Sie sind auf Seite 1von 41

REFERAT

Dermatofitosis
Pembimbing : dr. Sri Ekawati, Sp.KK
Oleh : Devin Valerian Jaya (406162060)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA


KEPANITERAAN KULIT DAN KELAMIN
Periode 9 Juli – 11 Agustus 2018
Definisi
• Penyakit jamur superfisial pada jaringan yang mengandung zat tanduk
(stratum korneum epidermis, rambut, dan kuku) yang disebabkan
golongan jamur dermatofita.

• Sifat keratofilik

• Genus :
• Microsporum
• Trichophyton
• Epidermophyton
Faktor Predisposisi
• Atopik : defisiensi cell mediated immune
• Imunosupresi topical
• Imunokompromais sistemik
Patogenesis
• Dermatofit mensintesis keratinase yang dapat mencerna keratin
sehingga jamur dapat bertahan di struktur keratin dan
menggunakannya sebagai sumber nutrisi.

• Tahapan infeksi dermatofit :


1. Adherens
2. Penetrasi
3. Perkembangan respon host
Adherens
• Jamur dapat menempel pada jaringan berkeratin karena membentuk
arthrokonidia

• Faktor yang mempengaruhi :


• Sinar ultraviolet
• Temperatur
• Kelembaban
• Flora normal
• Zat sphingosine
• Asam lemak
Penetrasi
• Untuk dapat tumbuh dan berkembang, spora harus berpenetrasi ke
stratum korneum lebih cepat dibandingkan deskuamasi

• Cara : sekresi proteinase, lipase, dan enzim musinolitik.

• Faktor yang mempengaruhi :


• Trauma
• Maserasi
Perkembangan Respon Host
• Derajat inflamasi dipengaruhi status imunitas host

• Infeksi primer : inflamasi ringan

• Infeksi jamur menimbulkan eritema ringan dan skuama, sebagai hasil


peningkatan turnover keratinosit.
Klasifikasi
• Tinea kapitis  kulit dan rambut kepala

• Tinea barbe  dagu dan jenggot

• Tinea kruris  genitokrural, sekitar anus, bokong, kadang-kadang sampai perut bagian
bawah

• Tinea pedis et manum  kaki dan tangan

• Tinea unguium  kuku jari kaki dan tangan

• Tinea korporis  pada kulit glabarosa pada bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5
tinea di atas
1. Tinea Kapitis
• Definisi : kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh
dermatofita

• Tanda : lesi bersisik, kemerahan, alopesia, dan kadang terjadi


gambaran klinis berat (kerion)

• Epidemiologi : banyak pada anak 3-14 thn

• Etiologi : Trichophyton, sp dan Microsporum, sp


Gray Patch / Non-inflammatory
• Lesi diawali papul eritem kecil di sekitar rambut  melebar  membentuk plakat 
menjadi pucat dan bersisik

• Etiologi : genus Microsporum

• Tanda :
• Warna rambut menjadi abu” dan tak mengkilap
• Rambut mudah patah

• Gejala : gatal

• Lampu wood : fluoresensi hijau kekuningan yang dapat melampaui batas gray patch.
Kerion
• Reaksi peradangan berat berupa pembengkakan yang menyerupai
sarang lebah dengan sebukan sel radang yang padat di sekitarnya.

• Paling sering pada infeksi M.canis dan M.gypseum.

• Lesi gatal dan dapat disertai nyeri limfadenopati servikal posterior dan
demam.

• Dapat menimbulkan jaringan parut  alopesia menetap


Black Dot
• Terutama disebabkan T. tonsurans dan T. violaceum.

• Rambut yang terinfeksi patah tepat pada muara folikel


Favosa / Favus
• Definisi : infeksi dermatofit kronik yang dikarakteristikan dengan
krusta berbentuk cawan (scutula) berwarna merah kuning.

• Bila krusta diangkat tampak dasar yang cekung dan basah.

• Biasanya pada penderita tericum bau tikus (mousy odor).

• Etiologi : T.schoenleini, T.violaceum, M.gypseum.


Diagnosa Banding Tinea Kapitis
• Dermatitis seboroik
• Psoriasis
• Alopesia areata
• Discoid lupus eritromatosus
• Trikotilomania
• Folikulitis
2. Tinea Fascialis
• Gambaran
• Makula – plak, tepi meninggi, central healing.
• Sisik minimal.
• Warna merah muda – merah; kulit hitam tjd
hiperpigmentasi.
3. Tinea Korporis
• Definisi : dermatofitosis pada bagian tubuh tak berambut (glabrous
skin)

• Manifestasi :
• Gatal jika berkeringat
• Lesi polisiklik, batas tegas, eritema, skuama, kadang dgn vesikel/papul di tepi.
• Daerah tengah biasa lebih terang (central healing), tepi aktif
• Berat ringannya gejala dipengaruhi tingkat hygine, umur, dan respons host
3.a. Tinea Imbrikata
• Bentuk khas tinea korporis yang disebabkan T. concentricum

• Lesi dimulai dengan bentuk papul coklat yang perlahan melebar.

• Stratum korneum pada bagian tengah terlepas dari dasarnya. Setelah


beberapa waktu proses ini berulang lagi, sehingga membentuk
lingkaran skuama yang konsentris
Diagnosa Banding Tinea Korporis
• Dermatitis kontak
• Dermatitis numularis
• Dermatitis seboroik
• Pitriasis rosea
• Psoriasis
4. Tinea Kruris
• Definisi : dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan
sekitar anus.

• Etiologi : yg sering E. floccosum, T. rubrum, T. mentagrophyte


Diagnosa Banding Tinea Kruris
• Eritrasma
• Kandidiasis
• Psoriasis
5. Tinea Pedis
• Definisi : dermatofitosis pada kaki, terutama sela jari dan telapak kaki.

• Klasifikasi
• Tipe Interdigital / Athlete’s Foot
• Tipe Hiperkeratotik Kronik / Moccasin Foot
• Tipe Vesikobulosa
• Tipe Ulseratif Akut

• Banyak ditemukan pada orang dengan kehidupan sehari-hari banyak


bersepatu tertutup disertai perawatan kaki yang buruk / para pekerja
dengan kaki yang sering basah
5.a. Tipe Interdigital /
Athlete’s Foot
• Paling sering

• Pada sela jari terlihat fissure yang dikelilingi


sisik halus dan tipis

• Dibagi 2 :
• Kering bersisik
• Maserasi, bersisik, fisura
5.b. Tipe Hiperkeratotik Kronik / Moccasin
Foot
• Pada seluruh kaki, mulai dari telapak,
tepi, punggung terlihat kulit yang
menebal dan bersisik.

• Eritema biasanya ringan dan terutama


pada tepi lesi.
5.c. Tipe Vesikobulosa dan Ulseratif Akut
• Pada stadium subakut

• Isi vesikel berupa cairan jernih kental, jika


pecah  meninggalkan sisik berbentuk
lingkaran (koleret)

• Jika terjadi ko-infeksi dengan bakteri gram (-)


menyebabkan gambaran vesikopustul dengan
ulserasi yang purulent
6. Tinea Manum
• Definisi : dermatofitosis pada tangan

• Bentuk klinis : hyperkeratosis dan penebalan lipatan

• Keluhan : gatal

• Umumnya unilateral.

• Bentuk :
• Dishidrotik / Eksematoid
• Hiperkeratotik
• Dishidrotik
• Bentuk akut berupa vesikel pada tangan sisi lateral dan palmar ibu jari.

• Hiperkeratotik
• Berlangsung kronik, tak pernah sembuh spontan.
• Bentuk subakut / kronik akibat vesikel yang berdeskuamasi.
• Gambaran : makula eritem ditutupi skuama tebal berwarna putih.
7. Tinea Unguium
• Definisi : kelainan kuku yang disebabkan jamur
dermatofita.

1. Bentuk Subungual Distalis


• Proses dimulai dari tepi distal / distolateral kuku 
menjalar ke proksimal dan dibawah kuku terbentuk
sisa kuku yang rapuh  menyerupai kapur
2. Leukonikia Trikofita / Leukonikia Mikotika
• Kelainan berupa leukonikia (keputihan) di
permukaan kuku yang dapat dikerok.
• T. mentagrophyte.

3. Bentuk Subungual Proksimalis


• Proses dimulai dari proksimal kuku  proksimal
rusak – distal utuh

• Biasanya penderita tinea unguium memiliki


dermatofitosis di tempat lain.

• Kuku kaki lebih sering


8. Tinea Inkognito
• Definisi : dermatofitosis dengan bentuk klinis
tidak khas oleh karena telah diobati dengan
steroid topikal kuat.

• Tatalaksana : menghentikan pemberian steroid


dan diganti dengan agen antifungal topical.
Pemeriksaan Penunjang
1. Sediaan basah
2. Biakan

• Sebelum bahan klinis (kerokan kulit, rambut, kuku) diambil, terlebih dahulu dibersihkan dengan
spiritus 70%

• Kulit tidak berambut (glabrous skin)


• Kerok tepi lesi yang aktif
• KOH 20%

• Kulit berambut
• Lampu wood
• Rambut dicabut pada bagian lesi kulit
• Kulit dikerok
• KOH 10%
• Kuku
• Seluruh tebal kuku
• Dibawah kuku
• KOH 20%

• Sediaan basah : bahan + lar. KOH  tunggu 15-20 mnt

• Dapat ditambahkan zat warna misalnya tinta Parker superchrom blue


black
• Pada sediaan kulit dan kuku yang
terlihat adalah hifa maupun spora
berderet (artrospora)

• Pada sediaan rambut yang terlihat


adalah mikro atau makrospora. Spora
dapat tersusun diluar rambut
(eksotriks) atau di dalam rambut
(endotriks)
• Biakan
• Untuk menentukan spesies jamur.
• Medium : agar saboraud dextrose.
• Pada medium dapat ditambahkan kloramfenikol dan atau kloheksimid utk
menghindari kontaminasi.
Tata Laksana

Das könnte Ihnen auch gefallen