Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Pembimbing :
dr. Hermin Prihartini, Sp. An-KIC
NIP. 1960101019880320006
Disusun Oleh:
Safrilia Gandhi Maharani 1710221079
Keluhan Tambahan :-
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke IGD RSMS rujukan dari RSI tasik
pada tanggal 6 Mei 2018 dengan keluhan penurunan kesadaran post KLL 20 jam
SMRS. Berdasarkan alloanamnesis dengan keluarga pasien, pasien sadar saat
kejadian. Kronologis kejadian saat itu pasien mengendarai sepeda motor tanpa helm
bersama ibu pasien, kemudian tertabrak sepeda motor lain dari arah berlawanan
saat hendak menyebrang jalan. Pasien kemudian terbanting dan kepala pasien
membentur jalan. Pasien mengeluh tangan kanan nyeri dan kepala kiri pasien
berdarah kemudian pasien di rujuk ke puskesmas untuk dijahit lukanya. Pasien tiba
tiba muntah berisi makanan dua kali kemudian kesadarannya turun. Pasien lalu di
rujuk ke RSI tasik kemudian di rujuk ke RSMS keesokan harinya. Pasien tidak
mengalami kejang dan nyeri leher.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi : disangkal Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Diabetes Melitus : disangkal Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
Riwayat Riwayat Penyakit Paru : disangkal Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Alergi obat atau makanan : Riwayat Riwayat Penyakit Paru : disangkal
disangkal Riwayat Alergi obat atau makanan : disangkal
Riwayat Asma : disangkal Riwayat Asma : disangkal
Riwayat Operasi : disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan Umum : Lemah • Thoraks
• Kesadaran/GCS : Soporcoma, E1V1M4 • Jantung
• TB/ BB : 140 cm / 45 kg (BMI 22,9) Inspeksi : Ictus Cordis tak terlihat
• Tanda Vital : Palpasi : Ictus Cordis teraba
• Tekanan Darah : 142/90 mmHg Perkusi : redup
• Nadi : 90 kali/menit Auskultasi : Suara I > Suara II, Murmur (-), Gallop (-)
• Laju Pernafasan : 20 kali/menit • Paru
• Suhu : 37.4ºC Inspeksi : Simetris, jejas (-/-)
Palpasi : VF simetris, krepitasi (-/-), gerak nafas simetris
• Kepala : hematom temporoparietal dextra, vulnus laceratum Perkusi : Sonor
temporoparietal sinistra Auskultasi : Suara dasar Vesikuler (+/+), Ronki (-/-),
• Mata : Sklera Ikterik (-/-), Conjungtiva Anemis (+/+), Wheezing) (-/-)
• Pupil anisokor 4mm/2mm isokor, Reflek Cahaya (-/-), hematoma • Abdomen
OD Inspeksi : datar, jejas (-)
• Telinga : Bloody Otorhea (-/-), discharge (-/-) Auskultasi : Bising Usus (+)
• Hidung : Bloody rhinorhea (-/-), discharge (-/-), NGT (+) Perkusi : Timpani
• Mulut : Sianosis (-/-), Mayo (-) Palpasi : supel, distensi (-)
• Leher : deviasi trakea (-), neck collar (-) • Ekstremitas
• Akral Hangat : (+/+/+/+), Edema (-/-/-/-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS
Cedera Otak Berat (COB) ec Epidural Hematoma (EDH), fraktur impresi
temporal dextra, Intra Cerebral Hemorrhage (ICH) frontal dextra, multiple
ICH, edema serebri.
• Assesment : ASA II E
• Rencana Operasi : Kraniotomi Cito
• Rencana Anestesi : General Anestesi
DURANTE OPERASI
Tanggal operasi : 6 Mei 2018
Jam mulai anestesi : 15.00 WIB
Jam selesai anestesi : 17.00 WIB
Kondisi prainduksi
Kesadaran : Sopor Coma
GCS : E1V1M5
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 106 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 37.4oC
TEKNIK ANESTESI
• General anestesi
• Premedikasi :-
• Preemptive analgesia : Fentanil 100 µg
• Induksi : IV Propofol 100 mg
• Relaksan : Rocuronium 50 mg
• Maintenance : Inhalasi Sevoflurane
• Airway : FM no 4
• Intubasi : ET Kinking No. 7
• Breathing System : Semi-Closed
• Posisi : Supine
MONITORING DURANTE OPERASI
Cedera kepala adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara
langsung atau tidak langsung yang kemudian dapat berakibat pada gangguan
fungsi neurologis, fungsi fisik, kognitif, psikososial, yang dapat bersifat
temporer ataupun permanent.
Anatomi
Fisiologi
Mekanisme
Cedera kepala
Cedera kepala berat
GCS 3 – 8.
Fraktur cranium
Lesi intrakranial
• Epidural hematoma
• Subdural hematoma
• Kontusi dan hematoma intraserebral
• Cedera difus
Pemeriksaan penunjang
MRI
CT-SCAN
laboratorium
III. PEMBAHASAN
• Cedera kepala berat didefinisikan sebagai cedera kepala dengan GCS 3
sampai 8.2 Manajemen cedera kepala saat ini difokuskan pada koreksi cedera
primer dan menghindari cedera sekunder. Elemen utama manajemen cedera
kepala adalah resusitasi dini, stabilisasi hemodinamik, dan pembedahan
darurat untuk evakuasi perdarahan, kontrol TIK, dan optimalisasi fisiologi
otak. 13
PEMANTAUAN PRE OPERASI
• Kondisi awal pasien
Refleks pupil
Intubasi pelumpuh otot non depolarisasi diberikan dan ventilasi mekanik PaCO2 sebesar 35 mm. Hiperventilasi
agresif (PaCO2 <30 mmHg) sebaiknya dihindarkan kecuali herniasi transtentorial dicurigai.
• Stabilisasi kardiovaskular
• Penanganan peningkatan TIK : Hiperventilasi, Terapi diuretik Manitol, 0,25-1 g/kgBB secara intravena diberikan
dalam 10 menit, Posisi elevasi 10-30o , kotrikosteroid
PEMANTAUAN DURANTE OPERASI
Anestesi general di rekomendasikan untuk memfasilitasi kontrol fungsi respirasi dan sirkulasi. Pada
kasus ini pasien diberikan fentanyl sebagai analgetik, propofol sebagai induksi intravena, sevofluren
sebagai agen inhalasi, dan recuronium sebagai muscle relaxant
• Propofol dapat mengurangi CBF, volume darah otak CBV, dan tekanan intrakranial ICP. Selain itu, depresi metabolik juga dapat mengurangi CBF,
CBV, dan ICP.
propofol
• Sevoflurane memiliki efek peningkatan ICP muncul dengan kenaikan tekanan darah lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan halotan
• Efek yang tidak menguntungkan pada sevoflurane yaitu metabolitnya yang bersifat racun pada konsenterasi yang tinggi
Sevofluren
• Muscle relaxan. efeknya yang cepat dan sedikit efek pada intracranial
Roculax
POST OPERATIF
• Posisi pasien headup 30 derajat dengan posisi netral yaitu tidak miring ke kiri atau ke kanan, tidak
hiperekstensi atau hiperfleksi.
• Bila perlu diventilasi, pertahankan normokapni. Harus dihindari PaCO2 < 35 mmHg selama 24 jam
pertama setelah cedera kepala.
• Kendalikan tekanan darah dalam batas autoregulasi. Sistolik tidak boleh kurang dari 90 mmHg.
Pasca cedera kepala terapi bila tekanan arteri rerata > 130 mmHg.
• Infus dengan NaCl 0.9%, batasi pemberian RL, bias diberikan koloid. Hematokrit pertahankan 33%.
• Bila Hb < 10 gr% beri darah. Biasanya pada pasien sehat (bukan kelainan serebral) transfuse diberikan
bila Hb < 8 gr%.
• Untuk mengendalikan kejang bias diberikan phenytoin 10-15 mg/kg bb dengan kecepatan 50
mg/menit. Bila sedang memberikan phenytoin terjadi kejang berikan diazepam 5-10 mg intravena (0,3
mg/kg bb) perlahan –lahan selama 1-2 menit. 13
KESIMPULAN
Pada kasus ini, Nn. I berusia 17 tahun 58 tahun dengan penurunan kesadaran karena COB. Banyaknya perdarahan
yang terjadi menyebabkan desakan otak sehingga menyebabkan penurunan kesadaran. Kemudian dilakukan tindakan
kraniotomi cito pada pasien untuk mengevakuasi perdarahan. Teknik anestesi yang digunakan pada kasus ini
merupakan general anestesi. Hal utama yang perlu diperhatikan dalam melakukan persiapan operasi pada kasus ini
adalah status neurologis pasien seperti GCS dan refleks pupil. Kemudian bebaskan jalan napas dan stabilisasi
hemodinamik. Selain itu beberapa obat-obatan anestesi dapat mempengaruhi hemodinamik dan TIK, untuk itu
monitoring hemodinamik pasien tiap 5 menit diperlukan. Setelah operasi pasien kemudian dibawa ke ICU untuk