Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Pendamping
dr. Budi Suarman
OLEH :
dr. Muhammad Azmi Agung
dr. Rahmat Hidayat
UPAYA PENINGKATAN
KEPATUHAN BEROBAT TB PARU
DI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS MEGAMENDUNG
PENDAHULUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan upaya yang dapat dilakukan
di daerah kerja Puskesmas Megamendung dalam meningkatkan cakupan
kepatuhan pengobatan TB Paru
Manfaat Penelitian
Bagi Peneliti
Diperolehnya wawasan pengetahuan serta pengalaman sebagai dokter
internship di wilayah kerja Puskesmas Megamendung
Sejarah TB Paru
Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru sudah sejak lama ada di muka bumi ini.
Peninggalan tertua penyakit ini antara lain seperti tampak pada tulang-
tulang vertebra manusia di Eropa dan juga mummi-mummi di Arab yang
diperkirakan berasal dari sekitar tahun 3700 SM. Catatan yang paling tua
dari penyakit ini di Indonesia adalah seperti yang didapatkan pada salah
satu relief di Candi Borobudur, yang nampaknya menggambarkan suatu
kasus Tuberkulosis Paru. Artinya pada masa itu (tahun 750 SM) orang
sudah mengenal penyakit ini yang terjadi di antara mereka.
TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah TB Paru
Bakteri tahan asam aktif (BTA), yang disebut Droplet Nuclei yang sangat
halus dan tidak dapat dilihat oleh mata.Droplet Nuclei tersebut
melayang-layang di udara untuk waktu yang lama sampai terhisap oleh
orang lain yang ada disekitar pasien TB.
TINJAUAN PUSTAKA
Patogenesis
TB Primer
Risiko Menjadi TB
Tatalaksana Pasien TB
Adapun tujuan pengobatan TBC adalah (1) Menyembuhkan penderita; (2) Mencegah
kematian; (3) Mencegah kekambuhan; (4) Menurunkan tingkat penularan. Dengan
prinsip pengobatan dengan kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah cukup dan
dosis yang tepat selama 6-8 bulan.
Sebab-sebab kegagalan pengobatan pada pasien dapat terjadi karena beberapa faktor,
antara lain: (1) Faktor Obat. Hal ini dapat terjadi bila paduan obat tidak sama kuat,
dosis obat tidak cukup, minum obat tidak teratur atau tidak sesuai dengan petunjuk
yang diberikan, jangka waktu pengobatan kurang dari semestinya dan terjadinya
resistensi obat; (2) Faktor Drop - Out, misalnya kekurangan biaya pengobatan,
merasa sudah sembuh, atau malas berobat karena kurangnya motivasi; (3) Faktor
penyakitnya sendiri, misalnya daerah yang sakit terlalu luas, adanya gangguan
imunologis, adanya penyakit lain yang menyertai seperti diabetes mellitus,
alkoholisme, dan lain-lain
TINJAUAN PUSTAKA
Hasil Pengobatan TB
Putus berobat selama menjalani pengobatan tuberkulosis adalah salah satu penyebab
terjadinya kegagalan (failure) pengobatan disamping karena pengobatan yang tidak
teratur, pemberian regimen pengobatan yang tidak sesuai dan adanya resistensi obat
Putus berobat (default) menurut Depkes RI (2006) adalah pasien yang telah berobat
dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PUTUS OBAT
Umur Pemberian OAT pada usia tua lebih berisiko terjadinya gejala
samping, sehingga dapat terjadi penghentian pengobatan
Jenis Kelamin Penyakit TB cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki
dibandingkan perempuan.
Bahwa penderita yang diawasi tenaga PMO 1,5 kali lebih taat
PMO
minum obat dibanding mereka yang tidak diawasi PMO. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kinerja PMO yang kurang, 4 kali
lebih besar untuk tidak terjadi konversi dibanding dengan
kinerja PMO yang baik. PMO yang mempunyai pengetahuan
kurang, 4 kali lebih besar mempunyai kinerja kurang
dibandingkan pengetahuan baik.
Jenis Penelitian
Populasi dan
Sampel Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah semua pasien yang putus pengobatan TB
Paru pada Tahun 2016. Sampel penelitian ini adalah semua pasien yang putus
pengobatan TB Paru pada tahun 2016.
Desain Penelitian
Pembahasan
Hasil
Subyek penelitian adalah Pasien TB yang berobat di Puskesmas Megamendung pada Tahun 2016
dan Putus Obat dan dilakukan total sampling
Pada total sampling yang dilakukan terhadap pasien TB yang berobat di Puskesmas Megamendung
Tahun 2016, didapatkan sejumlah 34 Pasien. Dari 34 Pasien tersebut ditemukan sejumlah 1 orang
yang mengalami putus obat.
Pada penelitian yang dilakukan dengan mengambil data pasien TB yang berobat di Puskesmas
Megamendung mulai awal tahun 2016 sampai akhir tahun 2016 didapatkan 1 orang yang putus
obat, yang berarti hanya 2,94% dari total yang melakukan pengobatan
Pembahasan
Hasil
Subyek penelitian adalah Pasien TB yang berobat di Puskesmas Megamendung pada Tahun 2016
dan Putus Obat dan dilakukan total sampling
Pada total sampling yang dilakukan terhadap pasien TB yang berobat di Puskesmas Megamendung
Tahun 2016, didapatkan sejumlah 34 Pasien. Dari 34 Pasien tersebut ditemukan sejumlah 1 orang
yang mengalami putus obat.
Pada penelitian yang dilakukan dengan mengambil data pasien TB yang berobat di Puskesmas
Megamendung mulai awal tahun 2016 sampai akhir tahun 2016 didapatkan 1 orang yang putus
obat, yang berarti hanya 2,94% dari total yang melakukan pengobatan
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian di atas, didapatkan hanya 1 orang yang mengalami putus
pengobatan dari total 34 pasien yang berobat TB. Hal ini menunjukkan kepatuhan
pengobatan TB pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Megamendung sudah
cukup baik, namun untuk meningkatkan kepatuhan agar mencapai kepatuhan 100 %,
maka ada beberapa rekomendasi upaya yang dapat dilakukan.
Memperbaiki metode pengambilan obat agar obat dapat diambil oleh pasien di
setiap hari kerja.
Kerjasama dengan Stakeholder mulai dari tingkat RT,RW, Desa dan Kecamatan lebih
ditingkatkan lagi untuk membantu kesembuhan penderita Tuberculosis(TB)
PENUTUP