Sie sind auf Seite 1von 22

NAMA : SAEPUDIN RAHMAN

NIM : 025 SYE 17


Landasan teori
A. anatomi prostat

kelenjar prostat merupakan slah satu organ


dalam sistem reproduksi pria.
prostat merupakan jaringan yang fibromus-
kular dan grandular untuk orang dewasa
dan terletak di bagian bawah vesika urinaria
dan tepat di sekelilingi pangkal uretra serta
dapat di raba permukaannya dengan jari
melalui anus.
Kelenjar tumbuh pada bulan ke-3 kehidupan janin,
dari lahir sampai masuk kanak-kanak kelenjar ini tetap
kecil,baru pada masa pubertas seseorang peria remja
akan memiliki kelenjar prostat sebesar kurang lebih 20-
25 gram, bentuknya seperti buah kemiri dengan warna
kemerahan dan mendapatkan aliran darah dari arteri
haemoidalis media, arteri pudenda interna dan kembali
melalui vena fleksus plevic dan vena hypogastrike
serta di persarafi oleh nervus pudenda.
 Fungsi kelenjar prostat:

1.Memproduksi dan menyimpan cairan semen.

2.Mendorong, merangsang atau mengntarkan

sperma.

3.melindungi kehidupan sperma.


B. Pengertian hipertropi prostat

begina prostat hiperplasi (BPH) adalah pembearan jinak

kelenjar prostat, di sebabkan oleh karena hiperplasi bebe-

rapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan

kelenjar/ jaringan fibromuskuler yang menyebabkan

penyumbatan uretra pars prostatika (Lab/ UPF ilmu

bedah rsud dr.sutomo, 1994).


C. Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sek-
arang belum di ketahui. Namun yang pasti kelenjar
prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor
lain yang erat denagan BPH adalah proses penuaan ada
beberapa faktor kemungkinan antara lain:
a. dihydrotestosteron
b. perubahan keseimbangan hormon estrogen
c. interaksi stroma
d. berkurangnya sel yang mati
e. teori sel stem
D. Tanda dan gejala
gejala klinis yang di timbulkan oleh begine prostat
hyperplasia di sebut dengan syndroma prostatisme,
syndroma prostatisme di bagi menjadi dua yaitu:
1. gejala obstruktif yaitu :
a. hesitansi yaitu mulai kencing yang lama di sertai
dengan mengenjan.
b. intermitency yaitu terputus putusnya aliran kencing
c. terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir
kencing.
d. pancaran lemah
e. rasa tidak puas setelah kencing
2. gejala iritasi yaitu :

a. urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang

sulit di tahan.

b. frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari

biasanya dapat terjadi pada malam hari (Noctur-

ia) dan pada siang hari.

c. disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.


 Komplikasi

> Retensi urin


> Infeksi saluran kemih
> Involusi kontraksi kandung kemiih
> Refluk kandung kemih
> Hidroureter dan hidronefrosis
> Gagal ginjal
> Hematuri
> Hernia atau hemoroid
OPERASI :
Penatalaksnaan 1. Pembedahan
2. Pembedahan terbukka
3. Pembedahan endourologi
4. TURP (trausetra reseksi prostat)
Terapi:
5. Elektrovaprosi prostat
1. Watchful waiting
6. Laser prostatektomi
2. Medikamnetosa
7. Tindakan invasive minimal
8. Stent
9. HIFU (Highintesty focused ultrasound)
10. Control berkala
Pemeriksaan diagnostik
 Pemeriksaan rectal
 Urinalisis
 Serum kreatnin
 Serum PSA
 Radiologis
 Pemeriksan darah lengkap
 Residual urine
 Urodinamic
 USG
 Cytourethoskop
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
 Indentitas klien
 Keluhan utama
 Riwayat kesehatan
 Pola fungsi kesehatan
 Pemeriksaan fisik
 Data fokus
Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum : keadaan penyakit, kesadaran, suara bicara,
pernafasan , tekanan darah, suhu tubuh , nadi.
 Sistem pernafasan : pada pemeriksan ini ,apakah ada
pencembungan atau penarikan , pergerakan bagaimana , suara nafasnya ,
apakah ada suara tambahan seperti ronchi atau wheezing
 Sistem kardiovaskuler : bagaimana pulsasi jantung (tampak atau
tidak) bagaimana dengan iktus atau getarnya.
 Sistem persyarafan : pada daerah kaudal akan mengalami
kelumpuhan (relaksasi otot)
 Sistem perkemihan : setelah di lakukan tindakan TURP klien akan
mengalami hematuri. Retensi dapat terjadi apabila kateter tersumbat bekuan
darah.
 Sistem pencernaan : bagaimana bentuk abdomen pasien, paa klien
dengan keluhan retensi umumnya pada penonjolan kandung kemih pada
supra pubik. Apakah ada nyeri tekan , turgornya bagaimana pada klien
biasanya terdapat hermia atau hemoroid.
 sistem moskoloskletal : apakah ada pembengkakan pada sendi,
pada sekitar pemasangan infuuus ada tanda infeksi seperti merah atau
bengkak atau nyeri tekan, bentuk tulang belakang bagaimana.
Pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan laboratorium

 Pemeriksaan uroflowmetri

 Pemeriksaan imaging

 Pemeriksaan CT-scan dan MRI

 Pemeriksaan sistografi
Diagnosa keperawatan
 Nyeri akut b/d agens penyebab cidera karena adanya pembesaran kelenjar prostat.

 Retensi urin b/d peningkatan tekanan ureter dan ketidakmampuan kandung kemih untuk
berkontraksi secara adekuat.
 Gangguan eliminasi urin b/d obstruksi anatomik yang abnormal karena adanya
pembesaran kelenjar prostat.
 Gangguan pola tidur b/d sering terbangun malam hari karena adanya gangguan eliminasi
urin (retensi urin)`
 Ansietas b/dperubahan status kesehatan karena penyakit BPH (begina prostat
hyperplasia)
 Kurang pengetahuan b/d kondisi progonispenyakit dan kebutuhan pengobatan BPH
(begina prostat hiperplasia).
Intervensi keperawatan
 Setelahh di lakukan tindakan asuhan keperawatan 3 kali 24 jam di harapkan nyeri
berkurang/hilang.
KH. Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang, skala nyeri 0-3 klien menjadi
tenang / rileks.
 Setelah dii lakukan tindakan keperawatan selama 3 kali 24 jam di harapkan mobilitass
di tempat tidur dapat di lakukan secara mandiri
 Setelahh di lakukan tindakan asuhan keperawatan 3 kali 24 jam di harapkan tidak
terjadi infeksi pada luka bekas oprasi.
KH : tidak ada tanda-tanda infeksi (kemerahan , pus, nyeri, bengkak)
 Setelahh di lakukan tindakan asuhan keperawatan 3 kali 24 jam di harapkan pola
istirahat tidur pasien kembali normal
Implementasi
 Mengobservasi ttv, mengkaji tingkat nyeri, mengajarkan teknik nafas
dalam, memberikan terapi analgesic dengan hasil nyeri dapat di atasi
skla nyeri 1-3.
 Mengobservasi tingkat ketergantungan, mengajarkan rom,
menganjurkan tirah baring, meltih gerak aktif dengan hasil klien
mampu mengubah posisi secara mandiri.
 Mengobservasi tanda-tanda infeksi, melakukan perawatan luka
dengan prinsip steril.
Evaluasi

 Klien mengatakan nyeri sudah berkurang dan tampak


rileks

 Klien mengatakan sudah mampu mengatur posisi secara


mandiri, dan melakukan aktifitas normal dengan mandiri

 Klien mengatakan luka pada bekas oprasi sudah berkurang


nyeri nya ,klien tampak rileks
Daftar pustaka
Capenito, lynda juall, (2000), buku saku diagnosa keperwatan

(terjemahan). Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.

Carpenito, lynda juall ,(2000). Rencana asuhan dan dokumentasi

Keperawatan. Edisi 2. (terjemahan).penerbit

Buku kedokteran EGC. Jakarta .

Doenges, M.E, Marry, F.M and alice, C.G 2000. rencana asuhan

Keperawatan: pedoman untuk pendokumentasian

Perawatan pasien. Jakarta, penerbit buku kedokteran EGC.

Das könnte Ihnen auch gefallen