Sie sind auf Seite 1von 19

KELOMPOK 1:

1. AFRIZAL UMARDANI
2. HENDRI WAHYUDI
3. RISKI RAMADHANI
Definisi
 Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru yang
disebabkan oleh berbagai mikroorganisme termasuk
bacteria, mikobakteria, jamur, dan virus. Pneumonia
diklasifikasikan sebagai pneumonia didapat di
komunitas, pneumonia didapat dirumah sakit,
pneumonia pada pejamu yang mengalami luluh imun,
dan pneumonia aspirasi (Brunner & Suddarth, 2014).
ETIOLOGI
Penyebab pneumonia menurut Soemnatri, 2009 adalah :
 Streptococcus pneumonia tanpa penyulit.
 Streptococcus pneumonia dengan penyulit.
 Haemaphilus influenza.
 Streptococcus aureus.
 Mycoplasma pneumonia.
 Virus patogen.
 Aspirasi basil gram negative, klebsiela, pseudomonas,
enterobacter, Escherichia proteus, basil gram positif.
 Stafilococcus.
 Aspirasi asam lambung.
 Terjadi bila kuman pathogen menyebar ke paru-paru
melalui aliran darah, seperti pada kuman stafilococcus, E
coli, anaerob enterik.
MANIFESTASI KLINIS
Pneumonia pada pasien lansia dapat mucul sebagai diagnosis primer atau sebagai
komplikasi dari penyakit kronis.
• Perburukan umum, kelemahan, gejala abdomen, anoreksia, konfulsi, takikardi,
dan takipnea dapat menandai awitan pneumonia.
• Diagnosis pneumonia mungkin terabaikan karena gejala klasik seperti batuk,
nyeri dada, produksi sputum, dan demam mungkin tidak ada atau
tersamarkan pada pasien lansia.
• Bunyi nafas abnormal, misalnya, mungkin disebabkan oleh mikroatelektasis
yang terjadi akibat penurunan mobilitas, penurunan volume paru, atau
perubahan fungsi pernafasan lain.
• Foto ronsen dada mungkin diperlukan untuk membedakan gagal jantung
kronis dan pneumonia sebagai penyebab atau tanda gejala klinis
(Brunner & Suddarth, 2014).
PATOFISIOLOGI
Timbulnya hepatisasi merah diakibatkan pembesaran
eritrosit dan beberapa leukosit dari kapiler paru-paru.
Pembesaran tersebut membuat aliran darah menurun, alveoli
dipenuhi dengan leukosit dan eritrosit, jumlah eritrosit
relative sedikit. Leukosit lalu melakukan fagositosis
Pneumococcus dan sewaktu resolusi berlangsung makrofag
masuk kedalam alveoli dan menelan leukosit beserta
pneumococcus. Paru-paru masuk kedalam tahap hepatisasi
abu-abu dan tampak berwarna abu-abu kekuningan. Secara
perlahan sel darah merah yang mati dan eksudat fibrin
dibuang dari alveoli sehingga terjadi pemulihan sempurna.
Paru-paru kembali menjadi normal tanpa kehilangan
kemampuan dalam pertukaran gas (Soemantri,2008).
PATWAYS
Patways
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologis
2. Pemeriksaan Laboratorium
3. Pemeriksaan Bakteriologis
4. Pemeriksaan Khusus
KOMPLIKASI
 Gagal napas dan sirkulasi
 Efusi pleura, empysema, dan abses
 Empiema yang memerlukan antibiotik dalam waktu
yang lama ((Astuti & Angga, 2010).
PENATALAKSANAAN MEDIS
 Klien diposisikan dalam keadaan fowler dengan sudut 45°
 Kematian sering kali berhubungan dengan hipotensi, hipoksia, aritmia kordis,
dan penekanan susunan saraf pusat, maka penting untuk dilakukan pengaturan
keseimbangan cairan elektrolit dan asam-basa dengan baik, pemberian O2 yang
adekuat untuk menurunkan perbedaan O2 di alveoli-arteri, dan mencegah
hipoksia seluler.
 Pemberian cairan intravena untuk IV line dan pemenuhan hidrasi tubuh
untuk mencegah penurunan dan volume cairan tubuh secara umum.
 Bronkodilator seperti aminofilin dapat diberikan untuk memperbaiki
drainase sekret dan distribusi ventilasi.
 Kadang-kadang mungkin timbul dilatasi lambung mendadak , terutama
jika pneumonia mengenai lobus bawah yang dapat menyebabkan
hipotensi, jika hipotensi terjadi, segera atasi hipoksemia arteri dengan cara
memperbaiki volume intravaskular dan melakukan dekompresi lambung
Cont....
 Kalau hipotensi tidak dapat diatasi, dapat dipasang
kateter Swan-Ganz dan infus Dopamin (2-5
µg/kg/menit). Bila perlu dapat diberikan analgetik
untuk mengatasi nyeri pleura.
 Pemberian antibiotik terpilih seperti penisilin
diberikan secara intramuskular 2 x 600.000 unit
sehari.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Fokus Pengkajian
 Aktivitas/istirahat
Gejala: Kelemahan, kelelahan, insomnia.
Tanda: Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
 Sirkulasi
Gejala: Riwayat adany/GJK kronis.
Tanda: Takikardia, penampilan kemerahan atau pucat.
 Integritas ego
Gejala: Banyaknya stresor, masalah finansial.
 Makanan/cairan
Gejala: Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, riwayat diabetes melitus.
Tanda: Distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan
turgor buruk, penampilan kakeksia (malnutrisi).
Cont....
 Neurosensori
Gejala: Sakit kepala daerah frontal (influenza).
Tanda: Perubahan mental (bingung, somnolen).
 Nyeri/keamanan
Gejala: Sakit kepala, nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh
batuk; nyeri dada substernal (influenza), mialgia, artralgia.
Tanda: Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidur pada
sisi yang sakit untuk membatasi gerakan).
 Pernapasan
Gejala: Riwayat adanya/ISK kronis, PPOM, merokok sigaret,
takipnea, dispnea progresif, pernapasan dangkal, penggunaan
otot aksesori, pelebaran nasal.
Tanda: Sputum: merah muda, berkarat, atau purulen, perkusi:
pekak di atas area yang konsolidasi, fremitus: taktil dan vokal
bertahap meningkat dengan konsolidasi, gesekan friksi pleural,
bunyi napas: menurun atau tak ada di atas area yang terlibat,
atau napas bronkial, warna: pucat atau sianosis bibir/kuku.
CONT.....
 Keamanan
Gejala: Riwayat gangguan sistem imun, mis: SLE, AIDS,
penggunaan steroid atau kemoterapi, institusionalisasi,
ketidakmampuan umum, demam (mis: 38, 5-39,6oC).
Tanda: Berkeringat, menggigil berulang, gemetar,
kemerahan mungkin ada pada kasus rubeola atau varisela.
 Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Riwayat mengalami pembedahan; penggunaan
alkohol kronis.
Pertimbangan: DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 6,8
hari.
Rencana pemulangan: Bantuan dengan perawatan diri,
tugas pemeliharaan rumah, oksigen mungkin diperlukan
bila ada kondisi pencetus.
Pengkajian khusus
 Immobility (kurang bergerak): gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan
dapat menyebabkan lansia kurang bergerak. Penyebab yang paling sering
adalah gangguan tulang, sendi dan otot, gangguan saraf, dan penyakit jantung
dan pembuluh darah.
 Instability (berdiri dan berjalan tidak stabil dan mudah jatuh). Akibat jatuh
pada lansia pada umumnya adalah kerusakan bagian tertentu dari tubuh yang
mengakibatkan rasa sakit, seperti patah tulang, cedera pada kepala.
 Incontinence (beser buang air senil). Keluarnya air seni tanpa disadari,
semakin banyak dan sering, mengakibatkan masalah kesehatan atau
lingkungan, khususnya lingkungan keluarga.. Untuk menghindari ini, lansia
sering mengurangi minum. Upaya ini justru menyebabkan lansia kekurangan
cairan tubuh dan juga berkurangnya kemampuan kandung kemih dalam
menjalankan fungsinya
 Intellectual impairment (gangguan intelektual/dementia). Gangguan
intelektual merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi
intelektual.
 Infection (infeksi). Kekurangan gizi, kekebalan tubuh:yang menurun adalah
penyebab utama lansia mudah mendapat penyakit infeksi.
Cont......
 Impairment of vision and hearing, taste, smell,
communication, convalescence, skin integrity (gangguan
pancaindera, komunikasi, daya pulih, dan kulit). Akibat
proses menua semua fungsi pancaindera dan
otak berkurang.
 Impaction (sulit buang air besar). Beberapa faktor yang
mempermudah terjadinya ini adalah kurangnya gerakan
fisik, makanan yang kurang mengandung serat, kurang
minum, akibat obat-obat tertentu dan lain-lain.
 Isolation (depresi), perubahan status sosial, bertambahnya
penyakit dan berkurangnya kemandirian sosial serta
perubahan-perubahan akibat proses menua menjadi salah
satu pemicu munculnya depresi pada lansia.
Cont
 Inanition (kurang gizi ), kekurangan gizi dapat disebabkan
ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi.
 Impecunity (tidak punya uang), dengan semakin
bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental
akan berkurang secara perlahan-lahan, yang menyebabkan
ketidakmampuan tubuh dalam mengerjakan atau
menyelesaikan pekerjaannya sehingga tidak dapat
memperoleh penghasilan.
 Iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan),
masalah yang sering terjadi adalah menderita penyakit
lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat yang
banyak, apalagi penggunakan obat dalam jangka waktu
yang lama tanpa pengawasan dokter.
Cont....
 Insomnia (gangguan tidur), berbagai keluhan gangguan
tidur yang sering dilaporkan oleh para lansia, yakni sulit
tidur, tidur tidak nyenyak, tidurnya banyak mimpi mudah
terbangun.
 Immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun),
daya tahan tubuh yang menurun selain disebabkan
karena proses menua, tetapi dapat pula karena berbagai
keadaan seperti penyakit yang sudah lama atau baru
diderita.
 Impotence (impotensi). merupakan ketidakmampuan
untuk mencapai dan atau mempertahankan ereksi yang
cukup untuk melakukan sanggama yang memuaskan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan sekresi mukus
yanng kental, kelemahan fisik umum, upaya batuk buruk, dan edema
trakheal/faringeal.
2. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan penurunan jaringan
efektif paru dan kerusakan membran alveolar-kapiler
3. Hipertensi yang berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme umum
sekunder dari reaksi sistemis baktwewmia/viremia.
4. Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan demam,
diaforesis, dan intake oral sekunder terhadap proses pneumonia.
5. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas
sekunder terhadap pneumonia.
6. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder terhadap
demam.
7. Cemas yang berhubungan dengan kondisi sakit, prognesis penyakit berat.
8. Kurangnya pemenuhan informasi yang berhubungan dengan ketidakjelasan
sumber informasi.
SELESAI............

Das könnte Ihnen auch gefallen