Sie sind auf Seite 1von 36

ASURANSI SYARIAH

(TAKAFUL)

“Rahmat Allah tercurah atas siapa-


siapa yang ‘mudah’ dalam membeli,
‘mudah’ dalam menjual, ‘mudah’ dalam
membayar dan ‘mudah’ dalam
menagih”
 Menurut Dr. H. Hamzah Ya’cub dalam
buku Kode Etik Dagang Menurut Islam,
menyebut bahawa asuransi berasal dan
dari kata dalam bahasa Inggris insurance
atau assurance yang berarti jaminan
 Dalam pasal 246 Kitab Undang – undang
Hukum Dagang (KUHD) dijelaskan
bahwa asuransi adalah :
 “ Suatu perjanjian dengan mana seorang
penanggung mengikatkan diri kepada
seorang tertanggung dengan suatu
premi untuk memberikan penggantian
kepadanya karena suatu kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan
yang diharapkan, yang mungkin akan
dideritanya kerena suatu peristiwa yang
tak tertentu”
 Menurut pasal 1 undang-undang no. 2 tahun 1992
“Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana
pihak penanggung mengikat diri kepada tertanggung,
dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum pada pihak
ketiga yang mungkin ada diderita tertanggung, yang
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas
meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan”.
 Didalam al-Qur’an dan al-Hadis tidak ada
satupun ketentuan ketentuan yang
mengatur secara eksplisit tentang
asuransi
 Masalah asuransi dalam islam termasuk
“ijtihadiah” artinya untuk menentukan
hukumnya asuransi ini halal atau haram
masih diperlukan peranan akal pikiran
para ulama ahli fiqh melalui ijtihad.
 Tidak dibenarkan perjanjian asuransi
konvensional :
 Maisyr dari kata yusr artinya mudah. Karena
orang memperoleh uang tanpa susah payah,
atau berasal dari kata yasar yang berarti kaya,
karena perjudian diharapkan untung yang
bermakna mudah
 Syafi’i antonio mengatakan bahwa unsur
maisir/ judi artinya adanya salah satu pihak
yang untung namun pihak lain justru
mengalami kerugian.
 Gharar dalam pengertian bahasa adalah
suatu tindakan yang di dalamnya
diperkirakan tidak ada unsur kerelaan
 Secara konvensional kata Syafi’i kontrak
dalam asuransi jiwa dapat dikategorikan
sebagai aqd tabaduli atau akad
pertukaran, yaitu pertukaran
pembayaran premi dengan uang
pertanggungan.
 Secara syari’ah dalam akad pertukaran
harus jelas berapa yang harus diterima
 Keadaan ini akan menjadi rancu karena
kita tahu berapa yang akan diterima
(sejumlah uang pertanggungan), tetapi
tidak tahu berapa yang akan dibayarkan
(jumlah seluruh premi) karena hanya
Allah yang tahu kapan seseorang akan
meninggal.
 Merupakan investasi dengan jalan riba
Konsep Dasar Asuransi
Syariah
 Definisi asuransi syari'ah menurut Dewan
Syariah Nasional adalah usaha untuk saling
melindungi dan tolong menolong diantara
sejumlah orang melalui investasi dalam
bentuk aset dan atau tabarru' yang
memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi resiko/bahaya tertentu melalui
akad yang sesuai dengan syariah.
 Asuransi Syariah adalah sebuah sistem
dimana para partisipan/anggota/peserta
mendonasikan/menghibahkan sebagian
atau seluruh kontribusi yang akan
digunakan untuk membayar klaim, jika
terjadi musibah yang dialami oleh
sebagian partisipan/anggota/peserta
 Peranan perusahaan disini hanya
sebatas pengelolaan operasional
perusahaan asuransi serta investasi dari
dana-dana/kontribusi yang
diterima/dilimpahkan kepada
perusahaan.
 Pada dasarnya Islam mengakui bahwa
kecelakaan, kemalangan dan kematian
merupakan takdir Allah. Hal ini tidak
dapat ditolak
 manusia diperintahkan untuk membuat
perencanaan untuk menghadapi masa
depan
 Allah berfirman dalam surat Al Hasyr: 18
 “Hai orang-orang yang beriman
bertaqwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa
yang telah diperbuat untuk hari esok
(masa depan) dan bertaqwalah kamu
kepada Allah. Sesunguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang engkau kerjakan”.
 Dalam Al Qur’an surat Yusuf :43-49,
Allah menggambarkan contoh usaha
manusia membentuk sistem proteksi
menghadapi kemungkinan yang buruk di
masa depan.
 Dalam ayat ini kita dianjurkan untuk
berusaha menjaga kelangsungan
kehidupan dengan memproteksi
kemungkinan terjadinya kondisi yang
buruk.
 asuransi jiwa syariah menganut azas
tolong menolong dengan membagi risiko
diantara peserta asuransi jiwa (risk
sharing).
 Pengelolaan dana pada asuransi jiwa
syariah menganut investasi syariah dan
terbebas dari unsur ribawi.
Sejarah Asuransi Syariah

 Perjanjian asuransi yang bertujuan


berbagi risiko antara penderita musibah
dan perusahaan asuransi merupakan hal
baru yang belum pernah dikenal dalam
kehidupan Rasulullah SAW dan sahabat
 Abad kedua muncul gagasan asuransi
laut di Romawi
 Tahun 1680 di London muncul asuransi
kebakaran
 Abad XVIII muncul perusahaan asuransi
kebakaran di Perancis, Belgia dan
Amerika
 Pada abad XIX mulai dikenal asuransi
jiwa
 Di Indonesia berdiri perusahaan asuransi
laut dan kebakaran pertama kali tahun
1843.
 Asuransi Bumi Putera sebagai
perusahaan asuransi jiwa berdiri tahun
1912
 Cikal bakal asuransi syariah (takaful)
diawali dengan mulai beroperasinya
bank-bank syariah
 Tanggal 27 Juli 1993 ICMI, BMI dan
Asuransi Tugu Mandiri sepakat
memprakarsai pendirian asuransi
Takaful dengan penyusunan Tim
Pembentukan Asuransi Takaful
Indonesia (TEPATI)
 TEPATI kemudian merealiasikan
berdirinya PT Syarikat Takaful Indonesia
sebagai holding company dan dua anak
perusahaan yaitu PT Asuransi Takaful
Keluarga (Asuransi Jiwa) dan PT
Asuransi Takaful Umum (Asuransi
Takaful Kerugian)
Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah

 Sesama muslim saling bertanggung


jawab. Landasan Q.S Ali-Imran (3) ayat
103
 Sesama muslim saling bekerja sama
atau bantu membantu. Landasan Q.S At-
Taubah (9) ayat 71
 Sesama muslim saling melindungi
penderitaan satu sama lain. Q.S Adh-
Dhuha (93) ayat 9-10
Ketentuan Operasi Asuransi Syariah

 Akad
kejelasan akad dalam praktek
muammalah merupakan prinsip karena
akan menentukan sah atau tidaknya
secara syariah. Akad asuransi harus
jelas apakah jual beli (tadabuli) atau
tolong-menolong (takaful)
 Gharar
Apa-apa yang akibatnya tersembunyi
dalam pandangan kita dan akibat paling
kita takuti (Mazhab Syafi’i). Apabila tidak
lengkap rukun dari akad maka terjadi
gharar. Dalam asuransi syariah, akad
dengan niat tabarru’ yaitu suatu niat
tolong-menolong pada sesama peserta
apabila ada yang ditakdirkan mendapat
musibah
 Tabarru’
berasal dari kata tabarra yatabarru
tabarraun artinya sumbangan atau
derma. Orang yang menyumbang
disebut mutabarri (dermawan). Niat
tabarru’ merupakan alternatif uang yang
sah dan diperkenankan.
Tabarru’ disimpan dalam rekening
khusus. Apabila ada klaim yang
diberikan adalah rekening tabarru’.
 Maysir
Islam menghindari adanya
ketidakjelasan informasi dalam
melakukan transaksi. Maysir pada
hakekatnya muncul karena tidak
diketahuinya informasi oleh peserta
tentang berbagai hal yang berhubungan
dengan produk asuransi. Dalam
mekanisme asuransi syariah,
keterbukaan merupakan akselerasi dari
realisasi prinsip syariah.
 Riba
Keberadaan asuransi syariah yang
paling substansial disebabkan adanya
ketidakadilan dalam asuransi
konvensional,misalnya upaya untuk
melipatgandakan keuntungan dari
praktek yang dilakukan dengan cara
yang tidak adil. Takaful menyimpan dana
di bank berdasar syariah dengan sistem
mudharabah, di asuransi konvensional
dana diinvestasikan dengan bunga
Perbedaan Asuransi Syariah dan
Konvensional
 Keberadaan Dewan Pengawas Syariah
(DPS) dalam perusahaan asuransi
merupakan suatu keharusan untuk
mengawasi manajemen, produk serta
kebajikan investasi supaya senantiasa
sejalan dengan syariat Islam. Pada
asuransi konvensional tidak ad dewan
pengawas.
 Prinsip asuransi syariah adalah takafulli
(tolong menolong) sedangkan prinsip
asuransi konvensional tadabuli (jual beli
antara nasabah dan perusahaan)
 Dana yang terkumpul dari nasabah
perusahaan asuransi syariah (premi)
diinvestasikan berdasarkan syariah
dengan sistem bagi hasil (mudharabah).
Pada asuransi konvensional, investasi
pada sembarang sektor dengan sistem
bunga
 Premi yang terkumpul diperlakukan tetap
sebagai dana milik nasabah.
Perusahaan hanya memegang amanah
untuk mengelolanya, sedangkan akad
asuransi konvensional, premi menjadi
milik perusahaan dan perusahaan yang
memiliki otoritas penuh untuk
menetapkan kebijakan pengelolaan dana
tersebut
 Untuk kepentingan pembayaran klaim
nasabah, dana diambil dari rekening
tabarru’ seluruh peserta yang sudah
diikhlaskan untuk keperluan tolong
menolong bila ada peserta yang terkena
musibah, sedangkan di asuransi
konvensional, dana pembayaran klaim
diambil dari rekening milik perusahaan.
 Keuntungan investasi dibagi dua antara
nasabah selaku pemilik dana dengan
perusahaan selaku pengelola dengan
prinsip bagi hasil. Dalam asuransi
konvensional, keuntungan sepenuhnya
menjadi milik perusahaan. Jika tidak ada
klaim, nasabah tidak mendapatkan apa-
apa.
Kendala Pengembangan Asuransi
Syariah
 Rendahnya tingkat perhatian masyarakat
terhadap keberadaan asuransi syariah
yang relatif baru dibandingkan dengan
asuransi konvensional. Keadaan ini
kadangkala menurunkan motivasi
pengelola dan pegawai asuransi syariah
untuk tetap mempertahankan
idealismenya
 Asuransi bukanlah bank yang
berpeluang untuk bisa berhubungan
dengan masyarakat dalam hal
pendanaan atau pembiayaan, artinya
masyarakat memiliki sedikit peluang
untuk berhubungan dengan asuransi
syariah, berkenaan dengan rendahnya
kepentingan masyarakat terhadap
produk asuransi syariah
 Asuransi syariah, sebagaimana bank
dan lembaga keuangan syariah lain,
masih dalam proses mencari bentuk.
Perlu langkah sosialisasi baik untuk
mendapatkan perhatian masyarakat
maupun sebagai upaya mencari
masukan demi perbaikan sistem yang
ada
 Rendahnya profesionalisme SDM
menghambat laju pertumbuhan asuransi
syariah. Penyediaan sumber daya
manusia dapat dilakukan dengan
kerjasama dengan berbagai pihak
terutama lembaga pendidikan untuk
membuka atau memperkenalkan
pendidikan asuransi syariah
Strategi Pengembangan Asuransi
Syariah
 Perlu startegi pemasaran yang lebih
terfokus kepada upaya untuk memenuhi
pemahaman masyarakat tentang
asuransi syariah
 Sebagai lembaga keuangan yang
menggunakan sistem syariah, tentunya
aspek syiar Islam merupakan bagian dari
operasi.
 Dukungan berbagai pihak terutama
pemerintah,ulama, akademisi dan
masyarakat diperlukan untuk
memberikan masukan dalam
penyelenggaraan operasi asuransi
syariah. Hal ini sebagai kontrol bagi
sistem yang berlaku dan peningkatan
kemampuan dalam menangkap
kebutuhan dan keinginan masyarakat

Das könnte Ihnen auch gefallen