Sie sind auf Seite 1von 70

ULKUS GENITALIA

Pembimbing: dr. Nurhasanah, Sp.KK

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin


Universitas YARSI – RSUD CILEGON
Periode 16 April – 19 Mei 2018
ULKUS GENITAL

1. SIFILIS
2. HERPES
3. CHANCROID (ULKUS MOLE)
4. LYMPHOGRANULOMA VENEREUM (LGV)
5. DONOVANOSIS (GRANULOMA INGUINAL)
SYPHILIS
Etiologi
• Infeksi yang disebabkan oleh T. Pallidum

Transmisi
• penyakit ini menular melalui kontak sexual dengan orang yang sakit
• transmisi melalui sexual contact harus terpapar ke cairan mukosa
atau lesi cutaneous primer atau syphilis sekunder
• kemungkinan sebesar 30% untuk tertular syphilis melalui sexual
intercourse dengan pasangan yang sakit
• syphilis merupakan penyakit sistemik, yang dapat menularkan infeksi
ke fetus setelah terinfeksi pada ibu hamil
Epidemiologi
Stadium syphilis
STADIUM SYPHILIS
SIFILIS PRIMER
•Lesi awal adalah papul yang muncul 10-90 hari setelah paparan
•Papul akan berkembang menjadi ukuran diameter 0.5-1.5cm  1 minggu akan menjadi ulcer  typical
chancre syphilis primer, ulcer dengan bentuk bulat dan sedikit lonjong, 1-2cm , dengan indurasi, dengan
dasar yang jernih tanpa eksudat
•Ulcer genital ukuran 1-2cm tidak terasa sakit, dan harus di observasi pembesaran kelenjar limfa
inguinal, lebih sering bilateral
•Pasien suka tidak sadar akan lesinya terutama jika tidak nyeri dan terletak di area yang sulit terlihat,
seperti anus, vagina, cervix dan oral cavity
•Lokasi yang sering muncul di genital pria ada di glans penis, sulcus corona dan foreskin
•Retraksi dari foreskin saat ada chancre di bagian bawah foreskin, akan menyebabkan foreskin langsung
melipat, yang disebut dengan dory flop sign
•Lokasi yang sering pada wanita, ada di cervix, labia mayor, labia minor, fourchette dan urethra.
Chancre pada perempuan biasanya lebih oedema daripada indurasi
•Chancre dapat sembuh 3-6 minggu tanpa pengobatan, dan 1-2 minggu dengan pengobatan
DIFERENTIAL DIAGNOSIS SYPHILIS PRIMER
STADIUM SYPHILIS
SYPHILIS SEKUNDER
•Evolusi lesi sekunder merupakan manifestasi penyebaran hematogenous dan limfatik disseminasi
dari T. pallidum
•Lesi dari secondary syphilis, biasanya disebut syphilids atau jika mempengaruhi kulit disebut
syphiloderm
•Terkadang muncul lesi berbentuk cincin putih di permukaan lesi papuloskuamous yang disebut
dengan Biette’s collarette, ini merupakan karakteristik namun bukan tanda patognomonik syphilis
•Hampir 25% pasien syphilis memiliki kadar CSF yang abnormal, dengan peningkatan sel,
protein dan T. pallidum
•Lesi biasanya tidak pruritik, namun pernah dilaporkan sebanyak 40% pasien mengalami
pruritus
Eritematous dengan copper-colored round papules dapat muncul pada
telapak tangan dan kaki sebanyak 75%, namun lesi pada plantar
terkadang dapat salah diagnosis dengan kalus (clavi syphilitici)
STADIUM SYPHILIS
SYPHILIS LATEN

•Secara definisi adalah orang yang dengan riwayat atau tes serologi memiliki bukti untuk
syphilis dan tidak pernah menerima pengobatan untuk terapi ini dan tidak ada manifestasi
klinis
•Diagnosis memerlukan pemeriksaan dari CSF untuk menyingkirkan asimptomatis neurosyphilis,
tetapi tidak semua klinisi akan melakukannya

•Latent dibagi menjadi laten awal dan laten akhir, berdasarkan waktu pasien yang tidak
diobati muncul mucocutaneous relaps
SINDROM SYPHILIS TERSIER

Neurosyphilis
•Abnormalitas pada CSF ditemukan pada 13% pasien syphilis primer tanpa pengobatan, 25- 40%
pasien syphilis sekunder tanpa pengobatan
•Pada tahap awal biasanya asimptomatis
•Dapat ditemukan 10-100 WBC/mm3 pada CSF, 50-100mg/dL, dan pada 90% kasus
ditemukan non-treponemal antibodi

Acute syphilitic meningitis


•Merupakan kasus yang lumayan jarang dan hanya terjadi 6% dari semua kasus neurosyphilis
•Gejala yang timbul mirip dengan meningitis yang disertai dengan perubahan pada CSF
•Perubahan patologi tidak hanya terjadi di meningens namun juga di ependymal (granular
ependymitis)
•Diagnosis berdasarkan dari gambaran klinis dari meningitis asepsis, reactive blood tes dan CSF
serologi
NEUROSYPHILIS
Meningovaskular syphilis

•Gejala : Hemiparesis atau hemiplegia (83%) , aphasia (31%) , kejang (14%)


•Onset dari gejala bisa random, namun biasanya 50% pasien memiliki gejala awal seperti sakit kepala, pusing,
insomnia, memory loss, gangguan mood berbulan – bulan
•Temuan laboratorium : Serum RPR (rapid plasma reagen) positif, lymphocytic pleocytosis pada CSF
•Perubahan patologis : infiltrasi dari limfosit dan sel plasma

Meningovascular syphilis of the spinal cord


•Terdiri atas syphilitic meningomyelitis dan spinal vascular syphilis, kasus ini sangat jarang terjadi dan hanya 3%
dari kasus neurosyphilis
•Gejala : timbul setelah periode 20-25 tahun dan gejala semakin memberat
•Gejala awal biasanya adalah paresthesia dari kaki  paraparesis atau paraplegia yang asimetris
•Inkontinensia urin dan fecal sensoris
•Kaki dapat ditemukan lemah dan spastik, deep tendon refles hiperaktif
•Temuan laboratorium : Serologi darah dan CSF ditemukan positif
Neurosyphilis
General paresis
•Merupakan meningoensefalitis yang
disebabkan akibat invasi dari T. pallidum ke
cerebrum

•Penyakit dengan proses kronis dan dapat


timbul beberapa tahun setelah paparan
•Temuan Laboratorium : serologi darah dan
CSF spesifik antibody antitreponemal
•Penebalan dari meningens konsisten dengan
meningitis kronis dan fibrosis
Neurosyphilis
Tabes dorsalis
•Gejala awal biasanya timbul pada pasien
yang tidak di obati setelah 20-25 tahun
•Pemeriksaan lab yang dapat dilakukan
adalah serologi darah dan CSF

Optic atrofi dan ocular syndromes


•Dapat timbul uveitis, atrofi nervus optikus
dan gangguan ocular pada neurosyphilis
CARDIOVASKULAR SYPHILIS
• Syphilis pada sistem cardiovascular dapat muncul setelah periode latent 15-30
tahun, dan pasien umumnya usia 40 – 55 tahun yang dapat terkena

• Laki – laki memiliki resiko 3x dibandingkan perempuan


• Cardiovaskular syphilis bisa menimbulkan aortic aneurysm, aortic insuffisiensi,
coronary artery stenosis, dan yang sangat jarang sampai myocarditis
• Gejala utama yang timbul sama dengan gejala pada penyakit jantung lainnya,
sehingga terkadang sulit untuk dibedakan
• T. pallidum menyebar ke jantung pada stadium awal kemungkinan besar melalui
sistem limfatik dan organism yang menempel pada dinding aorta, disitu akan
dormant hingga beberapa tahun, spirochetes lama kelamaan akan menginfeksi
dinding aorta sehingga terjadi inflamasi dan nekrotisasi dari dinding sehingga
akan menginfeksi jantung
LATE BENIGN SYPHILIS
• Late benign syphilis atau gumma merupakan proses inflamasi proliferative
granulomatous yang destruktif pada jaringan
• Lesi paling banyak timbul pada kulit atau tulang, mukosa , otot dan ocular
• Inflamasi syphilis secara general ringan namun kronis dan perlahan destruksi
jaringan menuju ke fibrotic jaringan

• Pada fase awal inflamasi muncul lesi granulomatous mirip seperti tuberculosis

Kulit
• Manifestasi klinis dapat timbul seperti nodular atau noduloulcerative dan lesi soliter
• Solitary gumma merupakan proses subkutaneus yang berhubungan dengan kulit
secara sekunder, dan sering pada paha, bokong, bahu, dahi dan kepala
Late benign syphilis
Tulang
•Walaupun gumma merupakan proses destruktif, dapat tersembunyi dari periosteal
reaction
•Radiographic manifestation meliputi : gummatous osteitis dan sclerosing osteitis
•Secara klinis biasanya pasien merasa nyeri, kekakuan, limitasi gerak, pembengkakan

Sistem pernafasan atas


•Dapat timbul gummatous osteitis dari tulang nasal, hard palate, septum Sistem
digestivus
•Gambaran klinis gumma diduga carcinoma, esophagoscopy dapat menunjukan ulkus,
tumor atau striktur
Myocardium
•Myocardial gumma, terutama pada ventrikel kiri dan biasanya asimptomatis
SYPHILIS KONGENITAL
• Syphilis kongenital merupakan syphilis yang
disebabkan infeksi in utero oleh T. Pallidum
• Infeksi Transplasenta fetal dapat terjadi kapan saja
saat kehamilan dan pada stadium kapanpun
• Probabilitas transmisi infeksi tergantung pada stadium
infeksi ibu yang tidak diobati sekitar 70-100% pada
syphilis primer, 40% pada syphilisi latent awal dan
10% pada syphilis latent akhir
• Chancre tidak bermanifestasi karena infeksi
menyebar secara hematogenous
• 30-40% kasus congenital syphilis bisa menyebabkan
stillbirth
TERAPI SYPHILIS
• Pasien yang alergi dengan syphilis dan tidak sedang hamil dapat diterapi
dengan doksisiklin sebagai obat penggantinya
• Wanita hamil yang alergi penisili harus di lakukan desensitisasi terlebih dahulu
dan tetap diterapi dengan penisilin karena hanya penisilin yang diketahui dapat
menembus sawar plasenta untuk mengobati infeksi pada fetus
KOMPLIKASI TERAPI
• Jarisch-Herxheimer merupakan reaksi self-limited clinical syndrome yang terdiri
atas demam, sakit kepala, kemerahan lesi mucocutaneuos, lymphadenopathy,
faringitis, malaise, myalgia dan leukositosis
• Komplikasi terapi biasanya timbul 12 jam setelah inisiasi terapi dan menghilang
dalam 24-36 jam

• Demam yang timbul bisa sekitar 39oC hingga 42oC


HERPES
CHANCROID AND HAEMOPHILUS DUCREYI
PENDAHULUAN

Haemophilus ducreyi  coccobacillus gram negatif yang menyebabkan


chancroid, ditandai dengan ulkus genital dan limfadenitis inguinal

Chancroid menunjukkan ulkus yang lebih luas, berkembang secara agresif,


disertai gejala sistemik demam dan menggigil
EPIDEMIOLOGI

• Chancroid atau soft chancre (ulcus molle), sudah ada sejak zaman kuno Yunani
• Chancroid endemik di wilayah Afrika, Asia dan Amerika latin, tetapi prevalensi
menurun di negara-negara industri
• Berdasarkan data UNAIDS dan WHO, memperkirakan prevalensi global chancroid
sebesar 6 juta kasus/tahun
• Faktor resiko yaitu pekerja sex komersial (PSK), tidak sunat, penggunaan kokain,
atau melakukan hubungan sexual dengan pasangan yang menggunakan kokain
• Chancroid pada Laki-laki > perempuan  3:1
MANIFESTASI KLINIS

• Lesi pada pria biasanya terlokalisir pada permukaan eksternal dan/atau internal
frenulum, sulkus koronal atau glans penis, dan menyebabkan fimosis
• lesi pada wanita umumnya berada di pintu masuk vagina (introitus vagina) dan
perianal, biasanya lesi tidak nyeri
• 10 – 40 % pasien chancroid memiliki supuratif limfadenopati inguinal, H. ducreyi
tidak menyebabkan bacteremia, organisme ini mati pada suhu ≥35 ° C
• Di era preantibiotik, chancroid bisa berlangsung 3–4 bulan dan menyebabkan ulkus
hebat dan erosi pada tempat yang terinfeksi  insisi dan drainase dan terapi
topikal
FIGURE 39-3. Left-sided inguinal bubo in a
patient with a culture-proven chancroidal ulcer.
(Photograph provided by Professor David Lewis.)
FIGURE 39-2. Chancroidal ulcer of the fourchette
in a female.
PATOGENESIS DAN RESPON HOST

NATURAL INFECTION
•Ulkus chancroidal mengandung PMN, jaringan nekrotik, perivaskular dan sel
mononuclear  makrofag, Sel T, dan sebagian sel B
•Histopatologinya terdiri dari dua komponen utama: (1) PMN
infiltrasi yang menyatu di dasar ulkus untuk membentuk abses, (2) infiltrat
dermal pada sel T dan makrofag menyerupai granuloma yang terbentuk
PATOGENESIS DAN RESPON HOST

HUMAN INOCULATION EXPERIMENTS


•Patogenesis H. ducreyi pada diketahu dari eksperimen bakteri yang diinokulasi ke dalam
kulit nongenital
•H. ducreyi diletakkan pada kulit lengan atas utuh/tanpa luka menyebabkan tidak penyakit
•Sedangkan pada luka tembus ukuran 1.9 mm  mulai terbentuk papula, karena
memungkinkan pengiriman bakteri ke epidermis dan dermis
•Papula berkembang dalam 24 jam inokulasi  mikropustula di epidermis dan 48 jam
inokulasi  micropustules epidermis dan dermis, dengan PMN, makrofag, kolagen, dan
fibrin
•Bakteri sebagian besar yaitu ekstraseluler dan infiltrasi PMN dan makrofag gagal
memfagositosis organismenya  kemungkinan meluas ke stadium ulseratif
PATOGENESIS DAN RESPON HOST
BACTERIAL EFFECTS ON OUTCOME
•Determinan virulensi H. ducreyi termasuk struktur lipooligosaccharide (LOS)
yang mirip dengan yang ditemukan pada N. gonorrhoeae

OTHER PATHOGENESIS MODELS


•H. ducreyi menempel dan menyerang keratinosit dan fibroblast, tetapi
hasilnya tidak
•H. ducreyi berikatan dengan kolagen tipe I dan tipe III, fibrinogen,
fibronektin, dan laminin
DIAGNOSIS, CULTURE, AND DETECTION
• mikroskopis eksudat dan deteksi antigen tidak sensitif dan tidak cukup spesifik
• Serologi hanya berguna untuk studi prevalensi

FIGURE 39-4. Transmission electron


micrograph of a thin section of a colony of H.
ducreyi stained with uranyl acetate. Note the
areas of intercellular adhesin that result in
the colonial characteristics described in text.
ANTIBIOTIC RESISTANCE AND THERAPY

• Antibiotik yang resisten: ampisilin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan sulfonamide. trimethoprim,


eritromisin dan kuinolon dilaporkan kadang resisten
• Secara klinis, chancroid berhasil diobati dengan macrolide, kuinolon dan sefalosporin generasi
ketiga
• Pengobatan saat ini direkomendasi oleh Centers for Disease Control dan Pencegahan (CDC)
yaitu azitromisin dosis 1 g PO atau ceftriaxone 250 mg IM, ciprofloxacin 500 mg PO 2x
sehari selama 3 hari atau eritromisin 500 mg PO 3xsehari selama 7 hari
• Dosis tunggal 1 g azitromisin mencegah perkembangan penyakit selama ≤2 bulan, azitromisin
dapat memberikan efek terapi dan profilaksis
• Kebanyakan ulkus sembuh dalam 2 minggu, tetapi ulkus yang besar bisa hingga 4 minggu
INTERACTIONS BETWEEN H. DUCREYI AND
HIV-1
ACQUISITION AND TRANSMISSION OF HIV-1
•GUD diperkirakan meningkatkan penularan HIV 4–23 kali lipat
•Pada orang koinfeksi H. ducreyi dapat menyebabkan replikasi virus lokal dengan
perekrutan dan aktivasi sel CD4 CD45RO dan makrofag yang terinfeksi secara laten
dengan HIV-1, tetapi hipotesis ini belum diuji

CLINICAL FEATURES OF COINFECTION


•Laporan dari Afrika pada orang koinfeksi HIV dan chancroid memiliki lebih banyak
ulkus yang menetap untuk periode yang lebih lama dan tidak sembuh sesaat setelah
pemberian antibiotik
LYMPHOGRANULOMA VENEREUM
PENDAHULUAN

• Merupakan salah satu STD yang disebabkan oleh Chlamydia Trachomatis


• Lesi primer dari LGV berbentuk papul kecil yang tersebar pada kelamin
dantanpa nyeri, dan dapat membentuk ulkus
• Tahap ke dua dari lesi ditandai oleh akut limfadenitis dengan formasi bubo
(inguinal syndrome) dan/atau prokitis hemoragik akut diikuti anogenitorectal
syndrome bersama dengan demam
EPIDEMIOLOGY

• Penyakit sporadik pada amerika utara, eropa, australia, dan sebagian besar
asia dan amerika selatan
• Endemik pada afrika timur dan barat, india, dan sebagian asia tenggara,
amerika selatan dan karibia
• LGV akut paling sering pada lelaki daripada perempuan dengan
perbandingan 5:1 atau lebih
PATHOGENESIS
• Chlamydia masuk melalui laserasi atau abrasi pada kulit
• LGV sebagian besar merupakan penyakit jaringan limfatik. Proses patologis yang penting
adalah thrombolymphangitis dan perilymphangitis dengan penyebaran proses inflamasi dari
kelenjar getah bening yang terinfeksi ke jaringan di sekitarnya. Limfangitis ditandai oleh
proliferasi sel endotel yang melapisi pembuluh limfa dan saluran limfe di kelenjar getah
bening. Kelenjar getah bening dengan cepat membesar dan membentuk daerah-daerah
nekrosis dikelilingi oleh sel-sel endotel padat. Daerah nekrotik menarik leukosit
polimorfonuklear dan memperbesar untuk membentuk “Stellate Abscess." dan ketika
peradangan berkembang, abses menyatu dan pecah, membentuk abses lokal, fistula.
MANIFESTASI KLINIS
Lesi primer
•Dapat menjadi 1 dari 4 bentuk: Papul, Erosi atau ulkus, Lesi kecil herpetiform,
Uretritis non-spesifik
•Yang paling sering adalah “nonindurated herpetiform ulcer” yang muncul pada
daerah infeksi sehabis masa inkubasi 3-12 hari
•Dapat juga asimtomatik dan tidak mencolok
•Daerah pada pria yang tersering: Coronal sulcus, Frenum, Preputium , Penis, Urethral
glands, Scrotum
•Daerah pada wanita yang tersering: Dinding posterior vagina, Fourchette, Cervix
bagian posterior, vulva
•jika terdapat pada intraurethra, ulkus atau erosi dapat membentuk nonspecific
urethritis
•Pada pria, lesi dapat berhubungan dengan lymphangitis dorsal penis, dan
pembentukan lymphangeal nodul yang besar dan lunak
MANIFESTASI KLINIS
Inguinal syndrome/secondary stage LGV
•Peradangan dan pembengkakan pada inguinal
lymphnode
•Bentuk unilateral, diawali massa padat yang nyeri
dan membesar selama 1-2 minggu
•Selama membesar, pasien laki-laki akan mengeluh
nyeri yang hebat dan berjalan pincang, untuk
mengatasi nyeri
MANIFESTASI KLINIS
Anogenitorectal syndrome
• Gejala subakut: Proctocolitis, Hyperplasia intestinal, lymphorrhoids
• Gejala kronis
• Perirectal abscess
• Ischiorectal dan rectovaginal fistula
• Anal fistula
• Rectal stricture atau stenosis

• Gejala awal dari infeksi rectal adalah anal pruritus dan mucous rectal
discharge yang diakibatkan oleh edema di mukosa anorectal
• Gejala awal proctocolitis termasuk demam, nyeri rektal, dan tenesmus
MANIFESTASI KLINIS
Esthiomene
•Infeksi primer yang mempengaruhi kelenjar limfatik di skrotum, penis, atau vulva,
yang dapat menyebabkan kronik progresif limfangitis, kronik edema, dan sclerosing
fibrosis pada jaringan subkutaneus, yang mengakibatkan indurasi dan pembesaran
area yang terkena dan ulserasi
•Pada stage awal ulserasi masih superfisial, namun menjadi invasif dan destruktif

Bentuk lain
•Ada kecenderungan bagi wanita untuk membentuk pertumbuhan papiler pada mukosa meatus
uretra, pertumbuhan ini menyebabkan disuria,dan inkontinensia urin dengan beberapa ulkus
perimeatal
•Penoscrotal elephantiasis muncul dari 1 hingga 20 tahun setelah infeksi. Ini dapat mengenai
hanya preputium, preputium dan penis, skrotum saja, atau semua genitalia eksternal laki-laki
DIAGNOSIS
• Diagnosis LGV berdasarkan:
1. Frei skin test positif
2. Complement-fixation (CF) positif
3. Isolasi LGV- Chlamydia dari jaringan yang terinfeksi
4. Identifikasi histologi pada jaringan yang terinfeksi
5. Polymerase chain reaction (PCR) atau Nucleic acid amplification Test (NAAT)
DIAGNOSIS
Frei test
•Sudah jarang dipakai secara luas
•Memakai pus yang di dapat dari bubi yang belum pecah, di campur saline dan di steril dengan
cara di panaskan
•Sekarang berbentuk “standarized skin test antigen” yaitu lygranum
•Test dengan cara injeksi 0,1 ml lygranum ke kulit, test di lihat setelah 48 jam dengan hasil positif
yaitu pembentukan papul 6x6mm

Complement-fixation serologic test


•Lebih sensitif dan lebih cepat menghasilkan nilai positif dibanding frei test

MICRO-IF antibody test


•Lebih sensitif dan lebih spesifik dibanding CF test
DONOVANOSIS (GRANULOMA INGUINAL)
PENDAHULUAN
• Donovanosis merupakan infeksi bakteri kronis, progresif dan sedikit menular yang
biasanya terdapat pada regio genitalia.
• Organisme penyebab adalah basil gram negatif, Calymmatobacterium granulomatis,
namun direklasifikasi sebagai Klabsiella granulomatis comb nov.
• Penyakit ini memiliki berbagai terminologi seperti ulserasi serpiginosa, granuloma
inguinale dan limfogranuloma venerum, namun Marmell dan Santora telah menyepakati
Donovanosis sebagai terminologi yang sesuai.

• Hubungan antara C.granulomatis dan Klabsiella menunjukkan bukti realtivitas antigen-silang.


• Goldberg menggambarkan organisme lebih lanjut dan menunjukkan bahwa dua faktor yang
diperlukan untuk pertumbuhan bakteri adalah:
• Potensi reduksi oksidasi yang rendah oleh media tioglikolat, dan
• Faktor-faktor dalam telur yang dapat digantikan dengan mencerna enzim albumin sapi
atau makanan kedelai.
PATHOGENESIS DAN BIOLOGI

• Manifestas donovanosis berupa nodul kecil yang keras didaerah kulit kelamin yang mengalami trauma

• Sebagian besar berhubungan dengan personal genital higiene yang buruk.


• Goldzieher dan Peck27 merupakan yang pertama yang mengidentifikasi Donovan body dalam
jaringan histologis dan menggambarkan sebagai sel mononuklear yang besar dan membengkak
serta mengandung organisme spesifik.

• Studi mikroskop elektron menunjukkan organisme dengan morfologi gram negatif


yang khas dengan kapsul besar tetapi tidak mempunya flagella. Filiform atau protrusi
vesikular dapat terlihat pada dinding sel yang berkerut.
Epidemiologi

Era sebelumantibiotik, terdapat pada


berbagai area geografis

Di Amerika Serikat pada tahun 1947 prevalensi


berkisar 5000-10000 kasus

Donovanosis merupakan ulkus genital


kedua pada penyakit menular seksual setelah
herpes genitalis
EPIDEMIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS

• Gejala awal infeksi bberupa papul atau nodul subkutan yang nantinya akan
menjadi ulkus
• 4 tipe donovanisis
1. Ulcerogranulomatous (non-tender, fleshy, exuberant, single or multiple, beefy red
ulcesrs bleed readily when touch)
2. Hypertrophic or verrucous type
3. Necrotic ( ulkus dalam, bau tidak enak, yang menyebabkan kerusakan jaringan)
4. Sclerotic atau cicatricial (pembentukan fibrosa atau scar tissue)
• Lesi pada cervix menyerupai cervical carcinoma
DIAGNOSIS

• Karakteristik : ulcerogranulomatous
• Olesan jaringan menjadi metode diagnostik utama, asalkan pemberian antibiotik
belum dilakukan
• Biopsi dan pemeriksaan histologi dapat dilakukan pada lesi yang kecil, kering,
sclerotik atau necrotic
• Bentukan khasnya yaitu, inflamasi kronis dengan infiltrasi plasma sel dan
polymorphonuclear leukosit, dermis menunjukan dermis menunjukkan infiltrat seluler
padat dengan sejumlah besar sel plasma
OLESAN JARINGAN
TERAPI
 AZYTHROMYCIN MERUPAKAN OBAT TERAPI PILIHAN, DENGAN DOSIS :
• 500MG/HARI 1 MINGGU ATAU 1 GR/MINGGU SELAMA 4-6 MINGGU
• WHO MEREKOMENDASIKAN 1 GRAM DIIKUTI DENGAN 500MG/HARI
• CDC MEREKOMENDASIKAN 1GRAM/MINGGU SELAMA 3 MINGGU SAMPAI LESI SEMBUH

 ANAK-ANAK YANG TERKENA DIBERIKAN AZYTHROMICIN 20MG/KGBB

 BAYI YANG LAHIR DARI IBU YANG TIDAK DIOBATI SEBAIKNYA DIBERIKAN PROFILAKSIS 3
HARI DENGAN DOSIS 20MG/KGBB 1X/HARI

 PADA PASIEN YANG MEMILIKI HIV, PENGOBATAN HARUS DI MODIFIKASI SESUAI DENGAN
STADIUM HIV, DAN PENELITIAN LEBIH LANJUT SEDANG DILAKUKAN
KOMPLIKASI
• Carcinoma
• Pesudoelephantiasis, lebih sering pada wanita
• Donovanosis ulcer bisa terjadi coinfeksi dengan STIs lainnya

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN

• Edukasi pada masyarakat


• Mencegah hubungan seks pada orang yang sakit
• Deteksi dini dan penanganan
TATALAKSANA ULKUS GENITALIS
ULKUS GENITALIS DENGAN
PENDEKATAN SINDROM
ULKUS GENITALIS
UNTUK TENAGA MEDIS
BUBO VAGINALIS
TERAPI

• Pembedahan
• Perawatan bedah dari sindrom inguinal akut harus dibatasi pada aspirasi kelenjar getah
bening yang berfluktuasi dan kadang-kadang insisi dan drainase abses

Das könnte Ihnen auch gefallen