Sie sind auf Seite 1von 46

LAPORAN KASUS

Cephalgia kronik dengan OA


metacarpal

Aramadhandia
30101206574

Pembimbing :
dr. Hj. Ken Wirastuti, M Kes, Sp. S,
KIC
IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S
Umur : 58 tahun
Alamat : Demak
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Suku : Jawa
Nomor CM : 1-16-34-59
Pekerjaan : ibu Rumah Tangga
Tanggal Pemeriksaan : 21 juli 2018
ANAMNESA
Anamnesa dilakukan pada tanggal : 21 Juli 2018
Subjektif
Keluhan : rasa cekot cekot pada kepala Sebelah kanan, dan rasa
nyeri tajam pada jari tengah sebelah kanan.
• Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poli saraf dengan keluhan rasa cekot- cekot
pada kepala sebelah kanan, rasa cekot cekot pada kepala pasien
sudah dirasakan selama ± 1 minggu, nyeri kepala yang
dirasakan pasien menjalar dari dahi hingga tengkuk terutama
tengkuk arah sebelah kanan. Nyeri dirasakan terus menerus,
semakin hari semakin berat. Nyeri kepala ini dirasakan muncul
sejak 1 tahun terakhir, penderita sering mengeluh sakit kepala
hilang timbul, keluhan dipengaruhi aktifitas berat, sakit kepala
hilang atau berkurang jika lokasi keluhan di pijat oleh pasien.
Mual muntah disangkal, penglihatan Halo disangkal oleh
pasien, demam disangkal, pandangan kabur disangkal,
pandangan gelap disangkal, pandangan ganda disangkal,
telinga berdengung disangkal, Pasien juga menyangkal pernah
mengalami kejang, bicara pelo disangkal. Buang air kecil dan
buang air besar tidak ada masalah, masih dalam batas normal
Keluhan tambahan yang dirasakan, pasien
mengeluh nyeri tajam pada jari tengah sebelah
kanan keluhan juga dirasakan ± 1 bulan. Nyeri
dirasakan terus menerus, dan semakin berat,
nyeri timbul mendadak pasien tidak dapat
menceritakan awal mula terjadinya nyeri pada
lokasi tersebut. Nyeri semakin berat jika pasien
gunakan untuk bekerja, dan sedikit lebih ringan
jika di istirahatkan. Riwayat berpergian jauh
disangkal oleh pasien, rasa panas disangkal pada
pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu

• Riwayat penyakit yang sama : Diakui


• Riwayat Hipertensi : Disangkal
• Riwayat Penyakit Jantung Paru : Disangkal
• Riwayat masalah psikologik : Disangkal
• Riwayat merokok : Diakui
• Riwayat penyakit tulang belakang : Disangkal
• Riwayat DM :Di akui
• Riwayat penyakit maag : Disangkal
• Riwayat trauma : Disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga

• Riwayat penyakit yang sama : Disangkal


• Riwayat Hipertensi : Disangkal
• Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
• Riwayat Penyakit Paru : Disangkal
• Riwayat DM : Disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi
• Biaya ditanggung BPJS dengan kesan ekonomi
cukup.
STATUS INTERNUS

• Keadaan Umum : Baik


• Kesadaran : Compos mentis
• Tekanan Darah : 160/80 mmHg
• Nadi : 106 x/menit
• Suhu : 36,7oC
• Pernafasan : 20x/menit
PEMERIKSAAN FISIK
Kulit
1. Warna : Coklat
2. Turgor : Cepat kembali
3. Sianosis : Negatif
4. Ikterus : Negatif
5. Oedema : Negatif
Kepala
1. Rambut : Hitam, sukar dicabut
2. Wajah : Simetris, oedema (-)
3. Mata : Conjunctiva anemi (-/-), ikterik (-/-), sekret (-/-),
refleks cahaya langsung (+/+), reflek cahaya tidak langsung
(+/+), Pupil bulat isokor, 3 mm/3 mm
1. Telinga : tidak dilakukan
2. Hidung : tidak dilakukan
Mulut
• Bibir : simetris, bibir pucat (-), mukosa licin (+),
sianosis (-)
• Lidah : Simetris, tremor (-), hiperemis (-)
• Tonsil : T1/T1 tidak ada kripte
• Faring : tidak dilakukan
Leher
• Inspeksi : Simetris, retraksi (-)
• Palpasi : TVJR-2cmH2O, pembesaran KGB (-)
Thorax
• Inspeksi
• Statis : Simetris, bentuk normochest
• Dinamis : Pernafasan torakoabdominal, retraksi
suprasternal (-),retraksi intercostal (-), retraksi
epigastrium (-)
Paru
• Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis
Kanan Kiri
Palpasi Fremitus N Fremitus N

Perkusi Sonor Sonor

Auskultasi Vesikuler Normal Vesikuler Normal


Ronchi (-) wheezing (-) Ronchi (-) wheezing (-)

Jantung
• Auskultasi : BJ I > BJ II, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
• Inspeksi : Simetris, luka memar pada abdomen sinistra (-)
• Palpasi : Nyeri tekan abdomen sinistra (-), defans muscular (-)
• Hepar : Tidak teraba
• Lien : Tidak teraba
• Ginjal : Ballotement (-)
• Perkusi : Timpani, shifting dullness (-), tapping pain (-)
• Auskultasi : Peristaltik 3x/menit, kesan normal
Tulang Belakang
• Bentuk : Simetris
• Nyeri tekan : Positif
Kelenjar Limfe
• Pembesaran KGB : Negatif
Ekstermitas

Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianosis - - - -
Oedema - - - -
Fraktur - - - -

5.STATUS NEUROLOGIS
Status Neurologis
• GCS : E4 M6 V5
• Mata : pupil bulat isokor, 3mm/3mm
• reflek cahaya langsung : (+/+)
• reflek cahaya tidak langsung :(+/+)
• TRM : negatif
• ↑ TIK : negatif
• Status Neurologikus
N.I ( OLFAKTORIUS)
• Subjektif : anosmia (-)
N II ( OPTIKUS)
• tajam penglihatan : tidak dilakukan
• lapang penglihatan : normal
• melihat warna : normal
• funduskopi : tidak dilakukan

N III ( OKULOMOTORIUS ), N IV (TROKLEARIS ), N VI (ABDUCENS

Dextra Sinistra

Pergerakan bulbus N N

Nistagmus - -

Eksoftalmus - -

Strabismus - -

Refleks cahaya + +

Refleks konvergensi + +

Pandangan dobel - -
N V ( TRIGEMINUS )
• Sensibilitas taktil dan nyeri muka : normal,
simetris
N VII (FACIALIS)
Dextra Sinistra
Mengerutkan dahi + +
Menutup mata + +
Senyum + +
Mencucu/bersiul + +
Menyeringai / meringis + +
Pengecapan lidah 2/3 tidak dilakukan tidak dilakukan

N VIII (VESTIBULOCOCHLEARIS)
Dextra Sinistra

Jentik jari + +

Tes weber tidak dilakukan tidak dilakukan

Tes rinne tidak dilakukan tidak dilakukan

Tes Swabach tidak dilakukan tidak dilakukan

•N IX (GLOSSOPHARINGEUS)
Pengecapan 1/3 posterior lidah : tidak dilakukan
Arkus faring : normal, simetris
N X ( VAGUS )
Arkus faring : simetris
Berbicara : normal
Menelan : normal
Nadi : 80 x/menit reguler
Reflek muntah : tidak dilakukan
N XI (ACCESORIUS )
• Mengangkat bahu : +/+
• Memalingkan kepala : simetris

N XII ( HYPLOGOSSUS )
• Pergerakan lidah : normal
• Tremor lidah : (-)
• Artikulasi : normal
• Lidah : (-)

Badan dan Anggota Gerak


BADAN
MOTORIK
• Respirasi : normal
• Duduk : normal
SENSIBILITAS
• Taktil : +/+
• Nyeri : +/+
• Thermi : tidak dilakukan
ANGGOTA GERAK ATAS
Dextra Sinistra
MOTORIK
B B

Kekuatan 5 5

Tonus Normotonus Normotonus


Trofi Eutrofi Eutrofi

Klonus - -

SENSIBILITAS

Taktil Dbn Dbn

Nyeri Dbn Dbn

Thermi tidak dilakukan tidak dilakukan

REFLEK

Biceps Dbn Dbn

Triceps Dbn Dbn

Hoffman - -

Trommer - -
ANGGOTA GERAK BAWAH
Dextra Sinistra
MOTORIK

Pergerakan B B
Kekuatan 5 5
Tonus Normotonus Normotonus
Klonus - -
Trofi Eutrofi Eutrofi
SENSIBILITAS

Taktil Dbn Dbn

Nyeri Dbn Dbn

Thermi tidak dilakukan tidak dilakukan


REFLEK

Patella + +

Achilles + +
RESUME
▫ Identitas
• Ny. S, 58tahun.
▫ Anamnesis
• Keluhan Utama : rasa cekot cekot pada kepala Sebelah
kanan, dan rasa nyeri tajam pada jari tengah sebelah
kanan.

• Riwayat Penyakit Sekarang: Seorang Pasien memiliki


keluhan rasa cekot- cekot pada kepala sebelah kanan, rasa
cekot cekot pada kepala pasien sudah dirasakan selama ± 1
minggu, nyeri kepala yang dirasakan pasien menjalar dari
dahi hingga tengkuk terutama tengkuk arah sebelah
kanan. Nyeri dirasakan terus menerus, semakin hari
semakin berat. Nyeri kepala ini dirasakan muncul sejak 1
tahun terakhir, penderita sering mengeluh sakit kepala
hilang timbul, keluhan dipengaruhi aktifitas berat, sakit
kepala hilang atau berkurang jika lokasi
• keluhan di pijat oleh pasien. Mual muntah disangkal,
penglihatan Halo disangkal oleh pasien, demam
disangkal, pandangan kabur disangkal, pandangan
gelap disangkal, pandangan ganda disangkal, telinga
berdengung disangkal, Pasien juga menyangkal
pernah mengalami kejang, bicara pelo disangkal.
Buang air kecil dan buang air besar tidak ada masalah,
masih dalam batas normal.
• Kualitas : Nyeri yang hebat
sangat mengganggu aktifitas sehari-hari dan saat bekerja.
• Kuantitas : Nyeri membaik jika
bagian yang sakit ditekan tekan
• Faktor yang memperberat : Saat bekerja melakukan
aktifitas berat
• Faktor yang memperingan : Istirahat dan memijat atau
menekan daerah kepala yang mengalami keluhan cekot
cekot
• Keluhan lain : Keluhan tambahan yang dirasakan, pasien
mengeluh nyeri tajam pada jari tengah sebelah kanan
keluhan juga dirasakan ± 1 bulan. Nyeri dirasakan terus
menerus, dan semakin berat, nyeri timbul mendadak
pasien tidak dapat menceritakan awal mula terjadinya
nyeri pada lokasi tersebut. Nyeri semakin berat jika pasien
gunakan untuk bekerja, dan sedikit lebih ringan jika di
istirahatkan. Riwayat berpergian jauh disangkal oleh
pasien, rasa panas disangkal pada pasien.
c.Pemeriksaan Fisik
• Keadaan Umum : Baik
• Kesadaran : Compos mentis
• Tekanan Darah : 160/80 mmHg
• Nadi : 106 x/menit
• Suhu : 36,7oC
• Pernafasan : 20x/menit

d.Diagnosa
• Diagnosa klinis : Chepalgia, hemiparastesi dekstra
• Diagnose topik : Intracerebral hemisfer dextra
• Diagnose etiologi : Infeksi viral dd bakterial
e.Tatalaksana
cephalgia kronis :
• Carbamazepine 2 x 200
• Clobazam 2x 5gr
• Ketorolac iv (15-30 mg)

Nyeri lutut
• Inj. Lidocain 1cc : flamicote 1 cc (ia)

f.Prognosis
• Quoadvitam : Bonam
• Quoadfunctionam : Bonam
• Quo ad sanactionam : Bonam
Tinjauan pustaka
• CHEPALGIA
I.1.1. DEFINISI
• Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak
mengenakkan pada seluruh daerah kepala
dengan batas bawah dari dagu sampai
kedaerah belakang kepala (daerah oksipital dan
sebahagian daerah tengkuk) (Sjahrir, 2008).
ETIOLOGI
• Penggunaan obat yang berlebihan.
Hampir semua obat sakit kepala, termasuk dan penghilang migrain
seperti acetaminophen dan triptans, bisa membuat sakit kepala
parah bila terlalu sering dipakai untuk jangka waktu lama.
Menggunakan terlalu banyak obat dapat menyebabkan kondisi yang
disebut rebound sakit kepala
• Stres.
Stress adalah pemicu yang paling umum untuk sakit kepala,
termasuk sakit kepala kronis. Selain itu, itu terkait dengan
kecemasan dan depresi, yang juga faktor risiko untuk berkembang
menjadi sakit kepala kronis.
• Masalah tidur
Kesulitan tidur merupakan faktor risiko umum untuk sakit kepala
kronis. Mendengkur, yang dapat mengganggu pernapasan di malam
hari dan mencegah tidur nyenyak, juga merupakan faktor risiko.
• Obesitas.
Dokter tidak yakin persis mengapa, menjaga berat badan
yang sehat tampaknya dapat dihubungkan dengan
penurunan risiko untuk sakit kepala kronis.
• Kafein.
Sementara kafein telah ditunjukkan untuk meningkatkan
efektivitas ketika ditambahkan ke beberapa obat sakit
kepala, terlalu banyak kafein dapat memiliki efek yang
berlawanan. Sama seperti obat sakit kepala berlebihan
dapat memperburuk gejala sakit kepala, kafein yang
berlebihan dapat menciptakan efek rebound.
• Penyakit atau infeksi,
Seperti meningitis, saraf terjepit di leher, atau bahkan
tumor.
KLASIFIKASI
Tabel 2.1. Jenis-jenis Nyeri Kepala
Nyeri Kepala Sifat Nyeri Lokasi Lama Nyeri Frekuensi Gejala Ikutan

Unilateral atau Sporadik


Migren umum Berdenyut Bilateral 6-48 jam Beberapa kali sebulan Mual, muntah, malaise, fotobia

Sporadik Prodroma visual, mual,


Migren klasik Berdenyut Unilateral 3-12 jam Beberapa kali sebulan muntah, malaise, fotobia

Lakrimasi ipsilateral, wajah


Menjemu-kan, Serangan berkelompok merah, hidung tersumbat,
Klaster tajam Unilateral, orbita 15-20 menit dengan remisi lama horner

Tipe tegang Tumpul, ditekan Difus, Bilateral Terus menerus Konstan Depresi, ansietas
Neuralgia Singkat, 15-60
trigeminus Ditusuk-tusuk Dermaton saraf V detik Beberapa kali sehari Zona pemicu nyeri

Unilateral atau Depresi, kadang-kadang


Atipikal Tumpul Bilateral Terus menerus Konstan psikosis

Sinus Tumpul/ tajam Di atas sinus Bervariasi Sporadik atau konstan Rinore

Papiledema, defisit neurologik


Unilateral (awal), Bervariasi, Bervariasi, semakin fokal, gangguan mental atau
Lesi desak ruang bervariasi Bilateral (lanjut) progresif sering perilaku, kejang, dll
PATOFISIOLOGI
• nyeri kepala atau cephalgia struktur diwajah yang peka terhadap rasa nyeri
adalah kulit, fasia, otot-otot, arteri ekstra serebral dan intra serebral,
meningen, dasar fosa anterior, fosa posterior, tentorium serebri, sinus
venosus, nervus V, VII, IX, X, radiks posterior C2, C3, bola mata, rongga
hidung, rongga sinus, dentin dan pulpa gigi. Sedangkan otak tidak sensitif
terhadap nyeri.
• Pada struktur yang disebutkan sebelumnya terdapat ujung saraf nyeri yang
mudah dirangsang atau etiologinya oleh :
1. Traksi atau pergeseran sinus venosus dan cabang-cabang kortikal.
2. Traksi, dilatasi atau inflamasi pada arteri intrakranial dan ekstrakranial.
3. Traksi, pergeseran atau penyakit yang mengenai saraf kranial dan
servikal.
4. Perubahan tekanan intrakranial.
5. Penyakit jaringan kulit kepala, wajah, mata, hidung, telinga dan leher.
MANIFESTASI KLINIS
• Awitan dan lama serangan
• Bentuk serangan; paroksismal periodik atau terus menerus
• Lokalisasi nyeri
• Sifat nyeri; berdenyut-denyut, rasa berat, menusuk-nusuk, dll
• Prodromal
• Gejala penyerta
• Faktor presipitasi
• Faktor yang mengurangi atau memberatkan nyeri kepala
• Pola tidur
• Faktor emosional/stres
• Riwayat keluarga
• Riwayat trauma kepala
• 13.Riwayat penyakit medik; peradangan selaput otak,
hipertensi, demam tifoid, sinusitis, glaukoma, dsb.
• Riwayat operasi
• Riwayat alergi
• Pola haid bagi wanita
• Riwayat pemakaian obat; analgetik, narkotik,
penenang, vasodilator
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Foto Rontgen terhadap tengkorak
• Pemeriksaan kadar Lemak darah ( kolesterol, Trigliuseride
HDL dan LDL)
• Kadar Hemoglobin darah ( Hb ) dll pemeriksaan
• Lebih lanjut menurut Arif Mansjoer, dkk, (2000)
pemeriksaan khusus pada cephalgia meliputi palpasi pada
tengkorak untuk mencari kelainan bentuk, nyeri tekan dan
benjolan. Palpasi pada otot untuk mengetahui tonusdan nyeri
tekan daerah tengkuk. Perabaan arteri temporalis
superfisialis dan arteri karotis komunis. Pemeriksaan leher,
mata, hidung, tenggorok, telingan, mulut dan gigi geligi perlu
dilakukan. Pemeriksaan neurologis lengkap, ditekankan pada
fungsi saraf otak termasuk funduskopi, fungsi motorik,
sensorik serta koordinasi.
Beberapa nyeri kepala menunjukkan tanda bahaya dan
memerlukan evaluasi penunjang adalah:
• Nyeri kepala hebat pertama kali yang timbul
mendadak
• Nyeri kepala yang paling berat yang pernah dialami
• Nyeri kepala yang berat progresif selama beberapa
hari atau minggu
• Nyeri kepala yang timbul bila latihan fisik, batuk,
bersin, membungkuk atau nafsu seksual meningkat
• Nyeri kepala yang disertai penyakit umum atau
demam, mualo, muntah atau kaku kuduk
• Nyeri kepala yang disertai gejala neurologis seperti
afasia, koordinasi buruk, kelemahan fokal atau rasa
baal, mengantuk, fungsi intelek menurun, perubahan
kepribadian dan penurunan visus.
Pemeriksaan penunjang tersebut
antara lain:
• CT-Scan atau resonansi magnetik (MRI) otak hanya
dilakukan pada nyeri kepala yang menunjukkan
kemungkinan penyakit intrakranial, seperti tumor,
perdarahan subaraknoid, AVM, dll.
• Elektroensefalogram dilakukan bila ada riwayat
kejang, kesadaran menurun, trauma kepala atau
presinkop.
• Foto sinus paranasal untuk melihat adanya sinusitis
dan foto servikal untuk menetukan adanya
spondiloartrosis dan fraktur servikal.
• Chepalgia Primer
• Chepalgia Sekunder
Neoplasma (primer/ sekunder)
Infeksi (akut/ kronis)
Virus, bakteri, jamur
• Vaskuler

Definisi

• Osteoarthritis (OA, dikenal juga


sebagai arthritis degeneratif, penyakit
degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi
degeneratif yang mengenai sendi-sendi
penumpu berat badan dengan gambaran
patologis yang berupa kerusakan kartilago sendi,
dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi
yang kompleks, terdiri dari proses perbaikan
pada kartilago, tulang dan sinovium diikuti
komponen sekunder proses inflamasi
patofisiologi
• 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang memungkinkan terjadinya gesekan.
Untuk melindungi tulang dari gesekan, di dalam tubuh ada tulang rawan.
• Namun karena berbagai faktor risiko yang ada, maka terjadi erosi pada tulang
rawan dan berkurangnya cairan pada sendi ( Tulang rawan sendiri berfungsi untuk
meredam getar antar tulang. Tulang rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang
berfungsi untuk menguatkan sendi, proteoglikan yang membuat jaringan tersebut
elastis dan air (70% bagian) yang menjadi bantalan, pelumas dan pemberi nutrisi).
• Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal mensintesis matriks yang
berkualitas dan memelihara keseimbangan antara degradasi dan sintesis
matriks ekstraseluler, termasuk produksi kolagen tipe I, III, VI dan X yang
berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek. Hal tersebut
menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat
kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan, sehingga tulang
rawan sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik.
• Selain kondrosit, sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA, terutama setelah terjadi
sinovitis, yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak nyaman. Sinoviosit yang mengalami
peradangan akan menghasilkan Matrix Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang
akan dilepaskan ke dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan
kondrosit. Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan, dimana osteoblas akan
terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik.
• Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di dalam matriks rawan sendi yang
disebut agrekan. Ada dua tipe agrekanase yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-
11). MMPs diproduksi oleh kondrosit, kemudian diaktifkan melalui kaskade yang melibatkan proteinase
serin (aktivator .plasminogen, plamsinogen, plasmin), radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran.
• Kaskade enzimatik ini dikontrol oleh berbagai inhibitor, termasuk TIMPs dan inhibitor
aktifator plasminogen.
• Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan proteoglikan adalah katepsin, yang
bekerja pada pH rendah, termasuk proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein
(katepsin B, H, K, L dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit. Hialuronidase tidak
terdapat di dalam rawan sendi, tetapi glikosidase lain turut berperan merusak proteoglikan.
• Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam menghasilkan enzim perusak
rawan sendi. Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan melekat pada reseptor di permukaan kondrosit
dan sinoviosit dan menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut
meningkat. (Sitokin yang terpenting adalah IL-1, selain sebagai sitokin pengatur (IL-6, IL-8,
LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4, IL-10, IL-13 dan IFN-γ). Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira
dapat menghambat sekresi berbagai MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs. Selain itu, IL-4
dan IL-13 juga dapat melawan efek metabolik IL-1. IL-1 juga berperan menurunkan sintesis
kolagen tipe II dan IX dan
meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III, sehingga menghasilkan matriks rawan sendi
yang berkualitas buruk
Klasifikasi Osteoartritis
OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder, seperti yang tercantum di bawah ini
IDIOPATIK SEKUNDER

Setempat Trauma
Tangan − akut
- nodus Heberden dan Bouchard (nodal) − kronik (okupasional, port)
- artritis erosif interfalang Kongenital atau developmental:
- karpal-metakarpal I Gangguan setempat:
Kaki: − Penyakit Leg-Calve-Perthes
- haluks valgus − Dislokasi koksa kongenital
- haluks rigidus − Slipped epiphysis
- jari kontraktur (hammer/cock-up toes) Faktor mekanik
- talonavikulare − Panjang tungkai tidak sama
Coxae − Deformitas valgus / varus
- eksentrik (superior) − Sindroma hipermobilitas
- konsentrik (aksial, medial) Metabolik
- difus (koksa senilis) − Okronosis (alkaptonuria)
Vertebra − Hemokromatosis
- sendi apofiseal − Penyakit Wilson
- sendi intervertebral − Penyakit Gaucher
- spondilosis (osteofit) Endokrin
- ligamentum (hiperostosis, − Akromegali
penyakit Forestier, diffuse idiopathic − Hiperparatiroidisme
skeletal hyperostosis=DISH) − Diabetes melitus
Tempat lainnya: − Obesitas
- glenohumeral − Hipotiroidisme
- akromioklavikular Penyakit Deposit Kalsium
- tibiotalar − Deposit kalsium pirofosfat dihidrat
- sakroiliaka − Artropati hidroksiapatit
- temporomandibular Penyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempat:
Menyeluruh: − Fraktur
Meliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore) −Nekrosis avaskular
Manifestasi Klinis
 Nyeri sendi
• Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban, yang
akan berkurang bila penderita beristirahat.
 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)
• Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah
imobilisasi yang cukup lama (gel phenomenon), bahkan
sering disebutkan kaku muncul pada pagi hari setelah bangun
tidur (morning stiffness).
 Hambatan pergerakan sendi
• Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat,
bertambah berat secara perlahan sejalan dengan
bertambahnya nyeri pada sendi.
 Krepitasi
• Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar yang terjadi
pada sendi yang sakit
 Perubahan bentuk sendi
• Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya
mengalami perubahan berupa perubahan
bentuk dan penyempitan pada celah sendi.
 Perubahan gaya berjalan
• Hal yang paling meresahkan pasien adalah
perubahan gaya berjalan, hampir semua pasien
osteoarthritis pada pergelangan kaki, lutut dan
panggul mengalami perubahan gaya berjalan
(pincang).
 Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)
 Secara garis besar, terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu faktor predisposisi
dan faktor biomekanisFaktor Predisposisi
▫ Faktor Demografi
▫ Umur
• Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan
adalah yang terkuat. Proses penuaan dianggap sebagai penyebab
peningkatan kelemahan di sekitar sendi, penurunan kelenturan sendi,
kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan fungsi kondrosit, yang semuanya
mendukung terjadinya OA. Studi Framingham menunjukkan bahwa 27%
orang berusia 63 – 70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut,
yang meningkat mencapai 40% pada usia 80 tahun atau lebih.7
▫ Jenis kelamin
• Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi
dibandingkan perempuan, tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun prevalensi
perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan laki-laki. Hal ini
dikaitkan dengan pengurangan hormon estrogen yang signifikan pada
wanita.8
▫ Ras / Etnis
• Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan Amerika tidak
berbeda, sedangkan suatu penelitian membuktikan bahwa ras Afrika –
Amerika memiliki risiko menderita OA lutut 2 kali lebih besar
dibandingkan ras Kaukasia. Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita
OA lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia.10,11 Suatu studi lain
menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak terserang OA
dibandingkan kulit putih.9
Faktor Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis. Adanya mutasi dalam gen
prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk unsur-unsur tulang rawan sendi
seperti kolagen, proteoglikan berperan dalam timbulnya kecenderungan familial
pada osteoartritis.10
Faktor Gaya Hidup
Kebiasaan Merokok
Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel tulang rawan sendi.
Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang mempengaruhi hilangnya tulang
rawan.
Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida dalam darah,
menyebabkan jaringan kekurangan oksigen dan dapat menghambat pembentukan
tulang rawan.12
Konsumsi Vitamin D
Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin D
memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat menderita OA lutut.13
Faktor Metabolik
Obesitas
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan mekanik pada sendi
penahan beban tubuh, dan lebih sering menyebabkan osteoartritis lutut.7
Osteoporosis
Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori bahwa gerakan mekanis
yang abnormal tulang akan mempercepat kerusakan tulang rawan sendi.10
▫ Penyakit Lain
OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus, hipertensi dan hiperurikemi, dengan catatan
pasien tidak mengalami obesitas.10
Histerktomi
Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon estrogen setelah dilakukan
pengangkatan rahim. 10
Manisektomi
Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut dan telah diidentifikasi sebagai faktor
risiko penting bagi OA lutut. Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus.14

 Faktor Biomekanis
1. Riwayat Trauma Lutut
Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum krusiatum dan meniskus merupakan faktor
risiko timbulnya OA lutut.9
2. Kelainan Anatomis
Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada sendi lutut seperti genu varum, genu
valgus, Legg – Calve –Perthes disease dan displasia asetabulum.10
3. Pekerjaan
Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat, terutama yang banyak menggunakan kekuatan
yang bertumpu pada lutut (petani, kuli, dll).9
4. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap hari), berjalan jarak jauh (2 jam atau
lebih setiap hari), mengangkat barang berat (10 kg – 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap minggu),
mendorong objek yang berat (10 kg – 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap minggu), naik turun
tangga setiap hari merupakan faktor risiko OA lutut. 9
5. Kebiasaan Olahraga
Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak bola, lari maraton dan kung fu
memiliki risiko meningkat untuk menderita OA lutut.10
Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)
Derajat osteoartritis lutut dinilai
menjadi lima derajat oleh Kellgren
dan Lawrence, yaitu :17
• Derajat 0 : tidak ada gambaran osteoartritis.
• Derajat 1 : osteoartritis meragukan dengan gambaran
sendi normal, tetapi
• terdapat osteofit minimal.
• Derajat 2 : osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2
tempat, tidak terdapat sklerosis dan kista subkondral,
serta celah sendi baik.
• Derajat 3 : osteoartritis moderat dengan osteofit
moderat, deformitas ujung tulang, dan celah sendi
sempit.
• Derajat 4 : osteoartritis berat dengan osteofit besar,
deformitas ujung tulang, celah sendi hilang, serta
adanyasklerosis dan kista subkondral.
• Terima kasih

Das könnte Ihnen auch gefallen