Sie sind auf Seite 1von 138

Manajemen

Perpajakan
Manajemen perpajakan

1. Overview KUP
2. Overview PPh
3. Overview PPN
4. Pengertian Dasar Manajemen Pajak
5. Pemilihan Sumber Pembiayaan (bagian 1)
6. Pemilihan Sumber Pembiayaan (bagian 2)
7. Tax Planning dan Pengendalian atas Penghasilan Usaha dan Penghasilan
Lainnya
8 .Tax Planning dan Pengendalian atas Unsur-unsur Harga Pokok Penjualan
dan Pengurang Penghasilan Bruto
9 .Tax Planning dan Pengendalian atas PPh Pasal 21
10. Tax Planning dan Pengendalian atas unsur-unsur objek withholding tax
(selain PPh Pasal 21)
11. Tax Planning dan Pengendalian atas Pajak Pertambahan Nilai
12. Tax Planning dalam pemanfaatan tax incentives
13. Konsep dasar pajak internasional
14. Muatan Lokal
Pengertian Pajak

Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H


iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat
jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum
(Dasar-dasar hukum pajak dan
pajak pendapatan 1990:5)

3
Pajak Perusahaan
Dipotong
PPh 23 atas Badan
penghasilan jasa
Memotong
PPh 21
atas gaji

PPN atas
PBB penyerahan
Penghasilan Meterai barang/jasa
BPHTB
Beban yang dapat dikurangkan Pajak Daerah
Penghasilan kena pajak
X tarif pajak
Pajak terutang 1thn fiskal Lapor
Kredit pajak KPP
• Angsuran pajak (PPh25)
• Dipotong pihak lain (22,23) Setor
• Pajak luar negeri (24) Kas negara
Pajak kurang/lebih bayar (29/28
4
PAJAK dalam Perusahaan
 Pajak atas Penghasilan Perusahaan
– Dibayar langsung oleh perusahaan :
• Angsuran pajak (PPh 25)
• Pembayaran pajak akhir tahun (PPh 28/29)
– Dipotong oleh pihak lain (final, tidak final, 22, 23)
– Laporan laba rugi akan mempengaruhi jumlah beban pajak dan di Neraca  utang
pajak / pajak dibayar dimuka
 Kewajiban memotong pajak pihak lain (with holding tax)
– Pajak atas penghasilan yang diterima pihak lain (21, 23, 26)
– PPN  pajak atas penyerahan barang / jasa kena pajak
– Tidak muncul dalam laporan laba rugi, tetapi di Neraca sebagai utang atau pajak
dibayar dimuka
 Pajak Lainnya
– PBB, pajak daerah, PPnBM  beban
– Pajak atas pengalihan hak atas tanah dan bangunan (BPHTP)
– Pajak Daerah
– Bea Materai

5
PAJAK untuk Individu
 Individu  SPTnya berbeda
– Bekerja dari satu pemberi kerja
– Bekerja lebih dari satu pemberi kerja
– Pemilik usaha
 Pajak atas Individu
– Dibayar langsung oleh individu:
• Angsuran pajak (PPh 25)
• Pembayaran pajak akhir tahun (PPh 28/29)
– Dipotong oleh pihak lain (PPh21, PPh23, PPh22, PPh24, tidak final, final, )
 Kewajiban memotong pajak pihak lain (with holding tax)  Pph 21, PPh
final
– Orang pribadi yang mempekerjakan pihak lain
– PPN untuk individu yang menjalankan usaha
 Pajak Lainnya
– PBB, pajak daerah, PPnBM  beban
– Pajak atas pengalihan hak atas tanah dan bangunan (BPHTP)
– Pajak Daerah
– Bea Materai

6
Ketentuan Umum
& Tata Cara
Perpajakan
PEMBAGIAN HUKUM PAJAK

WAJIB PAJAK FISKUS


c
Pemeriksaan
Pendaftaran
(NPWP-NPPKP)
c Penetapan
(SKP)
Pembukuan/
Pencatatan
Keberatan

Pembayaran
(SSP) BPP
Banding

Pelaporan MA
(SPT)
Kasasi

8
SELF-ASSESMENT SYSTEM
Menghitung Tarip x DPP Pajak Terutang

Memperhitungkan Pelunasan Pajak Kredit Pajak

WP PT - KP

Membayar PT > KP PT = KP PT < KP

Melaporkan
SKPKB SKPN SKPLB

SPT SKPKBT
HUKUM PAJAK

UU PERPAJAKAN PERATURAN PEMERINTAH

ENTITAS
BISNIS

KEP. / SE DIRJEN PAJAK KEP. MENKEU


Ilustrasi Hukum Formal:
Surat Administratif

Keterangan SPT SKP STP

Definisi Surat untuk Surat keterangan Surat untuk


pelaporan, berupa SKPKB, menagih pajak dan
perhitungan, dan SKPKBT, SKPLB, sanksi
pembayaran pajak SKPN. administrasi.
terutang.
Fungsi Pelaporan dan Alat koreksi, sarana Alat koreksi pajak
pertanggungjawab mengenakan sanksi, terutang, sarana
an penghitungan dan alat menagih mengenakan
jumlah pajak pajak. sanksi, dan alat
terutang, menagih pajak.
pembayaran
sendiri,
pemotongan.

11
Pajak
Penghasilan
UU PAJAK PENGHASILAN (UU 36/2008)
Perubahan keempat dari UU 7/1983

Subyek Pajak

Obyek Pajak
• Obyek; bukan obyek; pengurang dan bukan pengurang

Cara Menghitung Pajak


• Tarif, struktur modal, harga transaksi, revaluasi

Pelunasan pajak dalam Tahun Berjalan


• PPh 21; 22; 23; 24; 25

Perhitungan pajak akhir tahun


• PPh 28; PPh 29
13
Subjek Pajak
Pasal 2 Ayat (1 dan 1a)

Orang Pribadi (OP)

Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, bersifat


menggantikan yang berhak.

Badan
Bentuk usaha tetap (BUT), merupakan subyek pajak yang
perlakuan pajaknya dipersamakan dengan subyek pajak
badan.
14
Definisi Penghasilan
Pasal 4 Ayat (1)

Merupakan setiap tambahan kemampuan ekonomis yang:


- Diterima atau diperoleh wajib pajak.
- Berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia.
- Dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan wajib pajak.

Dengan nama dan dalam bentuk apapun

15
PPN dan PPnBM
UU PPN & PPnBM (UU 42/2009)
Perubahan keempat dari UU 8/1983

Pengukuhan pengusaha kena pajak

Kewajiban melaporkan usaha, memungut dan


menyetor dan melaporkan pajak terutang

Obyek Pajak

Tarif dan Cara Menghitung Pajak

Saat dan tempat terutang

Laporan Perhitungan pajak

Ketentuan Khusus - pemungut

17
Manajemen
Pajak
Definisi Manajemen Pajak

• Upaya-upaya manajemen dalam memenuhi kewajiban


perpajakan yang benar, tetapi jumlah pajak dapat ditekan
serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas
yang diharapkan.
• SARANA MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKAN
DENGAN BENAR, TETAPI JUMLAH PAJAK YANG
DIBAYAR DAPAT DITEKAN SERENDAH MUNGKIN
UNTUK MEMPEROLEH LABA DAN LIKUIDITAS YANG
DIHARAPKAN (Lumbantoruan,1994)
Tujuan Manajemen Pajak

• Umum:
• Menerapkan peraturan perpajakan secara benar
• Usaha efisiensi untuk mencapai laba dan likuiditas
yang seharusnya.

• Manfaat Manajemen Pajak


– Menghilangkan/menghapus pajak sama sekali
– Menghilangkan/menghapus pajak dalam tahun
berjalan
– Menunda pengakuan penghasilan
– Mengubah penghasilan rutin berbentuk capital gain
Strategi Manajemen Pajak

• Memperluas bisnis atau melakukan ekspansi usaha


dalam bentuk badan usaha baru
• Menghindari pengenaan pajak berganda
• Menghindari bentuk penghasilan yang bersifat rutin
atau teratur atau membentuk, memperbanyak atau
mempercepat pengurangan pajak.
• manajemen pajak dapat dicapai melalui fungsi-fungsi
manajemen yang terdiri dari:
– Perencanaan Pajak (Tax Planning)
– Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan (Tax Implemetation)
– Pengendalian Pajak (Tax Control)
STRUKTUR TAX PLANNING

ENTITAS BISNIS

TAX PLANNING

TAX TAX TAX


POLICY LAW ADMNST
TAX PLANNING

 TINDAKAN LEGAL PENGENDALIAN TRANSAKSI


 TERKAIT DENGAN KONSEKUENSI POTENSI PAJAK
 PAJAK YANG DAPAT MENGEFISIENSIKAN JUMLAH
 PAJAK YANG DITRANSFER KE PEMERINTAH.
 TRANSAKSI TERKENA PAJAK DIUPAYAKAN DIKURANGI
ATAU DITUNDA SECARA LEGAL
 ASPEK FORMAL DAN ADMININISTRATIF HUKUM PAJAK
FORMIL
 NPWP DAN NPKP, PEMBUKUAN, MEMBAYAR PAJAK
 SELF ASSESMENT SYSTEM
 PAYMENT SYSTEM
 ASPEK MATERIIL : OPTIMALISASI ALOKASI SUMBER
DANAMANAJEMEN AGAR PEMBAYARAN PAJAK EFEKTIF
TAX PLANNING

 HAL YANG PENTING :


 TIDAK MELANGGAR KETENTUAN PERPAJAKAN SECARA
BISNIS MASUK AKAL
 BUKTI PENDUKUNG MEMADAI (MIS. PERJANJIAN;
FAKTUR; KEBIJAKAN AKUNTANSI )
 PENGENDALIAN PAJAK (TAX CONTROL)
 PERSYARATAN FORMAL DAN MARIIL
 PENGENDALIAN PEMBAYARAN PAJAK
 DOING THING RIGHT, DOING THE RIGHT THING AND WORK
SMART
TAX LAW

 UNDANG - UNDANG PERPAJAKAN


 TIDAK MENGATUR SEMUA PERMASALAHAN PAJAK
 TIDAK MENGATUR SECARA TEKNIS

 PERATURAN PEMERINTAH, KEPMENKEU, SE DIRJEN PAJAK


 KETENTUAN BERTENTANGAN DENGAN UU
 PENYESUAIAN KEBIJAKAN TERTENTU
 ANALISIS CELAH (LOOPHOLES)
 PERBEDAAN TARIF PAJAK (TAX RATES)
 PERBEDAAN PERLAKUAN OBJEK PAJAK SEBAGAI
DASAR PENGENAAN PAJAK (TAX BASE)
 KESEMPATAN PENGHEMATAN PAJAK
TAX ADMINISTRATION

 PERSYARATAN ADMINISTRASI PAJAK


 MENGHINDARI SANKSI ADMINISTRASI & PIDANA
 PENGISIAN SPT DAN PEMBAYARAN PAJAK
 PENGAWASAN IMPLEMENTASI TAX PLANNING
KATEGORI TAX EVASION...

 IGNORANCE ( KETIDAKTAHUAN )

 ERROR ( KESALAHAN )

 NEGLIGENCE ( KEALPAAN )

 MISSUNDERSTANDING ( KESALAHPAHAMAN )
Perencanaan Pajak

• Perencanaan Pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak


dimana pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian
terhadap peraturan perpajakan, dengan maksud dapat diseleksi jenis
tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan.
• Tujuan perencanaan pajak adalah agar beban pajak (Tax Burden)
serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada tetapi
berbeda dengan tujuan pembuatan Undang-undang maka tax
planning disini sama dengan tax avoidance karena secara hakikat
ekonomis kedua-duanya berusaha untuk memaksimalkan
penghasilan setelah pajak (after tax return) karena pajak merupakan
unsur pengurang laba yang tersedia baik untuk dibagikan kepada
pemegang saham maupun diinvestasikan kembali.
Motivasi Perencanaan Pajak

Kebijaksanaan Perpajakan (Tax Policy)


Kebijaksanaan perpajakan merupakan alternatif dari berbagai
sasaran yang hendak dituju dalam sistem perpajakan.
Faktor yang mendorong dilakukannya suatu perencanaan pajak,
yaitu:
− Pajak yang akan dipungut
− Siapa yang akan dijadikan subjek pajak
− Apa saja yang merupakan objek pajak
− Berapa besarnya tarif pajak
− Bagaimana prosedurnya
Motivasi Perencanaan Pajak
– Undang-undang Perpajakan (Tax Law)  mengatur setiap permasalahan
secara sempurna namun pelaksanaannya diikuti ketentuan-ketentuan
pelaksana.
– Tidak jarang ketentuan pelaksanaan tersebut bertentangan dengan Undang-
undang itu karena disesuaikan dengan kepentingan pembuat kebijaksanaan
dalam mencapai tujuan lain yang ingin dicapainya.
– Administrasi Perpajakan (Tax Administration)
• Motivasi perencanaan pajak adalah memaksimalkan laba setelah pajak
karena pajak itu ikut mempengaruhi dalam pengembalian keputusan atas
suatu tindakan dalam operasi perusahaan untuk melakukan investasi
dengan cara menganalisis secara cermat dan memanfaatkan peluang
atau kesempatan yang ada dalam ketentuan peraturan yang sengaja
dibuat oleh pemerintah untuk memberikan perlakuan yang berbeda atas
objek yang secara ekonomi hakikatnya sama (karena pemerintah
mempunyai tujuan lain tertentu) dengan memanfaatkan:
− Perbedaan tarif pajak (Tax Rates)
− Perbedaan perlakuan atas objek pajak sebagai dasar pengenaan pajak (Tax Base)
− Loopholes, Shelters dan Havens
Tahap-tahap Perencanaan Pajak
Agar Tax Planning berhasil sesuai dengan yang diharapkan,
maka perencanaan itu seharusnya dilakukan melalui berbagai
urutan tahap-tahap berikut:
– Analisis informasi yang ada
– Buat satu model atau lebih rencana kemungkinan
besarnya pajak
– Evaluasi pelaksanaan rencana pajak
– Mencari kelemahan dan kemudian memperbaiki kembali
rencana pajak
– Mutakhirkan rencana pajak
KARAKTERISTIK PERENCANAAN PAJAK

• Legal, tidak bertentangan dengan peraturan perpajakan


yang berlaku
• Integral, merupakan bagian integral dari perencanaan
menyeluruh perusahaan
• Valid, didukung dengan bukti-bukti yang memadai,
misalnya: agreement. invoice dan accounting treatment.
• Cash flow, berhubungan dengan kegiatan
mengendalikan cash flow.
• Net Present Value, memaksimalkan net present value.
TAHAP-TAHAP PERENCANAAN PAJAK

1. Tahap Pemahaman
a. Memahami Peraturan Perpajakan.
b. Memahami Kondisi Internal.
c. Memahami Kondisi Eksternal.
d. Memahami Variabel-variabel Perencanaan Pajak.
- Variabel Entitas
1) Memindahkan Penghasilan
2) Memindahkan Biaya
3) Melakukan Transfer Pricing
- Variabel Waktu
- Variabel Peraturan Perpajakan
- Variabel Karakteristik (Kekhususan) Peraturan P33jak
2. Tahap Penentuan Tujuan
3. Tahap Pemilihan Strategi
4. TahapPenentuanTeknik
5. Tahap Implementasi
6. Tahap Evaluasi
ASPEK STRATEGIS PERENCANAAN PAJAK

• Aspek Strategis Berkaitan Bentuk Entitas Usaha Wajib Pajak


• Aspek Strategis Berkaitan Tujuan Wajib Pajak
– Mengoptimalkan Beban Pengeluaran
– Menghindari Sanksi Perpajakan
– Menunda atau Mengangsur Pembayaran Pajak
– Memaksimalkan Sumber Pendanaan Perusahaan
– Memaksimalkan Transaksi Dalam Satu Group Perusahaan
– Memaksimalkan Pembayaran Pajak-Pajak, dan Zakat, Sebagai Pengurang
Penghasilan
• Aspek Strategis Berkaitan Kondisi Internal Wajib Pajak
– Memaksimalkan Kompensasi Kerugian
– Melakukan Merger
– Penentuan Metode Penyusutan Aktiva Tetap
• Aspek Strategis Berkaitan Kondisi Eksternal Wajib Pajak
FORMULA PAJAK PENGHASILAN

NO KOMPONEN PERHITUNGAN KETENTUAN


1 Jumlah seluruh penghasilan Pasal 4 ayat 1
2 Penghasilan tidak objek pajak penghasilan (-) Pasal 4 ayat 3
3 Penghasilan bruto (=) (1-2)
4 Biaya fiskal boleh dikurangkan (-) Pasal 6 ayat 1
Koreksi : Pasal 11
Biaya yang tidak boleh dikurangkan (-) Pasal 11A
Pasal 9 ayat 1 dan 2
5 Penghasilan neto (=) (3-4)
6 Kompensasi kerugian (-) Pasal 6 ayat 2
7 Penghasilan Tidak Kena Pajak ( Wajib Pajak (-) Pasal 7 ayat 1
Orang Pribadi )
8 Penghasilan Kena Pajak (=) (5-6-7)
9 Tarip pajak (x) Pasal 17
10 Pajak Penghasilan Terutang (=) (8-9)
11 Kredit pajak (-) Pasal 21; 22, 23, 24
dan pasal 25
12 Pajak Penghasilan Kurang Bayar / Lebih Bayar / ( 10 - 11 )
Nihil Bayar Pasal 28, 28 A dan 29
BIAYA DAPAT DIKURANGKAN

 BIAYA UNTUK MENDAPATKAN PENGHASILAN


 PENYUSUTAN DAN AMORTISASI
 IURAN DANA PENSIUN YANG DISAHKAN MENKEU
 KERUGIAN PENJUALAN HARTA
 KERUGIAN SELISIH KURS
 BIAYA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
 BIAYA BEA SISWA, MAGANG DAN PELATIHAN
 PIUTANG YANG TIDAK TERTAGIH, syarat :
a. TELAH DIBEBANKAN SEBAGAI BIAYA
b. DISERAHKAN BADAN URUSAN PIUTANG DAN LELANG
NEGARA (BUPLN)
c. DIPUBLIKASIKAN DALAM PENERBITAN
d. MENYERAHKAN DAFTAR PIUTANG TIDAK TERTAGIH
KEPADA DIRJEN PAJAK
PENGHASILAN BUKAN OBJEK
PAJAK

 BANTUAN ATAU SUMBANGAN


 WARISAN
 SETORAN TUNAI PENYERTAAN SAHAM DITERIMA BADAN
 IMBALAN DALAM BENTUK NATURA
 PENERIMAAN ASURANSI KEPADA ORANG PRIBADI
 DEVIDEN YANG DITERIMA BADAN, syarat :
a. BERASAL DARI LABA DITAHAN
b. BAGI PT, BUMN DAN BUMD PENERIMA DEVIDEN PALING
RENDAH 25% DAN MEMPUNYAI USAHA AKTIF DILUAR
KEPEMILIKAN SAHAM
 IURAN PENSIUN
 PENGHASILAN MODAL YANG DITANAMKAN
 BAGIAN LABA YANG TIDAK TERBAGI ATAS SAHAM
 BUNGA OBIGASI DITERIMA PERUSAHAAN REKSADANA
 PENGHASILAN YANG DITERIMA PERUSAHAAN VENTURA
PRINSIP TAXABLE & DEDUCTIBLE

 MERUBAH DEDUCTIBLE MENJADI TAXABLE


 BEBAN YANG TIDAK DAPAT DIKURANGKAN MENJADI
DAPAT DIKURANGKAN
 PENGHASILAN SEBAGAI OBJEK PAJAK MENJADI BUKAN
OBJEK PAJAK
 ILUSTRASI !!
PT. DHANA MEMPEROLEH PENGHASILAN Rp10,000,000 RIBU
DAN BEBAN KOMERSIAL Rp7,500,000 RIBU, TERMASUK
KEBIJAKAN MENYEDIAAN DOKTER DAN OBAT-OBATAN
SEJUMLAH RP180,000,000 RIBU
PERHITUNGAN FISKAL
KETERANGAN TANPA PERENCANAAN TAX PLANNING

Penghasilan 10,000,000,000.00 10,000,000,000.00


Beban komersial (7,500,000,000.00) (7,500,000,000.00)
Laba sebelum pajak 2,500,000,000.00 2,500,000,000.00
Koreksi :
Biaya tidak boleh
dikurangkan 180,000,000.00
Laba Fiskal 2,680,000,000.00 2,500,000,000.00

Pajak penghasilan (786,500,000.00) (732,500,000.00)

Laba setelah pajak 1,893,500,000.00 1,767,500,000.00

PENGHEMATAN PAJAK Rp54,000,000.00


Penyebaran penghasilan & biaya

 PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PENGENAAN PAJAK


 PENJUALAN SECARA ANGSURAN / KREDIT
 PERPENDEK JANGKA WAKTU BIAYA YANG DAPAT
DIKURANGKAN
 PEMBELIAN TUNAI MENJADI LEASING
 BIAYA LEASING LEBIH BESAR PENYUSUTAN
FISKAL
 DIVERSIFIKASI USAHA PENUNJANG
 PEMBENTUKAN ENTITAS BISNIS BARU
MIS. PERUSAHAAN LEASING ATAU SEWA (RENTAL)
TAX SAVING

 USAHA MEMINIMALISASI JUMLAH UTANG PAJAK YANG


TIDAK TERMASUK DALAM LINGKUP PERPAJAKAN
(Zain, 2003)

 MENGHINDARI UTANG PAJAK DENGAN TIDAK MEMBELI


ATAU MENJUAL YANG ADA PPN ATAU MENGURANGI
JAM KERJA
TAX HEAVENS

 FASILITAS PAJAK YANG DAPAT DINIKMATI DENGAN


ADANYA KETENTUAN PERPAJAKAN YANG BERLAKU
 JUSTIFIKASI :
 DOMISILI TIDAK ADA PAJAK YANG HARUS DIPUNGUT
 PAJAK HANYA DIPUNGUT UNTUK INTERNATIONAL
TAXABLE EVENT
 PERLAKUAN KHUSUS, MIS TAX HOLIDAYS
 EKSPANSI PASAR MELALUI PENDIRIAN KANTOR
TAX EVASION

MANIPULASI SECARA ILEGAL ATAS PENGHASILANNYA


UNTUK MEMPERKECIL JUMLAH PAJAK TERUTANG
(Barr NA, 1997)

PENYELUNDUPAN PAJAK YANG MELANGGAR


UNDANG-UNDANG PAJAK (Anderson, dalam Zain, 2003)

Termasuk……………..
Sumber
Pembiayaan
Pemilihan sumber Dana – Aset tetap

1. Dampak dari menahan laba (pendanaan internal).


2. Dampak dari pendanaan melalui modal (equity
financing) dan distribusi laba (distributing dividend).
3. Dampak dari pendanaan melalui utang (debt
financing) terutama oleh pemegang sahamnya.
4. Factoring and leasing.
5. Hybrid financial instruments.
Pengendalian
Penghasilan
Klasifikasi Umum Penghasilan

Penghasilan dari pekerjaan dan hubungan kerja dan


pekerjaan bebas seperti gaji, honorarium, dan sebagainya.

Penghasilan dari usaha dan kegiatan.

Penghasilan dari modal berupa harga gerak ataupun tidak


gerak, seperti bunga, dividen, royalti, sewa dan
keuntungan penjualan harga atau hak yang tidak
dipergunakan untuk usaha.
Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang dan
hadiah.
Ketentuan Khusus atas Penghasilan

 Semua penghasilan digabungkan dalam


satu tahun pajak.
 Jika menderita kerugian dikompensasikan
dengan penghasilan lain kecuali kerugian
dari luar negeri.
 Untuk penghasilan dikenakan final atau
dikecualikan dari objek pajak tidak boleh
digabungkan.
Objek Pajak (1)
Pasal 4 Ayat (1)

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang


diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk
lainnya, kecuali ditentukan lain dalam UU Pajak Penghasilan;
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
c. Laba usaha;
Objek Pajak (2)
Pasal 4 Ayat (1)

d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:


i. Keuntungan karena pengalihan harta sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
ii. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota
yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;
iii. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,
pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun;
iv. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali
yang diberikan kepada keluarga sedarah garis keturunan lurus satu derajat dan badan
keagamaan, pendidikan, sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan PMK,
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan
di antara pihak yang bersangkutan; dan
v. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan,
tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan
pertambangan;
Objek Pajak (3)
Pasal 4 Ayat (1)

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak;
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang;
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi;
h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu
yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
Objek Pajak (4)
Pasal 4 Ayat (1)

l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing;


m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. Premi asuransi;
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari
Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak;
q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah;
r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang - Undang yang mengatur
mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
s. Surplus Bank Indonesia.
Definisi Pajak Final

Pajak yang terutang dan dibayarkan seketika penghasilan


diperoleh atau diterima. Pemotongan dilakukan oleh
pemberi penghasilan, atau pihak lain yang ditentukan.

Ketika dilakukan penghitungan pajak terutang di akhir


tahun, penghasilan yang dikenakan pajak final bukan
sebagai penambah penghasilan dan pajak final tidak
dapat menjadi kredit pajak.
Pajak Final = pajak selesai dengan pembayaran tersebut
Pertimbangan Pengenaan

Kesederhanaan Pemotongan

Pengurangan Beban Administratif

Pemerataan Pengenaan Pajak

Dorongan Pengembangan
Investasi dan Tabungan
Perkembangan Ekonomi dan
Moneter
Objek Pajak Dikenai Pajak Final
Pasal 4 Ayat (2)

a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga


obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang
dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;
b. Penghasilan berupa hadiah undian;
c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi
derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan
saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan
pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan
tanah dan/atau bangunan; dan
e. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah.
Peraturan Pelaksana Pajak Final

Penghasilan dari transaksi penjualan saham di bursa efek.


PP No. 14 Tahun 1997
Penghasilan dari bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI.
PP No. 131 Tahun 2000
Penghasilan dari hadiah undian. PP No. 132 Tahun 2000
Penghasilan dari persewaan tanah dan/ atau bangunan. PP No. 5 Tahun 2002
Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan.
PP No. 71 Tahun 2008
Penghasilan berupa bunga/ diskonto obligasi yang dijual di bursa efek.
PP No. 16 tahun 2009
Penghasilan dari usaha jasa konstruksi. PP No. 40 Tahun 2009

Penghasilan dari UMKM. PP No. 46 Tahun 2013


Peraturan Pemerintah 46 – Pajak UKM Final

• Ketentuan Pajak Penghasilan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah


(PP) Nomor 46 Tahun 2013, merupakan kebijakan Pemerintah yang
mengatur mengenai Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang
Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto
Tertentu.
• Yang dikenai Pajak Penghasilan (PPh) ini adalah Penghasilan dari USAHA
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dengan peredaran bruto (omzet)
yang tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 tahun Pajak. Peredaran bruto
(omzet) merupakan jumlah peredaran bruto (omzet) semua
gerai/counter/outlet atau sejenisnya baik pusat maupun cabangnya.
• Pajak yang terutang dan harus dibayar adalah: 1% dari jumlah peredaran
bruto.
• Usaha meliputi usaha dagang, industri, dan jasa, seperti misalnya
toko/kios/los kelontong, pakaian, elektronik, bengkel, penjahit,
waruing/rumah makan, salon, dan usaha lainnya.
Peraturan Pemerintah 46 – Pajak UKM Final

• Objek Pajak TIDAK DIKENAI PAJAK MENURUT PP 46 :


• Penghasilan dari jasa sehubungan dengan Pekerjaan Bebas,
seperti misalnya: dokter, advokat/pengacara, akuntan, notaris,
PPAT, arsitek, pemain musik, pembawa acara, dan
sebagaimana diuraikan dalam penjelasan PP tersebut;
• Penghasilan dari usaha yang dikenai PPh Final (Pasal 4 ayat
(2)), seperti misalnya sewa kamar kos, sewa rumah, jasa
konstruksi (perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan), PPh
usaha migas, dan lain sebagainya yang diatur berdasarkan
Peraturan Pemerintah tersendiri.
• Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri.
Peraturan Pemerintah 46 – Pajak UKM Final

Yang dikenai Pajak Penghasilan sesuai PP Nomor 46, adalah:


• Orang Pribadi;
• Badan, tidak termasuk Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang menerima
penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto (omzet) yang tidak
melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 (satu) Tahun Pajak.
Yang tidak dikenai Pajak Penghasilan sesuai PP Nomor 46 adalah:
• Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa
yang menggunakan sarana yang dapat dibongkar pasang dan
menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum.
misalnya: pedagang keliling, pedagang asongan, warung tenda di area
kaki-lima, dan sejenisnya.
• Badan yang belum beroperasi secara komersial atau yang dalam jangka
waktu 1 (satu) tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh
peredaran bruto (omzet) melebihi Rp4,8 miliar.
Peraturan Pemerintah 46 – Pajak UKM Final

• Pajak Penghasilan yang diatur oleh PP Nomor 46 Tahun 2013


termasuk dalam:
PAJAK FINAL (Pasal 4 ayat 2)

• Setoran bulanan bukan PPh Pasal 25, Jika penghasilan semata-


mata dikenai PPh nal, tidak wajib PPh Pasal 25.
• Penyetoran paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). Jika SSP sudah validasi
NTPN, Wajib Pajak tidak perlu melaporkan SPT Masa PPh Pasal 4
ayat (2) karena dianggap telah menyampaikan SPT Masa PPh
Pasal 4 ayat (2) sesuai tanggal validasi NTPN.
• Penyetoran dimaksud dengan mencantumkan kode pada SSP Akun
pajak 411128 kode setoran 420
• Penghasilan yang dibayar berdasarkan PP Nomor 46 dilaporkan
dalam SPT Tahunan PPh pada kelompok penghasilan yang dikenai
pajak final dan/atau bersifat final.
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (1)
Pasal 4 Ayat (3)

a. Bantuan atau sumbangan, zakat yang diterima oleh badan/ lembaga amil zakat
yang disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang
berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang
berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah garis keturunan lurus satu
derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, sosial termasuk yayasan, koperasi,
atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya
diatur dengan atau berdasarkan PMK, sepanjang tidak ada hubungan dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang
bersangkutan;
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (2)
Pasal 4 Ayat (3)

c. Warisan;
d. Harta, termasuk setoran tunai, sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti
penyertaan modal;
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh dalam bentuk natura dan/ atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau
pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan WP, WP yang dikenakan pajak
secara final atau WP dengan Norma Penghitungan Khusus (deemed profit);
f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan
asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi bea siswa;
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (3)
Pasal 4 Ayat (3)

g. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT sebagai WP dalam
negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia dengan syarat:
Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik
daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah
modal yang disetor;
h. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (4)
Pasal 4 Ayat (3)

i. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-bidang
tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;
j. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan
kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;
k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa
bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha di
Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan
kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan; dan
Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (5)
Pasal 4 Ayat (3)

l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih


lanjut dengan atau berdasarkan PMK;
m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak
dalam bidang pendidikan dan/ atau bidang penelitian dan pengembangan, yang
telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali
dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/ atau penelitian dan
pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak
diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan
n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Pengendalian
Deductible
Expense
Unsur Beban
1. Tax planning pengelompokkan jenis penghasilan
untuk menghitung angsuran masa PPh Pasal 25.
2. Foreign exchange revenue.
3. Rekonsiliasi peredaran usaha dan penghasilan
lainnya dengan DPP PPN Keluaran dan DPP PPh
yang dipotong/dipungut.
4. Berbagai pengujian untuk menguji kebenaran
perhitungan peredaran usaha.
5. Pengendalian atas bea keluar (pajak ekspor) atas
penjualan ekspor yang terutang bea keluar.
Beda waktu.
Beda tetap.
Biaya untuk Mendapatkan, Menagih, dan Memelihara (3M) Penghasilan (1)
Pasal 6 Ayat (1)

Biaya 3M bersifat dapat dikurangkan (deductible) atas penghasilan bruto :


a. Biaya yang berkaitan dengan kegiatan usaha, meliputi:
i. Biaya pembelian bahan baku;
ii. Biaya tenaga kerja;
iii. Bunga, sewa, dan royalti;
iv. Biaya perjalanan;
v. Biaya pengolahan limbah;
vi. Premi asuransi;
vii. Biaya promosi, sesuai ketentuan PMK;
viii. Biaya administrasi
ix. Pajak selain PPh.
b. Biaya penyusutan fiskal dan/atau amortisasi;
c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menkeu;
d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta ;
aya untuk Mendapatkan, Menagih, dan Memelihara (3M) Penghasilan (
Pasal 6 Ayat (1)

e. Kerugian dari selisih kurs;


f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;
g. Biaya bea siswa, magang, dan pelatihan;
h. Piutang yang nyata – nyata tak dapat ditagih, dengan syarat:
• Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
• Daftar piutang yang tidak dapat ditagih telah diserahkan kepada Ditjen Pajak;
• Telah diserahkan perkara penagihannya kepada PN atau BUPLN;
• Ada perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/ pembebasan utang
antara kreditur dan debitur;
• Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum dan khusus.
i. Sumbangan dalam rangka bencana nasional yang diatur oleh PP.
j. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengebangan yang diatur oleh PP.
k. Sumbangan dalam rangka infrastruktur sosial yang diatur oleh PP.
l. Sumbangan dalam rangka fasilitas pendidikan yang diatur PP
m. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang diatur oleh PP.
Ketentuan Khusus Atas Biaya 3M

 Biaya 3M yang dapat dibebankan hanyalah biaya – biaya


yang dikeluarkan terkait penghasilan yang ditetapkan
sebagai objek pajak.
 Biaya 3M yang dikeluarkan terkait penghasilan yang
dikenai pajak final atau penghasilan yang bukan
merupakan objek pajak, tidak dapat dibebankan.
 Jika diketahui nilai biaya secara total, penghitungan biaya
3M yang dapat dibebankan atau tidak, dapat ditetapkan
berdasar metode pro rata berdasar proporsi penghasilan
Deductible Expenses atas Penghasilan BUT
Pasal 5 Ayat (2)

Meliputi biaya yang berkenaan dengan penghasilan kantor pusat:

Sehubungan dengan:
- usaha atau kegiatan; Penghasilan sebagaimana tersebut dalam
- penjualan barang; Pasal 26, selama terdapat hubungan
- pemberian jasa; efektif antara BUT dengan harta/ kegiatan
yang sejenis dengan yang dijalankan BUT yang memberikan penghasilan.
di Indonesia.
Non Deductible Expenses (1)
Pasal 9 Ayat (1)

Biaya yang tidak dapat dikurangkan (non deductible) atas penghasilan bruto, meliputi:
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun;
b. Biaya yang dibebankan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu,
anggota atau anggota;
c. Pembentukan dana cadangan, kecuali:
Cadangan untuk jenis usaha tertentu yang ditetapkan KMK;
Cadangan untuk usaha asuransi;
Cadangan jaminan sosial dibentuk BPJS;
Cadangan penjaminan yang dibentuk LPS;
Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
Cadangan biaya reforestasi untuk usaha kehutanan;
Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat limbah industri untuk
usaha pengelolaan limbah;
Non Deductible Expenses (2)
Pasal 9 Ayat (1)

d. Premi asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan asuransi beasiswa yang
dibayar oleh WP orang pribadi;
e. Penggantian/ imbalan atas pekerjaan/jasa yang diberikan dalam bentuk natura
dan kenikmatan, kecuali:
Penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai ;
Diberikan di daerah tertentu atau diberikan berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan sebagaimana ditetapkan KMK;
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
pihak yang mempunyai hubungan istimewa;
g. Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan, selain sumbangan yang
ditetapkan sebagai deductible expense serta selain sumbangan keagamaan yang
bersifat wajib kepada lembaga yang dibentuk atau disahkan pemerintah;
h. Pajak penghasilan;
Non Deductible Expenses (3)
Pasal 9 Ayat (1)

i. Biaya yang dibebankan/ dikeluarkan untuk kepentingan pribadi WP atau orang


yang menjadi tanggungan;
j. Gaji anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak
terbagi atas saham;
k. Sanksi administrasi dan pidana di bidang perpajakan.
Ketentuan Khusus Atas Natura

Natura yang diberikan berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah


tertentu adalah imbalan yang terkait dengan:
 Tempat tinggal bagi pegawai dan keluarganya.
 Pelayanan kesehatan.
 Pendidikan.
 Peribadatan.
 Pengangkutan.
 Olahraga, selain golf, power beating, pacuan kuda, dan terbang layang.
Natura yang diberikan akibat keharusan suatu pekerjaan di antaranya dapat
berupa seragam bagi petugas pengamanan, atau penginapan bagi kru
pelayaran atau penerbangan.
Dialektika Pajak: Asas Resiprokalitas

Penghasilan yang dikategorikan sebagai bukan objek pajak


bagi pihak yang menerima penghasilan bersangkutan  biaya
– biaya dari pihak yang melakukan pengeluaran terkait
penghasilan tersebut, tidak dapat dikurangkan (non
deductible).

Non Bukan
Deductible Objek
Expense Pajak

Pihak
Melakukan Pihak Menerima
Pengeluaran Penghasilan
Penghasilan dan Biaya sesuai Asas Resiprokalitas (1)
Pasal 4 Ayat (3) dan Pasal 9 Ayat (1)

Bantuan atau sumbangan, selain sumbangan


keagamaan yang bersifat wajib, serta sumbangan
bencana alam, litbang, sosial, pendidikan, dan
olahraga yang ditetapkan PP.

Warisan

Imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan,


selain yang diberikan oleh bukan WP, WP dikenai
pajak final, atau WP menggunakan Norma
Penghitungan Khusus.
Penghasilan dan Biaya sesuai Asas Resiprokalitas (2)
Pasal 4 Ayat (3) dan Pasal 9 Ayat (1)

Premi dan polis asuransi kesehatan,


kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan beasiswa
bagi WP orang pribadi.

Iuran dana pensiun yang dibayarkan oleh


perusahaan.

Bagian laba yang diterima anggota


persekutuan yang tidak terdiri atas saham.
Pengendalian
PPh 21
Pajak Penghasilan Pasal 21

• Pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan,


jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri wajib
dilakukan oleh:
– pemberi kerja yang membayar gaji, dll sebagai imbalan pekerjaan yang
dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai;
– bendahara pemerintah yang membayar gaji, dll sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, atau kegiatan;
– dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dll;
– badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai
imbalan sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang
melakukan pekerjaan bebas; dan
– penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan
dengan pelaksanaan suatu kegiatan.

80
Definisi

Pajak yang dikenakan terhadap WP Orang


Pajak yang dikenakan terhadap WP Orang Pribadi Dalam Negeri atas
Pribadi Dalam
penghasilan Negeri
yang terkait denganatas penghasilan
pekerjaan, yang
jasa, atau kegiatan.
terkait dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.

Penghasilan yang dimaksud dapat berbentuk gaji,


Penghasilan yang dimaksud dapat
upah, honorarium, berbentuk gaji,
tunjangan, upah, honorarium,
pensiun, atau
tunjangan, pensiun, atau pembayaran lain dengan nama apapun.
pembayaran lain dengan nama apapun.

Saat Terutang
Saat yang lebih dahulu antara akhir bulan diterimanya pembayaran
atau akhir bulan diperolehnya penghasilan.

81
Perbedaan Pengenaan

PPh 21 PPh 26
• WP Dalam • Subjek Pajak
Negeri (DN). Luar Negeri
(SPLN).

82
Subjek Pajak

Penerima uang
pesangon, pensiun, Bukan Pegawai
Pegawai. Tunjangan/ Jaminan yang melakukan
Hari Tua (THT/ JHT), pemberian jasa.
termasuk ahli waris.

Anggota Dewan
Komisaris atau
Mantan pegawai. Peserta kegiatan.
Dewan Pengawas
non pegawai.
Subjek Pajak
(Bukan Pegawai yang Melakukan Pemberian Jasa)

 Tenaga ahli yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter,


konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.
 Pekerja seni.
 Olahragawan.
 Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.
 Pengarang, peneliti, dan penerjemah.
 Pemberi jasa dalam segala bidang atau kepada suatu kepanitiaan.
 Agen iklan.
 Pengawas atau pengelola proyek.
 Pembawa pesanan atau perantara.
 Petugas penjaja barang dagangan.
 Petugas dinas luar asuransi.
 Distributor MLM, direct selling, atau sejenis.
Pengecualian Subjek

Pejabat negara asing seperti perwakilan


diplomatik atau konsulat, berikut orang yang
diperbantukan kepadanya, dengan syarat:
• Bukan WNI.
• Di Indonesia tidak memperoleh penghasilan di luar
jabatannya.
• Berasal dari negara yang memberikan perlakuan timbal
balik.

Pejabat perwakilan organisasi internasional,


dengan syarat:
• Bukan WNI.
• Di Indonesia tidak menjalankan usaha/ kegiatan/ pekerjaan
lain untuk memperoleh penghasilan.

85
Objek Pajak (1)

Penghasilan Pegawai Tetap.

Penghasilan teratur penerima pensiun.

Pembayaran sekaligus uang pesangon, pensiun,


THT, JHT selepas 2 tahun sejak berhenti bekerja.

Upah pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas


secara harian, mingguan, satuan, borongan atau
yang dibayarkan secara bulanan.

86
Objek Pajak (2)

Imbalan kepada Bukan Pegawai yang melakukan


pemberian jasa.

Imbalan kepada peserta kegiatan.

Penghasilan anggota Dewan Komisaris atau


Dewan Pengawas non pegawai.

Pembayaran kepada mantan pegawai.

Penarikan dana pensiun oleh pegawai.

87
Pengecualian Objek

Santunan asuransi kesehatan, kecelakaan,


jiwa, dwiguna, dan asuransi beasiswa.
Natura yang diberikan oleh WP atau
Pemerintah.
Iuran kepada dana pensiun , THT, JHT
dibayar pemberi kerja.
Zakat atau sumbangan keagamaan wajib
yang diterima OP.

Beasiswa.

88
Ketentuan Khusus

Natura dan/ atau kenikmatan lain diperhitungkan sebagai


penghasilan, jika dan hanya jika, diberikan oleh: bukan
WP, WP yang dikenai PPh final, atau WP yang
menggunakan norma penghitungan khusus.

Natura dan/ atau kenikmatan lainnya yang diukur


berdasarkan harga pasar atau nilai wajar.

89
Objek PPh 21 Final

Penghasilan tidak tetap atau tidak teratur yang


menjadi beban APBN atau APBD.
(PMK No. 262/ PMK.03/ 2010)

Dana pensiun yang dialihkan dengan membeli


anuitas seumur hidup.
(Kepdirjen No. 333/ PJ/ 2001)

Uang tebusan pensiun. (PP No. 68 Tahun


2009)

Uang pesangon. (PP No. 68 Tahun 2009)


Tax Planning PPh 21

 Kompensasi karyawan: tunai versus natura.


 Gross method, net method, dan gross-up method.
 Konsep taxable dan deductible terkait dengan unsur-unsur
biaya karyawan.
 Pemberian tunjangan kesehatan
 Pemberian tunjangan dalam bentuk natura
 Rekonsiliasi objek pph pasal 21 dengan unsur-unsur biaya
karyawan:
 Identifikasi atas objek-objek withholding tax.
 Rekonsiliasi SPT masing-masing withholding tax dengan
biaya-biaya yang terkait dengan objek withholding tax.
Penghasilan
1. Foreign exchange loss.
2. Capital expenditure versus revenue expenditure.
3. Pemilihan metode persediaan.
4. Pemilihan metode penyusutan.
5. Menyiasati SE-46/PJ.4/1995
6. Cadangan kerugian piutang tak tertagih.
7. Biaya entertainment.
8. Persyaratan-persyaratan beban promosi sesuai peraturan
perpajakan.
9. Berbagai pengujian untuk menguji kebenaran beban pokok
penjualan.
10. Ekualisasi beban pokok penjualan dan beban operasional
dengan DPP PPN Masukan.
Pengendalian
withholding
PPh withholding lain
• Gross method, net method, dan gross-up
method.
• Konsep taxable dan deductible terkait dengan
unsur-unsur biaya yang dikeluarkan
perusahaan.
• Rekonsiliasi objek pph withholding dengan
unsur-unsur biaya seperti sewa, jasa konsultasi
• Identifikasi atas objek-objek withholding tax.
• Rekonsiliasi SPT masing-masing withholding tax
dengan biaya-biaya yang terkait dengan objek
withholding tax.
Pengendalian
PPN & PPnBM
PPN

1. Kapan seharusnya mendaftar sebagai PKP?


2. Pengendalian atas faktur pajak keluaran
maupun faktur pajak masukan agar memenuhi
syarat formil dan materil.
3. Tax planning pemilihan tempat pajak terutang.
4. Strategi menghadapi temuan pemeriksa tentang
konfirmasi PPN yang dinyatakan ”tidak ada”.
5. Rekonsiliasi DPP PPN dengan peredaran usaha
dalam SPT PPh Badan.
Pemanfaatan
Insentif Pajak
Fasilitas Perpajakan
Pasal 31A

Wajib pajak yang melakukan Berdasar penetapan PP dapat memperoleh


penanaman modal di bidang – bidang fasilitas berupa:
usaha tertentu. a. Pengurangan penghasilan paling
tinggi 30% dari jumlah penanaman
modal yang dilakukan.
b. Penyusutan dan amortisasi yang
dipercepat (tarif dua kali lebih tinggi).
c. Kompensasi kerugian yang lebih
lama, tetapi tidak lebih dari 10 tahun.
d. Pengenaaan PPh dengan tarif 10%
Wajib pajak yang melakukan atas dividen yang diterima subjek
penanaman modal di daerah – daerah pajak luar negeri, kecuali ditetapkan
tertentu. lebih rendah oleh P3B.
Ketentuan Khusus Atas Fasilitas Perpajakan
PP No. 52 Tahun 2011

 Fasilitas dalam bentuk pengurangan penghasilan sebesar 30% dari


penanaman modal diberikan secara bertahap dalam jangka 6 tahun, dengan
besaran pengurangan 5% dari penaman modal di setiap tahunnya.
 Fasilitas dalam bentuk perpanjangan masa kompensasi kerugian diberikan
jika kegiatan memenuhi persyaratan berikut:
 Penanaman modal dilakukan di kawasan industri dan kawasan berikat.
 Mempekerjakan minimal 500 tenaga kerja Indonesia selama 5 tahun
berturut - turut.
 Penanaman modal memerlukan investasi untuk infrastruktur ekonomi
dan sosial minimal Rp 10.000.000.000,00.
 Mengeluarkan biaya litbang di dalam negeri minimal 5% dari investasi
dalam jangka 5 tahun.
 Menggunakan minimal 70% bahan baku atau komponen produksi
dalam negeri sejak tahun ke – 4.
Untuk setiap satu persyaratan yang dipenuhi, perusahaan berhak atas satu
tahun perpanjangan masa kompensasi.
Fasilitas Perpajakan
Pasal 31E

Memperoleh pengurangan tarif


sebesar 50% dari tarif Pasal 17
(tarif flat 25%). untuk bagian
Wajib pajak badan yang memiliki Penghasilan Kena Pajak dari
nilai peredaran bruto kurang dari
Rp 50.000.000.000,00
Berlaku untuk bagian Penghasilan
Kena Pajak dari bagian penghasilan
bruto sampai dengan Rp
4.800.000.000,00.
Pajak
Internasional
Pajak Internasional

• Konsep dasar perpajakan internasional.


• Konsep juridical versus economic double
taxation.
• Konsep anti-tax avoidance.
• Pengertian dan tujuan penghindaran pajak
berganda (P3B).
• Transfer pricing.
INCOME TAXATION

 GLOBAL INCOME TAXATION


UU PAJAK PENGHASILAN MENGENAKAN PAJAK ATAS
SELURUH PENGHASILAN DARI SETIAP NEGARA DI
SELURUH DUNIA (WORLD-WIDE INCOME)--ZAIN
(2003)
 TERITORIAL INCOME TAXATION
UU PAJAK PENGHASILAN MENGENAKAN PAJAK ATAS
PENGHASILAN YANG DIPEROLEH DALAM DAERAH
YURISDIKSINYA (REGIONAL INCOME)--ZAIN (2003)
KEDUDUKAN HUKUM P3B

 P3B adalah perjanjian antara negara-negara


yang berdaulat sesuai dengan hukum
internasional,
 Negara-negara yang membuatnya wajib
memastikan bahwa P3B dapat diterapkan
dalam hukum domestiknya:
 Terdapat dua aliran dalam menerapkan P3B di
dalam negeri: Monistic Principle dan Dualistic
Principle.

104
PROSES PEMBERLAKUAN P3B

Negosiasi Indonesia
Negara X

Ratifkasi Disepakati: Ratifikasi


Pemarafan 
Penanda-
tanganan

Pertukaran: Instrumen Ratifikasi


Instrumen Ratifikasi:
Berupa Peraturan
Melalui Parlemen? treaty enters
Presiden
Hanya Eksekutif? into force
atau self-executing?

Treaty menjadi bagian


hukum domestik
Treaty
Berlaku
efektif
Latar Belakang
• Setiap negara mempunyai Undang-Undang Perpajakan Tersendiri.
• Sistem Perpajakan yang berlainan menyebabkan Pajak Ganda.
• Untuk mengurangi resiko terjadinya Pajak ganda dan arus modal dari suatu
negara ke negara lain.
• Rekonsiliasi yurisdiksi Pajak dari negara yang bersangkutan (Tax Treaty
atau Tax Convention).
• Dalam Perpajakan Internasional tidak ada ketentuan atau kaidah yang
membatasi hak pemajakan suatu negara terhadap objek pajak dan subjek
pajak luar negeri. Terdapat dua model persetujuan :
a. OECD Model (Organization Cooperation For
Economic Cooperation and Development).
b. UN (United Nations).
• UN model di Indonesia dijadikan acuan utama dalam perundingan P3B
• Persetujuan pada hakekatnya rekonsiliasi dari 2 hukum pajak yang beda
sehingga kedudukannya diatas UU Nasional.
Sistem Perpajakan Internasional
• Setiap negara mengatur perlakuan pajak OP dan Badan yang beraktivitas di
Luar Negeri atau sebaliknya.
• Sistem Perpajakan Internasional berbeda satu negara dan lainnya tetapi
beberapa prinsip terdapat kesamaan pengertian perpajakan.
• Kesamaan Pengertian dirumuskan dalam P3B.
• Kebanyakan negara menganut prinsip Teritorial.
• Perlakuan Teritorial membenarkan aplikasi jurisdiksi pemajakan teritorial
(Sumber Pemajakan).
• Indonesia mengaplikasikan prinsip pemajakan teritorial.
• Indonesia mengenakan Pajak atas Penghasilan Luar Negeri yang diperoleh OP
dan Badan Indonesia (WPDN).
• Norma dalam Sistem Perpajakan Internasional yang diterima dan diikuti secara
global yaitu untuk:
 Menyerahkan hak pemajakan utama (Primary Taxing Right) kepada negara sumber.
 Mempertahankan wewenang pemajakan residual (Residual Tax Claim) kepada
negara domisili.
Manfaat dan Tujuan ketentuan Pajak
Internasional

• Pajak Internasional memuat ketentuan pajak internasional yang merujuk


pada aspek internasional dari ketentuan perpajakan suatu negara.
• Aspek Internasional dari sistem perpajakan negara yang utama adalah
P3B (Tax Treaty).
• P3B bersifat membatasi hak pemajakan negara para pihak. Tidak
mengenakan atau meringankan beban pajak.
• Cara lain selain P3B yaitu kerjasama ekonomi, kontrak bagi hasil.
• Ketentuan Pajak Internasional meliputi 2 dimensi luas:
– Pemajakan terhadap WPDN atas Penghasilan Luar negeri.
– Pemajakan terhadap WPLN atas Penghasilan dari Dalam Negeri
(Domestik).
Tujuan Ketentuan Pajak Internasional.

• Memperoleh bagian penerimaan dari transaksi lintas perbatasan


secara adil.
• Meningkatkan keadilan (fairness) dalam perpajakan.
• Memperkuat daya saing ekonomi domestik.
• Netralisasi ekspor modal (Capital Export Neutrality) dan netrality
impor modal.
Penghasilan Kena Pajak.

• Dalam UU KUP maupun UU PPh tidak memberikan pengertian Badan


secara konsepsional.
• Pengertian Badan digunakan pendekatan daftar (Listing Approach).
Sedangkan pada KUP mendasarkan pada keperluan administrasi
pengenaan pajak.
• Dari Source Concept of Income menjadi Accretion Concept of Income
atau Komprehensif (Comprehensive Concept of Income).
• Dalam Pengertian Income terdapat 4 unsur :
1. Pengakuan (Income Recognition).
2. Cakupan Geografis (Geographical Source of Income).
3. Pemanfaatan.
4. Sifat Pengertian.
Pajak Daerah
JENIS PUNGUTAN

PAJAK
PPN & PPnBM PBB BEA MATERAI
PENGHASILAN

CUKAI BEA MASUK

ENTITAS
BISNIS

PAJAK
RETRIBUSI
DAERAH
PAJAK DAERAH
 Pemerintah Propinsi
 Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air
 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di
Atas Air
 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dan
 Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah
dan Air Permukaan

 Pemerintah Kotamadya / Kabupaten


 Pajak Hotel dan Restoran
 Pajak Hiburan dan Reklame
 Pajak Penerangan Jalan
 Pajak Penggalian Bahan Galian Golongan C
 Pajak Parkir
RETRIBUSI DAERAH
 Jasa Umum
 Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akte Catatan Sipil
 Pelayanan Pemakaman & Pengabuan Mayat
 Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
 Pelayanan Pasar
 Pengujian Kendaraan Bermotor
 Pemisahan Alat Pemadam Kebakaran
 Penggantian Biaya Cetak Peta
 Pengujian kapal Perikanan
RETRIBUSI DAERAH…..
 Jasa Usaha
 Pemakaian Kekayaan Daerah
 Pasar Grosir dan atau Pertokoan
 Tempat Pelelangan
 Terminal
 Tempat Khusus Parkir
 Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa
 Penyedotan Kakus
 Rumah Potong Hewan
 Pelayanan Pelabuhan Kapal
 Tempat Rekreasi dan Olah Raga
 Penyebaran di Atas Air
 Pengolahan Limbah Air
 Penjualan Produksi Usaha Daerah
RETRIBUSI DAERAH
 Perijinan Tertentu
 Izin Mendirikan Bangunan
 Izin Tempat Penjualan Minuman Berakohol
 Ijin Gangguan
 Ijin Trayek
Soal 1

Makan siang bagi seluruh pegawai yang diterima oleh


karyawan akan bersifat...
a. Menambah penghasilan karyawan dan dapat dibebankan pemberi
kerja.
b. Tidak menambah penghasilan karyawan dan dapat dibebankan
pemberi kerja.
c. Menambah penghasilan karyawan dan tidak dapat dibebankan
pemberi kerja.
d. Tidak menambah penghasilan karyawan dan tidak dapat
dibebankan pemberi kerja.

B. Makan siang bagi seluruh pegawai


bersifat non taxable bagi karyawan dan
deductible bagi pemberi kerja.
Soal 2

Dalam melakukan tax planning perlu memperhatikan keberadaan


hubungan istimewa. Hubungan istimewa dianggap ada apabila OP saling
memiliki hubungan keluarga...
a. Sedarah atau semenda dalam garis keturunan lurus.
b. Sedarah atau semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat.
c. Sedarah atau semenda dalam garis keturunan lurus atau ke samping.
d. Sedarah atau semenda dalam garis keturunan lurus atau ke samping
satu derajat.

D. Hubungan istimewa meliputi hubungan keluarga


sedarah atau semenda dalam garis keturunan
lurus atau ke samping satu derajat.
Soal 3
WP dapat melakukan penghematan pajak dengan mempercepat
pemeriksaan dengan memperoleh pengembalian pendahuluan
kelebihan pembayaran pajak. WP dengan kriteria tertentu berhak
diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak,
atas pertimbangan...
a.Skala usaha WP yang masih kecil, guna menstimulasi penambahan
PKP berstatus UMKM.
b.Kekhususan akibat sifat usaha WP yang menyebabkan
pengembalian kelebihan lama dipulihkan melalui kompensasi
pengkreditan.
c. Pemberian insentif bagi WP yang berkegiatan usaha di daerah
tertinggal.
d.Kepatuhan WP dalam melaporkan SPT Masa.
D. WP dengan kriteria tertentu merupakan WP
yang memiliki kepatuhan pelaporan SPT Masa dan
berbagai ketentuan formal lain.
Soal 4

Dalam melakukan perencanaan pajak, perlu


memperhatikan sanksi pidana akibat dari pelanggaran
ketentuan perpajakan. Berikut merupakan tindakan yang
dapat dikenai sanksi pidana, kecuali…
A. Terlambat menyampaikan SPT.
B. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan.
C. Menyampaikan SPT yang isinya tidak lengkap.
D. Menyampaikan SPT yang isinya tidak benar.

A. Terlambat menyampaikan SPT bukan


merupakan tindak pidana.
Soal 5

Perencanaan pajak dilakukan dengan mengupayakan agar


beban yang dapat dikurangkan optimal. Sumbangan yang
tidak dapat dikurangkan dari penghasilan adalah yang
diberikan terhadap…
A. Bencana nasional.
B. Kegiatan sosial.
C. Fasilitas pendidikan.
D. Pembinaan olahraga.
B. Sumbangan bencana nasional, fasilitas
pendidikan, dan pembinaan olahraga besifat
deductible.
Soal 6

Natura berupa pakaian keselamatan kerja yang diharuskan


akibat sifat pekerjaan merupakan natura yang...
A. Dapat dibebankan oleh perusahaan.
B. Tidak dapat dibebankan oleh perusahaan.
C. Menambah penghasilan karyawan.
D. Menambah penghasilan karyawan, apabila diberikan
oleh Wajib Pajak (WP) yang dikenai deemed profit.

A. Pakaian keselamatan kerja yang diharuskan


akibat sifat pekerjaan bersifat deductible bagi
pemberi dan non taxable bagi penerima.
Soal 7

Biaya berikut dapat dikurangkan dari penghasilan Bentuk


Usaha Tetap (BUT), kecuali...
A. Biaya terkait penjualan kantor pusat yang serupa
penjualan BUT.
B. Biaya terkait penghasilan kantor pusat sepanjang ada
hubungan efektif antara BUT dengan penghasilan.
C. Biaya administrasi kantor pusat berkaitan dengan usaha
atau kegiatan BUT.
D. Biaya sewa BUT kepada kantor pusat.
D. Biaya sewa BUT kepada kantor pusat bersifat
non deductible.
Soal 8

Perolehan aset akibat pemecahan usaha bagi entitas yang


baru dibentuk diukur berdasarkan...
A. Nilai sisa buku.
B. Nilai wajar.
C. Nilai yang ditetapkan Dirjen Pajak.
D. Nilai sisa yang telah disusutkan sesuai penyusutan
fiskal
B. Aset diperoleh akibat pemecahan usaha
diukur berdasarkan nilai wajar bagi penerima.
Soal 9
Menkeu atau Dirjen Pajak memiliki kewenangan menetapkan perihal
berikut, kecuali...
A. Besarnya perbandingan antara utang dan modal perusahaan.
B. Saat diperolehnya dividen oleh WPDN atas semua penyertaan
modal pada badan usaha di luar negeri yang tidak diperdagangkan
di bursa efek.
C. Besarnya penghasilan bagi WP yang terlibat transaksi dengan WP
lain dengan hubungan istimewa.
D. Subjek yang dianggap melaksanakan pengalihan saham special
purpose company di tax haven country.

B. Menkeu berwenang menetapkan saat diperolehnya


dividen oleh WPDN atas penyertaan modal pada badan
usaha di luar negeri yang tidak diperdagangkan di bursa
efek apabila memiliki kepemilikan minimal 50%.
Soal 10

Syarat agar WP Badan memperoleh penurunan tarif 5% adalah...


A. Minimal 40% dari modal disetor, diperdagangkan di bursa efek di
Indonesia.
B. Dimiliki oleh minimal 300 pemegang saham dengan kepemilikan
masing – masing maksimal 5%, selama periode 6 bulan dalam satu
tahun.
C. Salah satu syarat (a) atau (b) dipenuhi.
D. Kedua syarat (a) dan (b) dipenuhi.

C. WP Badan memperoleh penurunan tarif 5% apabila


minimal 40% dari modal disetor, diperdagangkan di
bursa efek di Indonesia, atau dimiliki minimal 300
pemegang saham dengan kepemilikan maksimal 5%,
selama periode 6 bulan.
SOAL 11

Penilaian persediaan yang tidak perkenankan menurut ketentuan pajak:


A. LIFO
B. FIFO
C. Weighted Average
D. Average

A
SOAL 12

Ketentuan atas aset yang diperoleh untuk diberikan sebagai fasilitas


jabatan adalah...
A. Biaya pemeliharaan diakui sebesar 100%.
B. Biaya pemeliharaan tidak dapat dibebankan.
C. Biaya pemeliharaan dibebankan 50%.
D. Biaya pemeliharaan dibebankan seluruhnya.

C
SOAL 13

Menurut PSAK 14, persediaan pada tanggal pelaporan dinilai


berdasarkan mana yang lebih rendah antara nilai perolehan (cost) atau
nilai realisasi bersih (NRV). Bagaimana penilaian untuk persediaan
menurut pajak?
A. Sesuai dengan ketentuan PSAK
B. Menggunakan nilai realisasi bersih
C. Menggunakan nilai wajar
D. Menggunakan harga perolehan

D
SOAL 14

Syarat penilaian kembali aset adalah sebagai berikut, kecuali...


A. Memperoleh izin Menkeu.
B. Mempergunakan jasa penilai.
C. Dilaksanakan paling cepat setiap 5 tahun sekali.
D. Tidak boleh dialihkan dalam jangka 5 tahun.

D
SOAL 15

Amortisasi atas perolehan hak penambangan tembaga mengacu kepada


ketentuan berikut...
A. Mempergunakan metode satuan produksi.
B. Mempergunakan metode garis lurus.
C. Mempergunakan metode saldo menurun berganda.
D. Mempergunakan metode garis lurus atau saldo menurun berganda.

A
SOAL 16

Perolehan aset akibat pemecahan usaha bagi entitas yang baru dibentuk
diukur berdasarkan...
A. Nilai sisa buku.
B. Nilai wajar.
C. Nilai yang ditetapkan Dirjen Pajak.
D. Nilai sisa yang telah disusutkan sesuai penyusutan fiskal.

B
SOAL 17

Nilai sisa buku akan dipergunakan sebagai nilai perolehan, apabila aset
diperoleh melalui...
A. Sumbangan keagamaan bersifat wajib.
B. Warisan.
C. Opsi A dan B benar.
D. Opsi A dan B salah.

C
SOAL 18

Manakah pernyataan yang tepat terkait dengan nilai sisa?


A. Nilai sisa mengurangi harga perolehan dalam perhitungan depresiasi
fiskal
B. Nilai sisa merupakan beda permanen dalam rekonsiliasi fiskal
C. Nilai sisa merupakan temporer dalam rekonsiliasi fiskal
D. Nilai sisa relevan dalam perhitungan depresiasi fiskal

C
SOAL 19

Motivasi utama WP melakukan penilaian kembali dari sisi fiskal adalah...


A. Memiliki nilai aset yang rendah dalam LPK fiskal.
B. Memiliki nilai aset yang tinggi dalam LPK fiskal.
C. Memiliki beban depresiasi yang rendah dalam LLR fiskal.
D. Memiliki beban depresiasi yang tinggi dalam LLR fiskal.

C
SOAL 20

Perlakuan terhadap sisa lebih nilai hasil penilaian kembali adalah...


A. Diperhitungkan sekaligus sebagai deductible expense.
B. Diperhitungkan sekaligus sebagai non deductible expense.
C. Diperhitungkan sebagai objek pajak.
D. Diperhitungkan sebagai non objek pajak.

C
Contoh Soal
PT. ABC merencanakan akan melakukan penggabungan dengan PT. XYZ,
dimana pada tanggal efektif penggabungan tersebut, PT. ABC akan mengambil
alih seluruh harta dan menanggung semua kewajiban dari PT. XYZ. Adapun
perhitungan dari transaksi tersebut adalah sebagai berikut :
NO. URAIAN HARGA JUAL NILAI BUKU
(MILYAR) (MILYAR)
1. Aktiva lancar 500 500
2. Aktiva tetap (bersih) 2.000 1.750
3. Aktiva lain 100 50
4. Harga beli kotor (1 | 2 | 3) 2.600 2.300
Dikurangi :
5. Kewajiban yang diambil alih 600 600
6. Harga beli bersih (4-5) 2.000 1.700
Pertanyaan :
Bagaimana aspek PPh dilihat dari sisi PT. ABC dan PT. XYZ apabila :
1. Transaksi pengambilan harta tersebut dilakukan dengan pembayaran tunai (cash for
assets)
2. Transaksi pengambil alihan harta tersebut dilakukan dengan pembayaran saham
(stock for assets)
Dwi Martani - 081318227080
martani@ui.ac.id atau dwimartani@yahoo.com
http://staff.blog.ui.ac.id/martani/ 138

Das könnte Ihnen auch gefallen