Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Pneumonia
Pneumocystis Pneumonia
• Peradangan pada parenkim paru
• Pneumonia yang disebabkan oleh
mencakup bronkiolus respiratorius dan
Pneumocystis Jiroveci
alveoli.
• Koinfeksi yang sering ditemukan pada
• Menimbulkan konsolidasi jaringan paru
penderita HIV dengan CD4+ <200
dan gangguan pertukaran gas
sel/mm3
EPIDEMIOLOGI PNEUMOCYSTIS PNEUMONIA
Sebanyak 75% pasien HIV akan menderita Pneumocystis
Pneumonia (PCP)
• Pasien infeksi HIV dengan CD4+ <200/μL dan pasien yang tidak mendapatkan
profilaksis
• Pasien immunodefiensi: hypogammaglobulinemia (hyper-IgM syndrome) dan
severe combined immunodefiency (SCID)
• Pasien pengobatan imunosupresif jangka lama
• Pasien dengan maligna hematologi dan non hematologi (tumor dan lymphoma)
• Pasien dengan malnutrisi
ETIOLOGI PNEUMOCYSTIS PNEUMONIA
Kingdom
fungi
Subkingdom
Dikarya
Phylum
Ascomycota
Klas
Pneumocystidomycetes
Ordo
Pneumocystidales
Family
Pneumocystidaceae
Genus
Pneumocystis
Species
Pneumocystis Jiroveci
MORFOLOGI
Pemeriksaan Fisik
Takipnea berat sehingga pasien sulit berbicara
Takikardi
Tidak didapatkan ronkhi pada auskultasi
Sianosis akral, sentral dan membran juga dapat ditemukan
Pemeriksaan Penunjang
Foto thorax memperlihatkan infiltrat bilateral yang dapat meningkat menjadi
homogen
Pemeriksaan comuted tomography terdapat area “ground-glass” dengan latar
belakang septum interlobular.
Pemeriksaan histopatologi terdapat eksudat eosinofil yang mengisi alveoli
Pemeriksaan immunofloesen menggunakan antibodi monoklonal
Pemeriksaan sputum dengan larutan hypertonic saline
Pemeriksaan dengan bronchoalveolar lavage (BAL) memiliki sensivitas >90%,
terdapat dua bentuk yaitu tropik dan kistik. Tropik dengan pewarnaan modifikasi
papaniculaou, wright giemsa, gram wegert. Bentuk kista dengan pewarnaan gomor
methenamin silver, toludin O.
Pemeriksaan PCR untuk deteksi asam nukleat pneumocystis
Peningkatan LDH dan gradien oksigen alveolar-arterial (AaDO2)
This chest radiograph shows bilateral upper-lobe
This radiograph depicts a diffuse, fine, reticular
pneumatoceles after a Pneumocystis carinii infection in a
opacification as a result of Pneumocystis carinii
patient with acquired immunodeficiency syndrome
pneumonia
PEMERIKSAAN CT-SCAN DAN BAL
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS PERSUMTIF PCP MENURUT CDC
Keluhan sesak napas saat aktif atau batuk non produktif dalam tiga bulan terakhir
Gambaran foto toraks berupa infiltrat interstitial difus bilateral atau gambaran
penyakit paru difus bilateral
Tekanan oksigen (O2) kurang dari 70 mmHg pada pemeriksaan analisis gas darah
atau kapasitas difusi rendah (kurang 80% prediksi) atau peningkatan AaDO2
Tidak terbukti pneumonia bakterialis.
GRADIEN OKSIGEN ALVEOLAR ARTERI
Ringan : perbedaan alveolar-arterial O2 (Aa DO2) < 35 mmHg
Sedang: perbedaan alveolar-arterial O2 (Aa DO2) > 35 mmHg - < 45 mmHg
Berat : perbedaan alveolar-arterial O2 (Aa DO2) > 45 mmHg.
TATALAKSANA
Trimetropin- Pentamidin Klindamisin dan Dapson Atovakuon
sulfametoksazol primakuin
• Obat pilihan PCP • Lini kedua • Untuk pasien tidak • Efektif untuk PCP • Antimalaria lini kedua
• Perbaikan oksigenasi • Antiprotozoa toleran atau gagal derajat ringan PCP
• Efek samping: skin • Es : hipotensi, aritmia, pengobatan sampai sedang • Kurang efektif
rash, gangguan hipoglikemia, trimetrpin • Es: dibanding trimetropin
fungsi hati gangguan fungsi sulfametoksazol dan methemoglobinemia, sulfametoksazol
ginjal, peningkatan pentamidin hiperkalemia ringan, • Efek samping serupa
kadar kreatiin, • Es: rash, demam, anemia dengantrimetropin
trombositopenia neutropenia, sulfametoksazol
gangguan
gastrointestinal
TATALAKSANA BERDASARKAN DERAJAT
PCP berat
Obat lini pertama: kotrimoksazol dosis tinggi intravena (trimetoprim 15 mg/kgBB/hari
dan sulfametoksasol 75 mg/kgBB/hari selama 21 hari)
Tidak respon lini kedua pentamidin intravena (3-4 mg/kgBB selama 21 hari)
Lini ketiga : klindamisin (600 mg IV tiap 8 jam) dengan primakuin (15 mg/oral/hari).
Kortikosteroid direkomendasikan 40 mg secara peroral dua kali sehari pada hari
pertama sampai kelima, 40 mg satu kali per hari selama 6-10 hari, 20 mg setiap hari
sampai lengkap 21 hari.
PCP Sedang
Trimetoprim-sulfametoksazol 480 mg dua tablet tiga kali sehari selama 21 hari.
PCP Ringan
kotrimoksazol peroral 480 mg dua tablet sehari selama 21 hari atau cukup 14 hari
jika respons membaik.
PENCEGAHAN PNEUMOCYSTIS PNEUMONIA