Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Tetanus
Widya azhar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Di negara yang telah maju seperti Amerika Serikat kejadian tetanus yang
dilaporkan telah menurun secara substansial sejak pertengahan 1940 karena
meluasnya penggunaan imunisasi terhadap tetanus. Selain itu sanitasi
lingkungan yang bersih.
– Tahap awal
Rasa nyeri punggung dan perasaan tidak
nyaman di seluruh tubuh
– Tahap kedua
kejang yang disertai nyeri otot pengunyah
(Trismus), wajah penderita akan terlihat
menyeringai (Risus Sardonisus), Kekakuan
semakin meningkat hingga kepala
penderita akan tertarik ke belakang
(Ophistotonus)
– Tahap ketiga
Daya rangsang dari sel-sel saraf otot semakin meningkat, maka terjadilah kejang
refleks. Pada awalnya, kejang ini hanya berlangsung singkat, tapi semakin lama
akan berlangsung lebih lama dan dengan frekuensi yang lebih sering.
patah tulang belakang dapat terjadi akibat adanya kejang otot hebat. Pernafasan
pun juga dapat terhenti karena kejang otot ini, sehingga beresiko kematian
Klasifikasi tetanus
Tetanus lokal
Pada lokal tetanus dijumpai adanya kontraksi otot yang persisten, pada daerah
tempat dimana luka terjadi. Kontraksi otot tersebut biasanya ringan, bisa bertahan
dalam beberapa bulan tanpa progresif dan biasanya menghilang secara bertahap.
Tetanus umum
Merupakan bentuk tetanus yang paling banyak dijumpai, dapat timbul mendadak,
trismus merupakan gejala awal yang paling sering dijumpai, risus sardonicus,
opistotonus. Selama periode ini penderita berada dalam kesadaran penuh.
Tetanus sefalik
Jenis ini jarang dijumpai; masa inkubasi 1-2 hari, biasanya setelah luka di kepala,
wajah atau otitis media, termasuk adanya benda asing dalam rongga hidung.
Banyak kasus berkembang menjadi tipe umum.
Diagnosis
Diagnosis tetanus dapat diketahui dari pemeriksaan fisik pasien sewaktu
istirahat berupa :
Gejala klinik
Kejang tetanic, trismus, dysphagia, risus sardonicus (sardonic smile)
Adanya luka yang mendahuluinya. Luka adakalanya sudah dilupakan.
Kultur: C. tetani (+).
Lab : DL
Diagnosis banding
– Meningitis bakterial
– Poliomyelitis
– Rabies
– Tetani
Pentalaksanaan
Umum
– Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya
– Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung kemampuan
membuka mulut dan menelan. Bila ada trismus, makanan dapat diberikan
personde atau parenteral.
– Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara, cahaya dan tindakan
terhadap penderita.
– Oksigen
– Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
Khusus
Antibiotik
Diberikan parenteral Peniciline 1,2 juta unit/ hari selama 10 hari, IM. Sedangkan
tetanus pada anak dapat diberikan Peniciline dosis 50.000 Unit/ kgBB/ 12 jam
secara IM diberikan selama 7-10 hari.
– Tertasiklin : 30-50 mg/kgbb/hari dalam 4 dosis
– Eritromisin : 50 mg/kgbb/hari dalam 4 dosis, selama 10 hari.
– Metronidazole loading dose 15 mg/KgBB/jam selanjutnya 7,5 mg/KgBB tiap 6
jam
Anti Tetanus Toksin
Berhrmann (1987) dan Grossman (1987) menganjurkan dosis 50.000-100.000 u
yang diberikan setengah lewat i.v. dan setengahnya i.m. pemberian lewat i.v.
diberikan selama 1-2 jam.
Antitoksin lainnya
Human Tetanus Immunoglobulin (TIG) dengan dosis 3000-6000 U, satu kali
pemberian saja, secara IM tidak boleh diberikan secara intravena karena TIG
mengandung "anti complementary aggregates of globulin", yang mana ini dapat
mencetuskan reaksi alergi yang serius.
– Tetanus toksoid
Pemberian Tetanus Toksoid (TT) yang pertama, dilakukan bersamaan dengan
pemberian antitoksin tetapi pada sisi yang berbeda dengan alat suntik yang
berbeda. Pemberian dilakukan secara I.M.
Antikonvulsan
Pada saat ini pemberian imunisasi dengan tetanus toksoid merupakan satu-satunya
cara dalam pencegahan terjadinya tetanus. Pencegahan dengan pemberian
imunisasi telah dapat dimulai sejak anak berusia 2 bulan, dengan cara pemberian
imunisasi aktif (DPT atau DT). Mencegah tetanus melalui vaksinasi adalah jauh
lebih baik daripada mengobatinya. Pada anak-anak, vaksin tetanus diberikan
sebagai bagian dari vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus) Bagi yang sudah dewasa
sebaiknya menerima booster. Selain itu perawatan luka yang benar dan anti
tetanus serum untuk profilaksis.
Kesimpulan
– Angka kejadian penyakit tetanus sudah mulai berkurang di negara maju, namun
berbeda dengan yang terjadi di negara berkembang seperti Indonesia, insiden dan
angka kematian akibat tetanus masih cukup tinggi, hal ini disebabkan karena tingkat
kebersihan masih sangat kurang, mudah terjadi kontaminasi, perawatan luka yang
kurang diperhatikan, kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan
– Tetanus adalah penyakit yang gejalanya adalah kekakuan dari otot, terutama otot
wajah dan leher. Hal ini disebabkan oleh masuknya spora dari kuman Clostridium
tetani yang masuk melalui luka pada tubuh walaupun luka itu kecil. Berat ringannya
penyakit ini tergantung dari masa inkubasi, onset, kejang lokal atau umum dan ada
atau tidaknya gangguan autonomik karena hal ini yang menyebabkan kematian pada
tetanus.
Thank you