Endemik pada afrika timur dan barat, india, dan sebagian asia tenggara,
amerika selatan dan karibia
• LGV akut paling sering pada lelaki daripada perempuan dengan
perbandingan 5:1 atau lebih
PATHOGENESIS
• Chlamydia masuk melalui laserasi atau abrasi pada kulit
• LGV sebagian besar merupakan penyakit jaringan limfatik. Proses patologis yang penting
adalah thrombolymphangitis dan perilymphangitis dengan penyebaran proses inflamasi dari
kelenjar getah bening yang terinfeksi ke jaringan di sekitarnya. Limfangitis ditandai oleh
proliferasi sel endotel yang melapisi pembuluh limfa dan saluran limfe di kelenjar getah
bening. Kelenjar getah bening dengan cepat membesar dan membentuk daerah-daerah
nekrosis dikelilingi oleh sel-sel endotel padat. Daerah nekrotik menarik leukosit
polimorfonuklear dan memperbesar untuk membentuk “Stellate Abscess." dan ketika
peradangan berkembang, abses menyatu dan pecah, membentuk abses lokal, fistula.
MANIFESTASI KLINIS
Lesi primer
•Dapat menjadi 1 dari 4 bentuk: Papul, Erosi atau ulkus, Lesi kecil herpetiform,
Uretritis non-spesifik
•Yang paling sering adalah “nonindurated herpetiform ulcer” yang muncul pada
daerah infeksi sehabis masa inkubasi 3-12 hari
•Dapat juga asimtomatik dan tidak mencolok
•Daerah pada pria yang tersering: Coronal sulcus, Frenum, Preputium , Penis, Urethral
glands, Scrotum
•Daerah pada wanita yang tersering: Dinding posterior vagina, Fourchette, Cervix
bagian posterior, vulva
•jika terdapat pada intraurethra, ulkus atau erosi dapat membentuk nonspecific
urethritis
•Pada pria, lesi dapat berhubungan dengan lymphangitis dorsal penis, dan
pembentukan lymphangeal nodul yang besar dan lunak
MANIFESTASI KLINIS
Inguinal syndrome/secondary stage LGV
•Peradangan dan pembengkakan pada inguinal
lymphnode
•Bentuk unilateral, diawali massa padat yang nyeri
dan membesar selama 1-2 minggu
•Selama membesar, pasien laki-laki akan mengeluh
nyeri yang hebat dan berjalan pincang, untuk
mengatasi nyeri
MANIFESTASI KLINIS
Anogenitorectal syndrome
• Gejala subakut: Proctocolitis, Hyperplasia intestinal, lymphorrhoids
• Gejala kronis
• Perirectal abscess
• Ischiorectal dan rectovaginal fistula
• Anal fistula
• Rectal stricture atau stenosis
• Gejala awal dari infeksi rectal adalah anal pruritus dan mucous rectal
discharge yang diakibatkan oleh edema di mukosa anorectal
• Gejala awal proctocolitis termasuk demam, nyeri rektal, dan tenesmus
MANIFESTASI KLINIS
Esthiomene
•Infeksi primer yang mempengaruhi kelenjar limfatik di skrotum, penis, atau vulva,
yang dapat menyebabkan kronik progresif limfangitis, kronik edema, dan sclerosing
fibrosis pada jaringan subkutaneus, yang mengakibatkan indurasi dan pembesaran
area yang terkena dan ulserasi
•Pada stage awal ulserasi masih superfisial, namun menjadi invasif dan destruktif
Bentuk lain
•Ada kecenderungan bagi wanita untuk membentuk pertumbuhan papiler pada mukosa meatus
uretra, pertumbuhan ini menyebabkan disuria,dan inkontinensia urin dengan beberapa ulkus
perimeatal
•Penoscrotal elephantiasis muncul dari 1 hingga 20 tahun setelah infeksi. Ini dapat mengenai
hanya preputium, preputium dan penis, skrotum saja, atau semua genitalia eksternal laki-laki
DIAGNOSIS
• Diagnosis LGV berdasarkan:
1. Frei skin test positif
2. Complement-fixation (CF) positif
3. Isolasi LGV- Chlamydia dari jaringan yang terinfeksi
4. Identifikasi histologi pada jaringan yang terinfeksi
5. Polymerase chain reaction (PCR) atau Nucleic acid amplification Test (NAAT)
DIAGNOSIS
Frei test
•Sudah jarang dipakai secara luas
•Memakai pus yang di dapat dari bubi yang belum pecah, di campur saline dan di steril dengan
cara di panaskan
•Sekarang berbentuk “standarized skin test antigen” yaitu lygranum
•Test dengan cara injeksi 0,1 ml lygranum ke kulit, test di lihat setelah 48 jam dengan hasil positif
yaitu pembentukan papul 6x6mm
• Manifestas donovanosis berupa nodul kecil yang keras didaerah kulit kelamin yang mengalami trauma
• Gejala awal infeksi bberupa papul atau nodul subkutan yang nantinya akan
menjadi ulkus
• 4 tipe donovanisis
1. Ulcerogranulomatous (non-tender, fleshy, exuberant, single or multiple, beefy red
ulcesrs bleed readily when touch)
2. Hypertrophic or verrucous type
3. Necrotic ( ulkus dalam, bau tidak enak, yang menyebabkan kerusakan jaringan)
4. Sclerotic atau cicatricial (pembentukan fibrosa atau scar tissue)
• Lesi pada cervix menyerupai cervical carcinoma
DIAGNOSIS
• Karakteristik : ulcerogranulomatous
• Olesan jaringan menjadi metode diagnostik utama, asalkan pemberian antibiotik
belum dilakukan
• Biopsi dan pemeriksaan histologi dapat dilakukan pada lesi yang kecil, kering,
sclerotik atau necrotic
• Bentukan khasnya yaitu, inflamasi kronis dengan infiltrasi plasma sel dan
polymorphonuclear leukosit, dermis menunjukan dermis menunjukkan infiltrat seluler
padat dengan sejumlah besar sel plasma
OLESAN JARINGAN
TERAPI
AZYTHROMYCIN MERUPAKAN OBAT TERAPI PILIHAN, DENGAN DOSIS :
• 500MG/HARI 1 MINGGU ATAU 1 GR/MINGGU SELAMA 4-6 MINGGU
• WHO MEREKOMENDASIKAN 1 GRAM DIIKUTI DENGAN 500MG/HARI
• CDC MEREKOMENDASIKAN 1GRAM/MINGGU SELAMA 3 MINGGU SAMPAI LESI SEMBUH
BAYI YANG LAHIR DARI IBU YANG TIDAK DIOBATI SEBAIKNYA DIBERIKAN PROFILAKSIS 3
HARI DENGAN DOSIS 20MG/KGBB 1X/HARI
PADA PASIEN YANG MEMILIKI HIV, PENGOBATAN HARUS DI MODIFIKASI SESUAI DENGAN
STADIUM HIV, DAN PENELITIAN LEBIH LANJUT SEDANG DILAKUKAN
KOMPLIKASI
• Carcinoma
• Pesudoelephantiasis, lebih sering pada wanita
• Donovanosis ulcer bisa terjadi coinfeksi dengan STIs lainnya
• Pembedahan
• Perawatan bedah dari sindrom inguinal akut harus dibatasi pada aspirasi kelenjar getah
bening yang berfluktuasi dan kadang-kadang insisi dan drainase abses