Sie sind auf Seite 1von 26

Respon Endokrin dan Metabolisme

dalam Pembedahan Anak

Pembimbing : dr. Emiliana Lia., Sp.BA


Jessica Weynata, drg (160121150005)
Stress Response
• Perubahan hormonal dan metabolik akibat trauma.

• Merupakan bagian dari reaksi sistemik yang


meliputi metabolik, endokrin, imunologi, dan
hematologi

• Respon tersebut membatasi aktivitas di daerah


trauma untuk mencegah kerusakan sekunder dan
memulai proses penyembuhan melalui sinyal
inflamasi yang dihasilkan.
Pelepasan katekolamin & hormon
vasoaktif
Ebb cardiac output ↑
Fase Heart rate ↑
Respiratory rate ↑

Stress katabolisme dominan


Response glukokortikoid ↑
Fase glukagon ↑
Akut katekolamin ↑
Pelepasan sitokin
produksi protein fase akut
Flow
Fase
anabolisme dominan
Fase respon hormonal ↓
Adaptif Laju hipermetabolik ↓
Trauma Operatif
• Pada individu dewasa, kasus trauma atau operasi
akan menyebabkan periode ”ebb" yang singkat
dari laju metabolisme yang tertekan, diikuti
dengan "fase flow" yang ditandai dengan
peningkatan konsumsi oksigen untuk
mendukung pertukaran masif substrat antar
organ
• Pada bayi baru lahir/neonates  operasi besar
menyebabkan peningkatan konsumsi oksigen
dan REE yang moderat dan immediate
mencapai puncak pada jam ke-4

• Respon ini dengan cepat akan kembali ke


baseline dalam 12 - 24 jam pasca operasi
Respon Imunologi
• Sitokin
setelah operasi  sitokin yang dilepaskan adalah
interleukin-1 (IL-1), tumor necrosis factor- α (TNF- α)
dan IL-6
reaksi awal yaitu pelepasan IL-1 dan TNF- α dari
makrofag dan monosit pada jaringan rusak 
menstimuli produksi dan pelepasan lebih banyak sitokin,
terutama IL-6  menginduksi perubahan sistemik yang
dikenal sebagai fase respon akut
• Respon fase akut
protein beraksi sebagai mediator inflamasi, anti
proteinase
 terdiri dari C-reactive protein (CRP), fibrinogen,
α2 makroglobulin, dan antiproteinase lainnya.
 konsentrasi CRP mengikuti perubahan IL-6
• Interleukin-6
dalam 30-60 menit sesudah dimulainya operasi
konsentrasi IL-6 meningkat  perubahan
konsentrasi menjadi signifikan setelah 2-4 jam
produksi sitokin menggambarkan derajat trauma
jaringan
produksinya sedikit pada operasi yg kurang invasif
 contoh laparoskopi
produksinya menjadi meningkat setelah operasi
mayor  seperti operasi kolorektal , operasi mayor
vaskular
• Interaksi antara sistem imun dengan sistem
neuroendokrin
sitokin IL-1 dan IL-6 dapat menstimuli sekresi
ACTH dari isolated pituitary cells in vitro
pada pasien post operasi  sitokin
mengaugmentasi sekresi ACTH pituitari dan
meningkatkan pelepasan kortisol
respon kortisol terhadap pembedahan adalah
 menekan konsentrasi IL-6
Respon Endokrin

Aktivasi hipotalamus dari


sistem saraf simpatis
Respon stres
terhadap
pembedahan
Meningkatkan sekresi
hormon pituitary

 Respon endokrin berlangsung antara 24 dan 48 jam pasca


operasi. Respon ini berbeda dalam beberapa hal dengan yang
terjadi di orang dewasa, yang biasanya berlangsung biasanya
lebih lama.
Respon Endokrin Terhadap Pembedahan
• Perubahan sekresi pituitari  memiliki efek
sekunder terhadap sekresi hormon dari organ
target
Contoh :
• pelepasan kortikotropin dari pituitary 
menstimuli sekresi kortisol dari korteks adrenal
• pada pankreas  glukagon dilepaskan dan
sekresi insulin dikurangi
Growth hormone
 protein amino acid yang disekresi dari anterior
pituitari
 pelepasannya distimulasi oleh growth hormone
releasing factor dari hipotalamus  fungsi
utamanya mengatur pertumbuhan terutama pada
masa perinatal dan anak-anak
 sekresi growth hormon dari pituitari meningkat
sebagai respon terhadap pembedahan dan trauma
 berhubungan dengan derajat keparahan trauma
Kortisol
 sekresi kortisol dari korteks adrenal meningkat seiring
dimulainya operasi  sebagai akibat dari stimulasi
ACTH
 kortisol memiliki efek metabolik kompleks pada
karbohidrat, lemak dan protein  meningkatkan
breakdown protein dan glukoneogenesis di hepar
 Kortisol mengalami peningkatan secara signifikan tetap
tinggi dalam 24 jam pertama pasca operasi, disertai
dengan kenaikan katekolamin. Kedua hormon ini
memiliki efek antiinsulin.
ẞ- Endorfin dan prolaktin
 peningkatan konsentrasi ẞ-endorfin pada
sirkulasi sesudah operasi menggambarkan
peningkatan sekresi hormon pituitary
 sekresi prolaktin meningkat sebagai respon
terhadap pembedahan dan exercise
Insulin dan glukagon
insulin disintesis dan disekresi oleh sel ẞ pankreas
dilepaskan setelah intake makanan, ketika glukosa
darah dan konsetrasi asam amino meningkat
insulin meningkatkan uptake glukosa ke otot dan
jaringan adiposa dan mengkonversi glukosa menjadi
glikogen dan trigliserid
insulin juga menstimuli bentuk glikogen menjadi
glukosa di hepar
konsentrasi insulin berkurang setelah induksi
anestesi, dan selama operasi terjadi kegagalan
sekresi insulin dalam menyesuaikan katabolis,
respon hiperglikemi  disebut insulin resistance 
terjadi pada saat perioperatif
glukagon diproduksi oleh sel α pankreas
pada operasi  konsentrasi plasma glukagon
meningkat  namun tidak memberi kontribusi
utama bagi respon hiperglikemik
Prosedur bedah pada orang dewasa dikenal dapat
menyebabkan hiperglikemia, dan hiperglikemia karena
prosedur operasi juga dilaporkan pada neonatus
Kenaikan kadar glukosa pada neonatus adalah singkat,
hanya berlangsung sampai 12 jam.
Respon insulin untuk hiperglikemia mungkin rendah,
terutama pada bayi prematur yang menjalani operasi,
dan jaringan dapat menjadi relatif tahan terhadap
insulin.
Hormon tiroid
 hormon tiroid menstimuli konsumsi oksigen pada
metabolisme jaringan aktif tubuh  kecuali pada
otak, lien, bagian anterior dari kelenjar pituitari
 aksi utama hormon tiroid adalah : meningkatkan
absorbsi karbohidrat dari usus, menstimuli sistem
saraf pusat dan perifer, dan pada jangka panjang :
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
 konsentrasi total berkurang sesudah operasi dan
kembali normal setelah beberapa hari
Respon Metabolik

• Efek metabolik dari perubahan hormon 


meningkatkan katabolisme  yang
memobilisasi substrat untuk menyediakan
energy dan mekanisme untuk
mempertahankan elektrolit dan cairan, dan
homeostasis kardiovaskular
• Metabolisme kabohidrat
 konsentrasi glukosa darah meningkat setelah operasi
dimulai  berhubungan dengan trauma pembedahan
 meningkatnya katekolamin
 hiperglikemia terjadi karena hormon katabolis
meningkatkan produksi glukosa dan terjadi
pengurangan insulin  peripheral insulin resistance
• Metabolisme protein
 distimuli oleh peningkatan konsentrasi kortisol
 asam amino dikatabolis untuk menjadi energi atau
digunakan di hepar untuk membentuk protein baru,
terutama protein fase akut.
 hepar mengubah asam amino ke substrat lain, glukosa.
Asam lemak dan keton body
 hilangnya protein dapat diukur secara indirek dengan
peningkata ekskresi nitrogen pada urin
Stres operatif utama pada orang dewasa menghasilkan
keseimbangan nitrogen negatif karena proses
katabolisme protein otot.
Hilangnya nitrogen meningkat setelah operasi pada
neonatus, dan pemecahan protein otot pada neonatus
ini.
• Metabolisme lemak
 sebagai akibat dari perubahan hormon selama
operasi, lemak disimpan sebagai trigliserida yang
kemudian diubah menjadi gliserol dan asam lemak
oleh lipolisis
 aktivitas lipolisis distimulasi oleh kortisol,
katekolamin dan growth hormon dan menghambat
tersedianya insulin.
 asam lemak di dalam hati dan di otot dikonversikan
menjadi keton bodies
Prosedur bedah pada neonatus menyebabkan
peningkatan level badan keton
Kesimpulan
• Tubuh memiliki sistem respon yang menangani
berbagai rangsangan berbahaya yang
mengancam kelangsungan hidup  respon stres.
• Respon stres pertama muncul sejak bayi baru
lahir, termasuk trauma operasi dan sepsis.
• Berbeda dengan kebutuhan energi pada orang
dewasa, kebutuhan energi bayi dan anak yang
menjalani operasi besar mengalami lebih sedikit
modifikasi karena trauma operasi.

Das könnte Ihnen auch gefallen