Sie sind auf Seite 1von 24

KULTUR JARINGAN

NAMA KELOMPOK :
1.ALDIRA KEVIN PRATAMA I (02)
2.MEIDIKA DZIKI KURNIAWAN (19)
3.MUHAMMAD IMRO’UL QOIS M (22)
4.RIKY ANTONI HERDITIYA (29)
Pengertian Kultur Jaringan

Kultur jaringan tanaman merupakan bagian suatu teknik


perbanyakan vegetatif nonkonvensional. Perbedaan teknik ini
dibandingkan dengan teknik perbanyakan vegetative konvensional
biasanya terletak dalam situasi dan lokasi yang berbeda. Penerapan
teknikkultur jaringan tanaman mensyaratkan kondisi di dalam
ruangan (laboratorium) dan sifatnya aseptik (steril dari patogen).
Bermuara dalam kondisi yang aseptic, maka perlu dijelaskan bahwa
segala aktifitas yang berkaitan dengan jaringan harus dalam kondisi
aseptik. Kondisi ini dimulai dari cara:
1. Penyiapan peralatan (alat tanam berbahan logam ataupun gelas).
2. Pembuatan media penanaman.
3. Penanaman (inisiasi dan pemilihan: a. perbanyakan; b.perakaran).
Teknik dalam kultur jaringan

Meristem culture, budidaya jaringan dengan


mengunakan eksplan dari jaringan muda atau meristem.
Pollen culture/anther culture, menggunakan eksplan dari
pollen atau benang sari.
Protoplas culture, menggunakan eksplan dari protoplas.
Chloroplas culture, menggunakan kloroplas untuk
keperluan fusi protoplas.
Somatic cross (bilangan protoplas/fusi protoplas),
menyilangkan dua macam protoplas, kemudian
dibudidayakan hingga menjadi tanaman kecil yang
mempunyai sifat baru.
Tujuan teknik kultur jaringan

Menghasilkan tanaman dalam jumlah besar dengan


lahan yang tidak terlalu luas dan waktu yang sigkat.
Menghasilkan tanaman yang bebas penyakit.
Melestarikan jenis tanaman langka.
Mempertahankan sifat-sifat tanaman induk.
Menghasilkan varietas tanaman baru dengan kultur
fusi protoplas.
Tahapan-tahapan teknik Kultur Jaringan

Tanaman yang dibudidayakan menggunakan teknik kultur


jaringan umumnya merupakan tanaman yang bernilai ekonomi
tinggi atau tanaman yang sulit dikembangkan. Tahapan-tahapan
yang dilakukan dalam teknik kultur jaringan sebagai berikut :

a. Tahapan Persiapan dan Sterilisasi Eksplan


Pada tahap ini dilakukan pembatan medium tanam dan sterilisasi alat.
Medium tanam berupa medium agar=agaryang diberi tambahan unsure
makro dan mikro, asam amino, vitamin, gula, serta hormon pengatur
tumbuh. Medium harus disterilkan menggunakan uap panas bersuhu 140 0C
dan bertekanan 1 atm dengan waktu yang telah ditentkan agar aseptis. Alat
yang digunakan untuk sterilisasi medium dan peralatan disebut autoklaf.
Selanjutnya, dilakukan pengambilan eksplann dari tanaman yang sehat.
b. Tahapan Inokulasi

Pada tahap ini dilakukan penanaman eksplan dalam


ruangan tertutup dan telah disterilkan. Ruang penanaman
dapat berupa entkas (ruangan tertutup dan terbuat dari
kaca) atau Laminar Air Flow (LAF). Ruang penanaman
harus disterilkan dahulu menggunakan alcohol atau
formalin. Demikian pula peralatan untuk menanam seperti
pinset, dan dissecting set juga harus disterilkan dengan
cara mencelupkannya pada alcohol 90% lalu dibakar
sebelum digunakan. Selanjutnya eksplan disterilkan
menggunakan larutan hipoklorit dan dipotong-potong kecil
kemudian dinokulasi dalam medium tanah. Eksplan dalam
medium kultur ini kemudian dipelihara di dalam ruangan
aeptis yang terkontrol lingkingan fisiknya.
c. Tahap Subkultur

Setelah terbentuk calon tumbuhan ( akar/tunas) maka


dilakukan pemindahan ke medium yang baru. Komposisi
hormone dalam medium tanam yang baru biasanya berbeda
dengan komposisi hormon pada medium yang digunakan
sebelumnya. Hasil kultur dapat berupa tunas atau kalus.
Kalus adalah massa sel yang tidak terdiferensiasi. Selajutnya,
kalus dipindahkan ke dalam medium yang diberi hormon
auksin dan hormon sitokinin yang seimbang. Kalus akan
berdiferensiasi membentuk organ tumbuhan sehingga
individu baru terbentuk.
d. Tahap Akilimatisasi

Bibit tanaman yang dihasilkan dari teknik kultur


jaringan berupa tumbuhan yang berukuran kecil yang
disebut plantet. Plantet harus diaklimatisasi sebelum
dipindah ke lahan tanam. Aklimatisasi dilakukan agar
plantet beradaptasi dengan lingkungannya yang baru.
Plantet ditanam dalam polybag dan diletakkan di tempat
yang teduh. Seiring dengan pertumbuhannya, intensitas
cahaya yang mengenai tanaman hasil kultur ditambah.
KULTUR JARINGAN
TANAMAN ANGGREK

Melalui kultur jaringan ini, jaringan tumbuhan diambil sedikit, lalu ditumbuhkan dalam
media buatan sehingga tumbuh menjadi tanaman sempurna. Kultur jaringan dilakukan
berdasarkan pada prinsip totipotensi. Menurut prinsip totipotensi setiap sel tumbuhan
mengandung semua informasi genetik yang diperlukan untuk tumbuh dan berkembang
menjadi tanaman lengkap.

Teknik kultur jaringan tidak dapat dilakukan di sembarang tempat. Teknik ini harus
dilakukan di dalam ruangan khusus yang steril agar terbebas dari kontaminasi udara luar.
Kultur jaringan dilakukan di dalam suatu laboratorium khusus yang digunakan untuk kultur
jaringan. Laboratorium berfungsi untuk mengkondisikan kultur dalam suhu dan pencahayaan
terkontrol yang dilengkapi dengan alat dan bahan untuk pembuatan media. Pada dasarnya
tumbuh-tumbuhan memiliki daya regenerasi yang kuat. Dasar inilah yang akhirnya menjadi
titik tolak berkembangnya industri perbanyakan (propagasi) tanaman.

Bila sel-sel jaringan atau organ tanaman ditanam di luar lingkungan tumbuhnya (invitro)
dengan menggunakan larutan bahan makanan sintetik ternyata dapat berenegerasi menjadi
tunas dan akar yang selanjutnya dapat berkembang menjadi tanaman normal yang mampu
hidup mandiri menjadi tumbuhan yang utuh.
Langkah-Langkah Teknik Kultur Jaringan

Kultur jaringan tumbuhan dapat dilakukan dengan langkah seperti


berikut ini :
a. Menyiapkan media tumbuh yang terdiri atas campuran garam
mineral berisi unsur makro dan mikro, asam amino, vitamin,
gula serta hormon tumbuhan dengan perbandingan tertentu

b. Siapkan eksplan (jaringan yang akan dikultur)

c. Tanamkan eksplan pada media yang telah disiapkan.

d. Setelah terbentuk calon tumbuhan (akar, tunas) maka


dipindahkan ke media tanah untuk tumbuh menjadi tanaman
dewasa.
AKLIMATISASI KULTUR JARINGAN
TANAMAN ANGGREK

Aklimatisasi adalah masa adaptasi tanaman hasil


pembiakan pada kultur jaringan yang semula kondisinya
terkendali kemudian berubah pada kondisi lapangan yang
kondisinya tidak terkendali lagi, disamping itu tanaman juga
harus mengubah pola hidupnya dari tanaman heterotrop ke
tanama autotrop.

Aklimatisasi atau penyesuaian terhadap lingkungan baru


dari lingkungan yang terkendali ke lingkungan yang relatih
berubah. Bibit anggrek hasil perbanyakan secara in vitro
membutuhkan proses adaptasi sebelum tumbuh besar
menjadi tanaman.
Untuk itu perlu kiranya mengetahui tahapannya sebagai berikut :

Kriteria bibit botol yang siap dikeluarkan yaitu daun sudah menyentuh dinding
atas botol, akar sudah tumbuh dengan baik, media sudah habis/kering, atau jika
bibit
dalam botol terkontaminasi jamur atau bakteri sehingga perlu segera
dikeluarkan;
Tulis kode silangan atau nama jenis anggrek beserta tanggal keluar bibit botol
gantungkan di baki kompot, tulis juga dalam buku sewaktu-waktu dapat dilacak;
Gunakan tray plastik berlubang sebagai pengganti pot kompot
Buka tutup botol dan gunakan kawat berujung melengkung ‘U’ dan tarik satu
persatu bibit, usahakan akar terlebih dahulu yang di kelurkan;
Untuk mempercepat pekerjaan dapat pula dengan cara bungkus botol dengan
koran dan pukul belakang botol dengan palu hingga pecah;
Setelah bibit dikeluarkan, dibilas di atas tray plastik berlubang kemudian
semprot dengan air mengalir hingga sisa media agar yang menempel pada akar
bersih;
Tiriskan bibit yang bersih di atas kertas koran;
Tanaman secara berkelompok bibit sesuai dengan ukuran bibit yang besar
terlebih dahulu kemudian bibit yang kecil dengan posisi bibit berdiri;
 Setelah satu minggu pertama penyiraman sudah dapat
menggunakan air mengalir dari selang; pemupukan sudah dapat
diaplikasikan menggunakan pupuk yang berimbang kadarN:P:K =
21:21:21 dengan konsentrasi ¼ anjuran dalam kemasan satu
minggu dua kali;
 Penggunaan Vitamin B1 dapat juga digunakan dengan konsentrasi
1/4/ anjuran dalam kemasan satu minggu sekali;
 Setelah kompot anggrek berumur kurang lebih 1 – 1,5 bulan dengan
ciri bibit sudah kekar dan akar baru sudah tumbuh, bibit dapat
ditanam dalam individual pot berukuran 5 cm dengan media pakis
atau sabut kelapa. Bibit dengan ukuran kecil dapat diteruskan
penanamannya dalam kompot;
Catatan: Masing-masing nursery dan petani memiliki cara yang
berbeda-beda. Cara yang kami lakukan bisa disebut dengan cara
kering, dengan maksud menghindari bibit terlalu sering terkena air,
karena akan mengakibatkan bibit menjadi lemas (osmosis rendah).
Sehingga bibit saat ditanam akan layu dan tidak dapat berdiri;
 Penggunaan fungisida yang biasa digunakan dalam beberapa buku
tentang aklimatisasi dengan merendam bibit sebelum ditanam tidak
kami lakukan kecuali bibit dalam botol sebelumnya sudah
terkontaminasi jamur.
Dalam melakukan aklimatisasi pengelompokan plantlet hasil seleksi. Plantlet
dikelompokan berdasarkan ukurannya untuk memperoleh bibit yang seragam.
Sebelum ditanam plantlet sebaiknya diseleksi dulu berdasarkan kelengkapan
organ, warna, hekeran pertumbuhan, dan ukuran. Plantlet yang baik adalah
yang organnya lengkap, mempunyai pucuk dan akar, warna pucuknya hijau
mantap artinya tidak tembus pandang dan pertumbuhan akar bagus.

Menurut Trubus (2005) ciri-ciri bibit yang berkulitas baik yaitu planlet tampak
sehat dan tidak berjamur, ukuran planlet seragam, berdaun hijau segar, dan
tidak ada yang menguning. Selain itu planlet tumbuh normal, tidak kerdil,
komposisi daun dan akar seimbang, pseudobulb atau umbi semu mulai tampak
dan sebagian kecil telah mengeluarkan tunas baru, serta memiliki jumlah akar
serabut 3 – 4 akar dengan panjang 1,5 – 2,5 cm. Prosedur pembiakan dengan
kultur in vitro baru bisa dikatakan berhasil jika planlet dapat diaklimatisasi ke
kondisi eksternal dengan keberhasilan yang tinggi. Aklimatisasi bertujuan
untuk mempersiapkan planlet agar siap ditanam di lapangan. Tahap
aklimatisasi mutlak dilakukan pada tanaman hasil perbanyakan secara in vitro
karena planlet akan mengalami perubahan fisiologis yang disebabkan oleh
faktor lingkungan. Hal ini bisa dipahami karena pembiakan in vitro (dalam
botol) semua faktor lingkungan terkontrol sedangkan di lapangan faktor
lingkungan sulit terkontrol (Herawan, 2006; Yusnita, 2004).
Di dalam botol kultur, kelembapan hampir selalu 100%. Aklimatisasi
merupakan tahap kritis karena kondisi iklim mikro di rumah kaca,
rumah plastik, rumah bibit, dan lapangan sangat jauh berbeda. Kondisi
di luar botol berkelembapan nisbi jauh lebih rendah, tidak aseptik, dan
tingkat intensitas cahayanya jauh lebih tinggi daripada kondisi di dalam
botol.planlet atau tunas mikro lebih bersifat heterotrofik karena sudah
terbiasa tumbuh dalam kondisi berkelembaban sangat tinggi, aseptik,
serta suplai hara mineral dan sumber energi berkecukupan.
Disamping itu, tanaman tersebut memperlihhatkan gejala
ketidaknormalan, seperti bersifat sangat sukulen, lapisan kutikula tipis,
dan jaringan vasikulernya tidak berkembang sempurna, morfologi daun
abnormal dengan tidak berfungsinya stomata sebagaimana mestinya,
struktur mesofil berubah, dan aktivitas fotosintesis sangat rendah.
Aklimatisasi dilakukan dengan mengkondisikan planlet dalam media
pengakaran ex vitro. Media yang kita gunakan dalam proses aklimatisasi
pada anggrek adalah pakis dan arang kayu / genting. Selain itu juga
kelembapan tempat aklimatisasi di atur tetap tinggi pada minggu
pertama, menurun bertahap pada minggu–minggu berikutnya hingga
tumbuh akar baru dari planlet. Cahaya diatur dari intensitas rendah,
meningkat secara bertahap. Sebaiknya suhu tempat aklimatisasi dijaga
agar tidak melebihi 32oC.
Setelah proses aklimatisasi anggrek diperlakukan sebagai
berikut:
a. Compotting

Ukuran pot yang digunakan untuk kompot berdiameter


sekitar 7 cm pada pot ini diisi bibit sekitar 30 bibit anggrek
atau tergantung ukuran bibitnya. Pertama-tama pot yang
akan digunakan diisi dengan sterofoam sekitar 1/3 bagian,
kemudian pakis cacah lalu bibit anggrek ditata dengan rapi.
b. Seedling (Penanaman ke Single Pot)

Seedling adalah proses memindahkan bibit dari kompot ke pot individu. Seedling
dilakukan pada saat bibit berusia 5 bulan. Apabila tanaman terlambat diseedling
dapat mengakibatkan bibit dalam kompot kompetisi sehingga penyerapan hara
terhalang dan akar beresiko menjadi rusak. Biasanya seedling dilakukan diletakkan
di dalam gelas bekas air mineral. Media yang digunakan untuk setiap anggrek
berbeda-beda tergantung pada kebutuhan airnya. Media untuk Dendrobium adalah
sphagnum yang dibalutkan pada akar tanaman, kemudian tanaman ditanam dalam
gelas plastic yang telah diisi sterofoam dan pakis cacah. Biasanya juga ditanam pada
media pakis batangan yang kemudian diikat menggunakan tali raffia. Ciri-ciri dari
bibit yang siap di seedling yaitu ditandai dengan perakaran yang tumbuh lebih kuat
dan daun daun tampak sudah keluar dari bibir pot.
c. Overpot (Pemindahan Bibit)

Overpot dilakukan ketika tanaman dalam single pot


memenuhi syarat untuk dipindahkan, yaitu ditandai denga
banyaknya umbi. Tanamn dipindahkan ke pot yang lebih
besar. Biasanya dilakukan setelah seedling berumur 2-3
bulan. Media yang digunakan adalah potongan pakis
batangan yang disusun secara teratur atau satu per satu
dan diikat denga tali raffia.
d. Repotting

Repotting atau pengepotan ulang adalah pemindahan


tanaman tanaman dari pot yang lama ke pot yang baru.
Repotting dilakukan jika anggrek pada pot seedling telah tumbuh
besar dan memenuhi popt plastik. Pengepotan ulang dilakukan
dengan alasan media dalam pot seedling telah lapuk dan hancur
sehingga ph menjadi rendah (asam) dan rentan terhadap
serangan penyakit (Parnata, 2005). Selain itu juga untuk
mengantisipasi media yang telah kehabisan unsur hara. Media
untuk repotting juga berbeda untuk setiap jenis anggrek
Cara Aklimatisasi (Anggrek)

Mengeluarkan anggrek dari dalam botol Sekitar 7-8 bulan


setelah berkecambah, anakan anggrek siap dikeluarkan dari
dalam botol. Anakan anggrek di dalam botol disebut dengan
sedling. Sedling yang siap dikeluarkan mempunyai akar yang
banyak dan kelihatan kokoh. Mengeluarkan sedling dari
dalam botol harus berhati-hati. Sedling yang dikeluarkan dari
botol sering tidak bisa beradaptasi ketika dipindahkan ke
kompot karena telah terbiasa hidup manja, dengan makanan
yang sudah disediakan di dalam botol.
Pengeluaran sedling dari dalam botol bisa dilakukan
dengan dua cara sebagai berikut:

Cara Pertama
* Siapkan baskom yang berisi air bersih dan steril.
* Pecahkan botol di atas baskom. Kaca pecahan botol akan tenggelam
dan anakan anggrek akan mengambang di atas permukaan air.
* Cuci anakan anggrek hingga bersih dan tidak terdapat agar-agar.
Agar-agar yang masih menempel dapat menyebabkan tumbuhnya
jamur yang merugikan anggrek.
* Rendam anakan anggrek di dalam physan (zat anti jamur) dengan
dosis 2-3 mg per satu liter air agar tidak ditumbuhi jamur.
* Letakkan anakan anggrek di atas Koran dan diangin-anginkan agar
bebas dari air.
* Setelah kering, pindahkan anggrek ke dalam kompot. Satu kompot
bisa digunakan untuk 20-40 anakan anggrek, tergantung pada ukuran
kompot dan besarnya anakan.
Cara Kedua

* Buka tutup botol dan masukkan air sampai setengahnya.


* Goyang-goyangkan botol hingga tanaman dan akarnya
terpisah dari agar-agar.
* Keluarkan anakan anggrek menggunakan pinset atau
kawat yang ujungnya dibengkokkan membentuk huruf “U”.
Caranya dengan mengaitkan dan menarik akar anakan
anggrek keluar sampai terjatuh ke dalam baskom yang
berisi air bersih dan steril.
* Langkah selanjutnya sama seperti cara pertama.
Memindahkan anakan ke kompot:

Setelah anakan anggrek dikeluarkan dari dalam botol, langkah


selanjutnya adalah menanamnya di kompot. Kompot yang digunakan
berdiameter 7, 12, 16, atau 20cm. Kompot tersebut tidak terlalu tinggi
atau dalam, tetapi menyerupai cobek (tempat membuat sambal dari
tanah liat). Kompot ada yang terbuat dari tanah atau plastik.
Media tanam yang digunakan bisa berupa pakis, sabut kelapa,
moss (Lumut), akar kadaka dan kulit pinus. Sebelum digunakan,
media tersebut harus direbus di dalam air selama 30 menit agar
terbebas dari tanin atau zat perangsang pertumbuhan jamur.
Kelebihan dan Kekurangan Kultur Jaringan

Kelebihan kultur jaringan antara lain:


 Tidak memerlukan tempat yang luas.
 Tanaman bisa diperbanyak dalam waktu yang singkat.
 Pelaksanaannya tidak tergantung pada musim.
 Bibit yang dihasilkan lebih sehat.
 Memungkinkan adanya rekayasa genetika.
Selain itu juga memiliki kelemahan-kelemahan, yaitu:
 Diperlukan biaya awal yang relatif tinggi.
 Hanya mampu dilakukan oleh orang-orang tertentu saja, karena
memerlukan keahlian khusus.
 Bibit hasil kultur jaringan memerlukan proses aklimatisasi, karena
terbiasa dalam kondisi lembap dan aseptik.

Das könnte Ihnen auch gefallen