Sie sind auf Seite 1von 31

Leptospirosis pada Manusia

Dhani Redhono
Mikrobiologi
Bakteri penyebab: Leptospira sp

Suatu spirochaeta yg bersifat aerobik,


selalu bergerak, mirip spiral dg ujung
berkait

Ukuran Ø 0,1 um, length 6 – 20 um.

Bersifat patogen thd berbagai binatang liar


& jinak seperti tikus, anjing, kucing dsb

Genus Leptospira: 2 spesies

Leptospira interrogans (patogen)


Leptospira biflexa (saprofit)

24 serogrup & > 240 serovar


Leptospirosis

• Penyakit demam akut pada manusia atau hewan

• Zoonosis yang paling luas penyebarannya di dunia

• Salah satu dari “re-emerging infectious diseases”

• Penyakit yang sering terlewatkan diagnosisnya


Leptospirosis sudah lama ada di Indonesia !

sarmin, salinem, paidjan, sentot

hardjoprajitno, rachmat, djasiman

medanensis, samaranga, bataviae,

javanica, bindjei, bangkinang etc.

Serovars/strains Leptopira sp diberi nama “Indonesia”


(pasien/kota dsb)
EPIDEMIOLOGi : distribusi & insidens

Studi seroprevalensi di Indonesia

Distribusi Leptospirosis tersebar di Indonesia

Jawa : Tengah, Barat, Timur, dan Yogyakarta


Sumatra : Utara, Barat, Selatan, Lampung, Bengkulu
Sulawesi : Utara, Selatan.
Kalimantan : Barat, Timur
Bali, Nusa Tenggara Barat
Peningkatan nyata jumlah kasus dan KLB Leptospirosis
di Indonesia dalam satu dekade terakhir
Jawa Tengah
-Jumlah kasus yang dilaporkan meningkat di Semarang, Demak dll
-Peningkatan jumlah kabupaten yang melaporkan kasus Purworejo,
Magelang, Purbalingga dll

Yogyakarta
-KLB besar 2011
-Diperkirakan > 500 kasus dan ~ 50 meninggal

Jakarta
-KLB pada saat dan pasca banjir besar (2002)  CFR ~30%
-Peningkatan nyata kasus Leptospirosis selama KLB dengue (2004)

Penting: Jumlah kasus yang dapat didiagnosis dan dilaporkan lebih kecil dari sebenarnya
UNRECOGNIZED, MISDIAGNOSIS, UNDER-REPORTED
Pasien Leptospirosis yang dirawat di RSUP Dr Kariadi
(1 Januari 2010 s/d 10 Oktober 2012)

Leptospirosis (total) 137

Leptospirosis ringan 41 (29.9%)

Leptospirosis berat 96 (70,1%)

Meninggal 25 (18,2%)

Dx probable, dikonfirmasi dengan MAT


Leptospirosis berat: ikterus, gagal ginjal, perdarahan dsb

MH Gasem dkk 2012


EPIDEMIOLOGI: binatang pembawa (reservoir)

• Binatang rumah (anjing, kucing) dan binatang liar


• Ternak (sapi, kerbau dll),
• Rodent adalah “binatang reservoir” paling utama.
• Tikus Norway: > 50% membawa bakteri Leptospira tanpa
sakit dan meng-eksresikan Leptopira lewat urin secara
masif ke dalam lingkungan

Beberapa serovar lebih sering menginfeksi


mamalia tertentu:
• L. icterohaemorrhagiae (tikus)
• L. canicola (anjing)
• L. pomona (babi)
EPIDEMIOLOGi: transmisi & faktor risiko (1)

Transmisi Leptospira dari binatang ke manusia

 Biasanya melalui air yang terkontaminasi bakteri atau


tanah yang lembab
 Bakteri Leptospira masuk ke tubuh manusia memalui
kulit yang luka, lecet atau selaput lendir (mata, mulut,
nasofaring atau esofagus)
 Leptospira dikeluarkan melalui urin binatang yang sakit
atau pembawa bakteri (karier) kedalam lingkungan
 Untuk kehidupan optimal, bakteri Leptospira perlu
lingkungan hidup beriklim hangat dan lembab
EPIDEMIOLOGI: transmisi dan faktor risiko (2)

Faktor faktor risiko Leptospirosis

 Berjalan di genangan air, aktifitas di daerah banjir


 Bertempat tinggal di daerah rawan banjir
 Higiene perorangan kurang
 Luka atau kulit pecah
 Populasi tikus yang tinggi
 Rekreasi (olah raga air, berenang, triathlon dll)
 Faktor risiko berkaitan dengan pekerjaan dsb
Leptospirosis
manifestasi klinis
2 Sindrom klinis

Leptospirosis ringan atau non-ikterik 85-90%


 Flu-like atau demam akut
 Sebagian besar kasus di salah-diagnosis sbg penyakit
demam lain
 Pasien mungkin tidak berobat

Leptospirosis berat atau ikterik 5-15%


Weil`s disease (Sindrom Weil)  CFR is 5 - 30%
Komplikasi pada organ tertentu: perdarahan paru  CFR ~60%

Ikterus, perdarahan dan gagal ginjal adalah


indikator utama Leptospirosis berat
Perjalanan klinis: 2 stadium
Icteric Leptospirosis
Anicteric Leptospirosis
(Weil's Syndrome)
First Stage Second Stage
First Stage Second Stage 3-7 days 10-30 days
3-7 days 0 days - 1 month (SEPTICEMIC) (IMMUNE)
(SEPTICEMIC) (IMMUNE)

Fever

Myalgia Meningitis
Headache Uveitis Jaundice
Abdominal Rash Hemorrhage
Important pain Renal failure
Clinical Vomiting Myocarditis
Findings Conjunctival
suffusion

Leptospires
Present
Blood Blood

CSF CSF

Urine Urine

Feigin et al. 1975


Leptospirosis non-ikterik
diagnosis banding : penyakit demam akut

Influenza Malaria tanpa komplikasi

Infeksi dengue HIV seroconversion

Infeksi hantavirus Rickettsiosis

Demam tifoid Infeksi mononukleosis

Meningitis Infeksi bakteri/virus lainnya


Leptospirosis ikterik
diagnosis banding

• Malaria falciparum berat

• Demam tifoid berat dg komplikasi

• Haemorrhagic fevers with renal failure (HFRF)


(hantavirus type Dobrava infection)

• Demam berdarah berat lainnya


• KRITERIA FAINE (WHO) UNTUK DIAGNOSIS
LEPTOSPIROSIS
A. Gejala :
• Sakit kepala mendadak (Ya) : 2
• Conjunctival suffusion (Ya) : 4
• Demam (Ya) :2
• Demam > 38.50C (Ya) :2
• Meningismus (Tidak) :2
• Nyeri otot (terutama betis)(Ya) : 4
• Meningismus, nyeri otot, conjinctival suffusion
bersama-sama (Ya) :4
• Ikterik (Ya) :1
• Albuminuria / azotemia (Ya) : 2
B. Faktor epidemiologik
• Musim hujan (Ya) :5
• Kontaminasi lingkungan (Ya) : 4
• Kontak binatang (Ya) :1
C. Hasil laboratorium serologi
• Single (+), titer rendah
• Single (+) titer tinggi

• Jumlah : 33
• (A + B > 25 presumptive leptospirosis)
Leptospirosis
Definisi kasus

1. Kasus Suspect

 Demam akut dengan atau tanpa nyeri kepala, disertai:

 Nyeri otot
 Lemah/malaise dan/atau
 Conjuctival suffusion dan

 Ada riwayat kontak dg lingkungan yang terkontaminasi Leptospira


Contoh riwayat kontak dengan lingkungan yang
terkontaminasi bakteri Leptospira

 Berjalan di daerah banjir atau genangan air.


 Bertempat tinggal di daerah rawan banjir.
 Higiene perseorangan kurang (tidak cuci tangan, tanpa APD dsb).
 Luka terbuka / tidak diobati (termasuk kulit pecah2).
 Banyak tikus dirumah atau lingkungan tempat tinggal/bekerja.
 Rekreasi dalam air, olah raga air, lomba tri juang/triathlon).
 Kontak dg tanah di daerah endemik spt berkebun, bertani dll.
 Pekerjaan sebagai faktor risiko terpajan Leptospira.
Leptospirosis
2. Kasus Probable Definisi kasus
Unit Pelayanan Kesehatan (tanpa fasilitas Lab)

Kasus Suspect disertai minimal dua dari gejala dibawah ini:


- nyeri betis
- batuk dengan/tanpa batuk darah
- sesak nafas
- ikterus
- manifestasi perdarahan (ptekie, mimisan, hematemesis dll)
- iritasi meningeal
- anuria-oliguria dan/atau proteinuria
- aritmia jantung

Catatan: Kasus probable yang mengarah ke klinis berat segera dirujuk ke


RS (ada dr.SpPD/SpA, plus fasilitas perawatan dialisis & ICU)

Ikterus, gagal ginjal, perdarahan


adalah indikator klinis Leptospirosis berat
Leptospirosis
2. Kasus Probable Definisi kasus

Unit Pelayanan Kesehatan (dengan fasilitas Lab)


Kasus Suspect dg IgM positif berdasarkan tes diagnostik cepat (RDT)

dengan / atau
Minimal 3 dari kriteria laboratorium dibawah ini:
1. proteinuria, piuria, hematuria
2. lekositosis dg relatif neutrofilia (>80%), limfopenia
3. trombosit < 100.000 sel/mm
4. bilirubin > 2mg%; peningkatan ringan SGPT/SGOT
peningkatan amilase atau CPK

*) Jika ada akses rujukan ke Lab referensi Leptospirosis


Leptospirosis
Definisi kasus
3. Kasus Confirmed (diagnosis pasti)

Kasus Suspect atau Probable dengan salah satu


dibawah ini :

 Isolasi bakteri Leptospira dari sampel klinis (darah,urine)


 PCR positif
 Serokonversi MAT dari negatif positif atau
adanya kenaikan titer 4x dari pemeriksaan awal
 Titer MAT ≥ 320 (400) pada satu sampel
Leptospira sp
Diagnosis Laboratorium
Diagnosis serologi

 MAT (microscopic agglutination test) gold standard


 IgM-ELISA (enzyme linked immuno sorbent assay)
 RDT (tes diagnosis cepat): Lepto Tek Lateral Flow
Diagnosis molekuler
 PCR: SecY gene  diagnosis dini
Diagnosis lain:
 Kultur bakteri Leptospira sp
LEPTO Tek Lateral Flow
Tes diagnosis cepat untuk Leptospirosis

Strong Weak Negative


positive positive

RDT (Rapid diagnostic test = Tes diagnosis cepat)


Diagnosis cepat tidak sama dengan diagnosis dini.
Tatalaksana Leptospirosis (1)

Kasus SUSPECT dapat ditangani di Unit Pelayanan Dasar


(Puskesmas/Puskesmas Pembantu) atau rawat jalan.

Antibiotik untuk kasus SUSPECT:


- Pilihan utama: Doksisiklin 2 x 100mg (7 hari)
kecuali anak, ibu hamil, atau bila ada kontraindikasi .

- Alternatif (bila tidak dapat diberikan doksisiklin):


Amoksisilin 3 x 500mg/hari pada dewasa atau
10-20mg/kgBB per 8 jam pada anak (7 hari)
- Bila alergi amoksisilin: diberikan makrolid

Doksisiklin: aman, efek samping amat jarang (esofagitis, kulit kemerahan dll)
Untuk hindari esofagitis: telan obat sesudah makan dengan air minum yg banyak
jangan berbaring setelah minum obat
Tatalaksana Leptospirosis (2)

Antibiotik untuk kasus PROBABLE (yang dirawat / klinis berat)

- Ceftriaxon 1-2 gram iv per hari (7 hari)


- Penisilin Prokain 1.5 juta unit im per 6 jam (7hari)
- Ampisilin 4 x 1 gram iv per hari (7 hari)

Terapi suportif untuk:


gagal ginjal, perdarahan organ (paru, saluran cerna, saluran kemih,
serebral dll), gangguan neurologi, syok (kardiogenik, hipovolemik, septik)
Tatalaksana Leptospirosis (3)

Terapi suportif
 Keseimbangan cairan dan elektrolit

 Diuretika pada keadaan oliguri


 Transfusi darah (trombosit atau PRC)
 Ventilator untuk pasien dg gagal nafas / ARDS
 Dialisis (hemodialisis atau peritoneal dialisis)

NB: Pasien sebaiknya dirawat di HND/ICU


Tatalaksana Leptospirosis (4)
Semua kasus probable dengan manifestasi klinis yang mengarah ke
“Leptospirosis berat” :
• gagal ginjal (oliguria, anuria)
• ikterus
• sepsis, gagal multi-organ
• perdarahan organ (paru, gastrointestinal, serebral dsb)
• syok (hipovolemik dan atau septik dan/atau kardiak)
• gangguan kesadaran (asidosis metabolik, meningitis aseptik dll)

 harus dirujuk / dirawat di RS Dati II atau RS Provinsi atau RS lain


dengan fasilitas yang memadai

Catatan: Kasus probable yg “ringan” misal dg nyeri betis, bisa rawat jalan
atau dirawat di Puskesmas
PROGNOSIS

Leptospirosis berat adalah penyakit yang mengancam jiwa


Angka kematian tinggi 10 – 40 %

Faktor faktor yang secara independen berhubungan


dengan kematian pada leptspirosis berat adalah:
Sesak nafas, oliguria
Kelainan EKG (miokarditis)
Infiltrat pada Foto X-ray dada (ARDS, perdarahan paru)
Gagal ginjal (acute kidney injury)
PENCEGAHAN (1)

 Pengendalian populasi rodent pada daerah perumahan.

 Mencegah kontaminasi urin binatang terhadap sumber


penampungan air atau makanan

 Imunisasi binatang rumah/peliharaan

 Memakai pakaian pelindung misal untuk pekerja RPH,


pembersih selokan, petani (sepatu boot) dll
PENCEGAHAN (2)

 Penyuluhan lewat media masa tentang peningkatan kasus


leptospirosis pada situasi tertentu (banjir dll)

Pengendalian banjir secara komperehensif

 Memasang papan peringatan tentang bahaya terinfeksi


leptospirosis pada daerah rawan banjir atau genangan air,
kemunginan besar terkontaminasi urin binatang

 Terapi segera luka dengan antiseptik

 Antibiotik pencegahan (doxycycline) untuk risiko tinggi


TERIMA KASIH

Das könnte Ihnen auch gefallen