Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
(TAKAFUL)
Akad
kejelasan akad dalam praktek
muammalah merupakan prinsip karena
akan menentukan sah atau tidaknya
secara syariah. Akad asuransi harus
jelas apakah jual beli (tadabuli) atau
tolong-menolong (takaful)
Gharar
Apa-apa yang akibatnya tersembunyi
dalam pandangan kita dan akibat paling
kita takuti (Mazhab Syafi’i). Apabila tidak
lengkap rukun dari akad maka terjadi
gharar. Dalam asuransi syariah, akad
dengan niat tabarru’ yaitu suatu niat
tolong-menolong pada sesama peserta
apabila ada yang ditakdirkan mendapat
musibah
Tabarru’
berasal dari kata tabarra yatabarru
tabarraun artinya sumbangan atau
derma. Orang yang menyumbang
disebut mutabarri (dermawan). Niat
tabarru’ merupakan alternatif uang yang
sah dan diperkenankan.
Tabarru’ disimpan dalam rekening
khusus. Apabila ada klaim yang
diberikan adalah rekening tabarru’.
Maysir
Islam menghindari adanya
ketidakjelasan informasi dalam
melakukan transaksi. Maysir pada
hakekatnya muncul karena tidak
diketahuinya informasi oleh peserta
tentang berbagai hal yang berhubungan
dengan produk asuransi. Dalam
mekanisme asuransi syariah,
keterbukaan merupakan akselerasi dari
realisasi prinsip syariah.
Riba
Keberadaan asuransi syariah yang
paling substansial disebabkan adanya
ketidakadilan dalam asuransi
konvensional,misalnya upaya untuk
melipatgandakan keuntungan dari
praktek yang dilakukan dengan cara
yang tidak adil. Takaful menyimpan dana
di bank berdasar syariah dengan sistem
mudharabah, di asuransi konvensional
dana diinvestasikan dengan bunga
Perbedaan Asuransi Syariah dan
Konvensional
Keberadaan Dewan Pengawas Syariah
(DPS) dalam perusahaan asuransi
merupakan suatu keharusan untuk
mengawasi manajemen, produk serta
kebajikan investasi supaya senantiasa
sejalan dengan syariat Islam. Pada
asuransi konvensional tidak ad dewan
pengawas.
Prinsip asuransi syariah adalah takafulli
(tolong menolong) sedangkan prinsip
asuransi konvensional tadabuli (jual beli
antara nasabah dan perusahaan)
Dana yang terkumpul dari nasabah
perusahaan asuransi syariah (premi)
diinvestasikan berdasarkan syariah
dengan sistem bagi hasil (mudharabah).
Pada asuransi konvensional, investasi
pada sembarang sektor dengan sistem
bunga
Premi yang terkumpul diperlakukan tetap
sebagai dana milik nasabah.
Perusahaan hanya memegang amanah
untuk mengelolanya, sedangkan akad
asuransi konvensional, premi menjadi
milik perusahaan dan perusahaan yang
memiliki otoritas penuh untuk
menetapkan kebijakan pengelolaan dana
tersebut
Untuk kepentingan pembayaran klaim
nasabah, dana diambil dari rekening
tabarru’ seluruh peserta yang sudah
diikhlaskan untuk keperluan tolong
menolong bila ada peserta yang terkena
musibah, sedangkan di asuransi
konvensional, dana pembayaran klaim
diambil dari rekening milik perusahaan.
Keuntungan investasi dibagi dua antara
nasabah selaku pemilik dana dengan
perusahaan selaku pengelola dengan
prinsip bagi hasil. Dalam asuransi
konvensional, keuntungan sepenuhnya
menjadi milik perusahaan. Jika tidak ada
klaim, nasabah tidak mendapatkan apa-
apa.
Kendala Pengembangan Asuransi
Syariah
Rendahnya tingkat perhatian masyarakat
terhadap keberadaan asuransi syariah
yang relatif baru dibandingkan dengan
asuransi konvensional. Keadaan ini
kadangkala menurunkan motivasi
pengelola dan pegawai asuransi syariah
untuk tetap mempertahankan
idealismenya
Asuransi bukanlah bank yang
berpeluang untuk bisa berhubungan
dengan masyarakat dalam hal
pendanaan atau pembiayaan, artinya
masyarakat memiliki sedikit peluang
untuk berhubungan dengan asuransi
syariah, berkenaan dengan rendahnya
kepentingan masyarakat terhadap
produk asuransi syariah
Asuransi syariah, sebagaimana bank
dan lembaga keuangan syariah lain,
masih dalam proses mencari bentuk.
Perlu langkah sosialisasi baik untuk
mendapatkan perhatian masyarakat
maupun sebagai upaya mencari
masukan demi perbaikan sistem yang
ada
Rendahnya profesionalisme SDM
menghambat laju pertumbuhan asuransi
syariah. Penyediaan sumber daya
manusia dapat dilakukan dengan
kerjasama dengan berbagai pihak
terutama lembaga pendidikan untuk
membuka atau memperkenalkan
pendidikan asuransi syariah
Strategi Pengembangan Asuransi
Syariah
Perlu startegi pemasaran yang lebih
terfokus kepada upaya untuk memenuhi
pemahaman masyarakat tentang
asuransi syariah
Sebagai lembaga keuangan yang
menggunakan sistem syariah, tentunya
aspek syiar Islam merupakan bagian dari
operasi.
Dukungan berbagai pihak terutama
pemerintah,ulama, akademisi dan
masyarakat diperlukan untuk
memberikan masukan dalam
penyelenggaraan operasi asuransi
syariah. Hal ini sebagai kontrol bagi
sistem yang berlaku dan peningkatan
kemampuan dalam menangkap
kebutuhan dan keinginan masyarakat