Sie sind auf Seite 1von 32

Osteomieliti

s
Aramadhandia

Mohammad Haryanto
30101206574

30101306997

Nabilla Turista Lastanta 30101206697


ANATOMI DAN FISIOLOGI TULANG
FISIOLOGI TULANG
✘ Mendukung jaringan tubuh dan memberikan
bentuk tubuh
✘ Melindungi organ tubuh dan jaringan lunak
✘ Memberikan pergerakan
✘ Membentuk sel-sel darah merah di dalam
sum-sum tulang belakang
✘ Menyimpan garam mineral (kalsium dan
fosfor).
Osteomielitis
Osteomielitis berasal dari kata osteon yang
berarti tulang dan myelo yang berarti sum-sum,
yang dikombinasikan dengan itis yang berarti
inflamasi.

Osteomielitis merupakan suatu proses


keradangan tulang baik akut maupun kronik.
Osteomielitis biasanya disebabkan oleh bakteri,
tapi bisa juga karena jamur.
Osteomielitis masih merupakan permasalahan dinegara kita
karena:
✘ Tingkat higienis yang masih rendah dan pengertian
mengenai pengobatan yang belum baik
✘ Diagnosis yang sering terlambat sehingga biasanya berakhir
dengan osteomielitis kronis
✘ Fasilitas diagnostik yang belum memadai di puskesmas
✘ Angka kejadian tuberkulosis di Indonesia pada saat ini masih
tinggi sehingga kasus – kasus tuberkulosis tulang dan sendi
juga masih tinggi
✘ Pengobatan osteomielitis memerlukan waktu yang cukup
lama dan biaya tinggi
✘ Banyaknya penderita dengan fraktur terbuka yang datang
terlambat dan biasanya datang dengan komplikasi
osteomielitis
Etiologi
• Stafilokokus aureus Infeksi dapat terjadi
• Stafilokokus hemolitikus secara:
• Hemofilus influenza ✘ Hematogen, dari fokus
• B. Colli, yang jauh seperti kulit
dan tenggorokan
• B.Aerogenus kapsulata,
• Pneumokokus,
✘ Kontaminasi dari luar:
fraktur terbuka dan
• Salmonella tifosa,
tindakan operasi pada
• Pseudomonas aerogenus, tulang
• Proteus mirabilis,
✘ Perluasan infeksi
• Brucella, dan bakteri jaringan ke tulang di
anaerobik yaitu Bakteroides
dekatnya
Faktor predisposisi
✘ Umur, terutama mengenai bayi dan anak-anak
✘ Jenis kelamin, lebih sering pada laki-laki
daripada wanita dengan perbandingan 4:1.
✘ Trauma, hematogen akibat trauma pada
daerah metafisis, merupakan salah satu faktor
predisposisi terjadinya osteomielitis
hematogen akut.
✘ Lokasi, osteomielitis hematogen akut sering
terjadi pada daerah metafisis karena daerah
ini merupakan daerah aktif tempat terjadinya
pertumbuhan tulang.
✘ Nutrisi, lingkungan dan imunitas yang buruk
Gambaran osteomielitis
berdasarkan stadium
✘ Stadium Peradangan: Perubahan awal ✘ Stadium pembentukan tulang baru: Tulang
adalah reaksi radang akut dengan baru terbentuk dari bagian dalam dari
gangguan vaskuler, cairan eksudat, periosteum yang terlepas,ini merupakan ciri
dan infiltrate leukosit PMN. Tekanan infeksi piogenik dan biasanya terlihat jelas
intraosseus meningkat secara cepat, pada akhir minggu ke dua.
menyebabkan semakin sering Seiring perjalanan waktu, tulang baru
kesakitan, obstruksi peredaran dan menebal dan membentuk involukrum yang
trombosis intravaskuler. Sering pada berdekatan dengan jaringan yang terinfeksi
stadium awal jaringan iskemik harus dan sekuestrum. Jika infeksi, pus dan tulang
diobati segera. sekuestrum yang tipis bertahan/menetap
✘ dapat berlanjut menjadi perforasi pada
Stadium Supurasi: Pada 2-3 hari,
involukrum dan melalui saluran menuju ke
terbentuk pus berada di dalam tulang
permukaan kulit, pada kondisi ini dikenal
dan memaksa menuju permukaan
osteomielitis kronis.
melalui kanal Volkmann dimana akan
terbentuk subperiosteal abses. Dari ✘ Stadium resolusi dan penyembuhan: “Once
situ pus ini akan menyebar sepanjang osteomyelitis, osteomyelitis forever”. Jika
tepi tulang, untuk masuk kembali ke infeksi ini dikendalikan dan tekanan
tulang pada daerahlainnya, atau intraosseus dibebaskan pada stadium awal,
menyebar melalui jaringan lunak yang maka perkembangan ini dapat dicegah.
mengelilinginya.
✘ Stadium Nekrosis: Peningkatan
intraosseus, vaskular statis, trombosis,
dan periosteum yang terlepas
TENGKORAK
OSTEOMIELITIS PADA TULANG LAIN
Biasanya
osteomielitis pada
tulang tengkorak
terjadi sebagai
akiebat perluasan
infeksi di kulit kepala
atau sinusitis
frontalis. Proses
destruksi setempat
atau difus. Reaksi
periosteal biasanya
tidak ada atau sedikit
sekali. Di bawah ini
adalah gambaran CT
Scan kepala pada
pasien Gambaran radiologisdengan
osteomielitis
osteomielitis pada tulang tengkorak
Pelvis

Gambar 2.14. Osteomielitis pada tulang pelvis; pada MRI


potongan koronal tampak osteomielitis luas dengan artritis
seprik pada pinggul kanan (*), tampak dislokasi pada pinggul
kanan dan gas dalam sendi akibat komunikasi dari ulkus
dekubitus luas (tanda panah)
Osteomielitis pada Tulang Belakang

Gambar 2.15. Radiografi


osteomielitis pada tulang belakang;
tampak abses prevertebral (*) dan
destruksi pada area diskus T9-10
yang juga meluas hingga kanalis
spinalis
B. Pemeriksaan Radiologi
Foto Polos
Pada Osteomyelitis awal,
tidak ditemukan kelainan
pada pemeriksaan
radiograf. Setelah 7-10 hari,
dapat ditemukan adanya
area osteopeni, yang Osteomielitis lanjut pada seluruh
mengawali destruksi tibia dan fibula kanan. Ditandai
dengan adanya gambaran
cancellous bone. sekuestrum (panah).
✘ Ultrasound
Berguna untuk mengidentifikasi efusi sendi dan
menguntungkan untuk mengevaluasi pasien
pediatrik dengan suspek infeksi sendi panggul.
Teknik sederhana dan murah telah menjanjikan,
terutama pada anak dengan Osteomyelitis akut.
Ultrasonografi dapat menunjukkan perubahan
sejak 1-2 hari setelah timbulnya gejala. Kelainan
termasuk abses jaringan lunak atau kumpulan
cairan dan elevasi periosteal. Ultrasonografi
memungkinkan untuk petunjuk ultrasound
aspirasi. Tidak memungkinkan untuk evaluasi
korteks tulang.
✘ Radionuklir
Jarang dipakai untuk mendeteksi Osteomyelitis
akut. Pencitraan ini sangat sensitif namun tidak
spesifik untuk mendeteksi infeksi tulang.
Umumnya, infeksi tidak bisa dibedakan dari
neoplasma, infark, trauma, gout, stress fracture,
infeksi jaringan lunak, dan artritis. Namun,
radionuklir dapat membantu untuk mendeteksi
adanya proses infeksi sebelum dilakukan prosedur
invasif dilakukan.
✘ CT Scan
CT scan dengan potongan koronal dan sagital
berguna untuk menidentifikasi sequestra pada
Osteomyelitis kronik. Sequestra akan tampak lebih
radiodense dibanding involukrum disekelilingnya
✘ MRI
✘ MRI efektif dalam deteksi dini dan lokalisasi
operasi osteomyelitis. Penelitian telah
menunjukkan keunggulannya dibandingkan
dengan radiografi polos, CT, dan scanning
radionuklida dan dianggap sebagai
pencitraan pilihan. Sensitivitas berkisar
antara 90-100%. Tomografi emisi positron
(PET) scanning memiliki akurasi yang mirip
dengan MRI.
Diagnosis banding
Osteo Sarkoma
Kebanyakan penderita berumur
antara 10-25 tahun. Paling
sering ditemukan sekitar lutut,
yaitu lebih dari 50 %. Tulang –
tulang yang sering terkena
adalah femur distal, tibia
proksimal, humerus proksimal,
dan pelvis. Pada tulang
panjang, tumor biasanya
mengenai bagian metafisis.
Garis epifisier merupakan
barrier dan tumor jarang
menembusnya.
Gambar 2.16. Radiografi dan spesimen periosteal osteosarkoma
Gambaran radiologik tampak
femur proksimal anteroposterior dan lateral; pada wanita 67 tahun
destruksi tulang yang berawal dengan periosteal osteosarkom
pada medula dan terlihat
sebagai daerah yang
radiolusen dengan batas yang
tidak tegas. Pada stadium dini
Sarkoma Ewing
Tumor ganas primer ini paling
sering mengenai tulang
panjang. Kebanyakan diafisis.
Tulang yang juga sering
terkena adalah pelvis dan
tulang iga. 75% dari penderita
di bawah umur 20 tahun,
paling sering antara 5-15
tahun.
Gambaran radiologik tampak lesi
destruksi yang bersifat infiltrat
yang berawal di medula, pada Gambar 2.17 Radiografi fibula sinistra anteroposterior
dan lateral; pada anak perempuan usia 7 tahun dengan
foto terlihat sebagai daerah- Sarkoma Ewing
daerah radiolusen. Tumor
cepat merusak korteks dan
tampak reaksi periosteal,
sebagai garis-garis yang
berlapis-lapis menyerupai kulit
bawang (onion peel
appearance). Tumor membesar
dengan cepat, biasanya dalam
beberapa minggu tampak
Prognosis

✘ Setelah mendapatkan terapi, umumnya Osteomyelitis akut


menunjukkan hasil yang memuaskan. Prognosis Osteomyelitis
kronik umumnya buruk walaupun dengan pembedahan, abses
dapat terjadi sampai beberapa minggu, bulan atau tahun
setelahnya. Amputasi mungkin dibutuhkan, khususnya pada pasien
dengan diabetes atau berkurangnya sirkulasi darah. Pada penderita
yang mendapatkan infeksi dengan penggunaan alat bantu prostetik
perlu dilakukan monitoring lebih lanjut. Mereka perlu mendapatkan
terapi antibiotik profilaksis sebelum dilakukan operasi karena
memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mendapatkan Osteomyelitis.
Identitas
Nama : Tn. AS
Umur : 66 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Semarang
Ruang : poli bedah
No RM : 0125xxxx
Anamnesis
Pada kasus ini didapatkan seorang laki –
laki berusia 66 tahun datang ke poli
bedah Rumah Sakit Islam Sultan Agung,
saat ini pasien sedang dirawat di
bangsal b. Izzah 2. Pasien memiliki
keluhan Terdapat luka baru di atas luka
post operasi debridement pada ibu jari
kanan dan amputasi digiti II dan IV pedis
dextra 6 bulan yang lalu nyeri (-), keluar
cairan (+), berbau (+), cairan yang
keluar berwarna keputihan, mobilisasi
(+), makan/minum (menurun/+),
Riwayat Penyakit
• Riwayat penyakit
• Riwayat penyakit keluarga
dahulu
• Riwayat Hipertensi (-)
• Riwayat fraktur
• Diabetes Mellitus (+)
disangkal.
• Alergi (-)
• Riwayat kencing
manis (+) • Asma (-)
• Riwayat Kolesterol • Riwayat penyakit yang
(-) sama di keluarga (-)
• Riwayat asam urat • Riwayat sosial
disangkal ekonomi dan pribadi
• Riwayat darah • Penderita
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik, composmentis

Tanda vital :

•TekananDarah: 130/80 mmHg

•Nadi : 88x/ menit, regulerisi dan tegangan cukup.

•Laju nafas : 20x/ menit,regular

•Suhu : 36,5° C ( aksila )


PEMERIKSAAN FISIK
• Kulit : luka (-), kuning (-), pucat (-).
• Kepala : Mesocephal, pusing (-)
• Mata : Mata merah (-), konjungtiva anemis (-),sclera
ikterik(-), penglihatan kabur (-).
• Telinga : Berdenging (-), kurang pendengaran (-)
• Hidung : Simetris, septum deviasi(-), nafas cuping
hidung(-), mimisan (-), secret (-)
• Mulut : Simetris, sianosis (-), bibir pucat (-), mukosa
hiperemis (-), deviasi lidah (-), l lidah tremor (-), lidah
kotor (-), gusi berdarah (-), stomatitis (-).
PEMERIKSAAN FISIK
• Tenggorokan : Nyeri tenggorokan (-), serak (-), nyeri
telan (-)
• Leher : Deviasi trachea (-), pembesaran thyroid
(-), pembesaran
kelenjar limfe (-).
• Dada : Sesak nafas (-), nyeri dada (-)
• Sistem GI : Mual (+), muntah (+)
• Sistem Muskuloskeletal : Nyeri otot terasa di kaki dan
tangan (-), kemerahan (-),
bengkak (-)
PEMERIKSAAN FISIK - PULMO
INSPEKSI ANTERIOR POSTERIOR

RR :18x/min, Hiperpigmentasi (-), RR : 18x/min, Hiperpigmentasi (-),


Statis Hemithoraks D=S, ICS Normal, Hemithoraks D=S, ICS Normal,
Diameter AP < LL Diameter AP < LL

Pergerakan Hemithorax kanan = kiri Pergerakan hemithorax kanan = kiri


Dinamis Tidak terlihat gerakan otot bantu Tidak terlihat gerakan otot bantu
nafas, retraksi ICS (-) nafas, retraksi ICS (-)

• Palpasi: nyeri (-), tumor (-), • Palpasi: nyeri (-), tumor (-),
pelebaran ICS (-), Sterm fremitus pelebaran ICS (-), Sterm fremitus
Palpasi, perkusi, dan D =S D =S
auskultasi • Perkusi: sonor • Perkusi: sonor
• Auskultasi: Suara nafas dasar • Auskultasi: Suara nafas dasar
vesikuler, ronchi (-) , wheezing (-) vesikuler, ronchi (-) , wheezing (-)

Interpretasi :
PEMERIKSAAN FISIK - COR
INSPEKSI ANTERIOR
Inspeksi Iktus kordis tidak tampak
Pulsus parasternal (-), pulsus epigastrium
Palpasi (-), pulsus sternal lift (-)
Batas kanan : ICS 5 linea sternalis sinistra
Batas kiri : ICS 5 linea midclavicula
sinistra 2cm ke arah medial
Perkusi Batas atas : ICS 2 linea sternalis sinistra
Batas pinggang : ICS 3 linea parasternalis
sinistra
• Mitral : S1 & S2, bising suara jantung
(-)
• Trikuspid : S1 & S2, bising suara jantung
(-)
Auskultasi • Aorta : S1 & S2, bising suara jantung
(-)
Interpretasi :
• Pulmonal : S1 & S2, bising suara jantung
PEMERIKSAAN FISIK - ABDOMEN
INSPEKSI ANTERIOR
bentuk cembung, sikatrik (-), striae
Inspeksi (-), caput medusa (-),
hiperpigmentasi (-), spider nevi (-)
Gerak peristaltik (+)  20 kali/menit,
Auskultasi
bising pembuluh darah (-)
Perkusi 4 regio : timpani
Hepar : pekak (+), liver span dextra
Perkusi 11 cm, sinistra 6 cm
Lien : troube space (-)
Ginjal : nyeri ketok ginjal (-)
Superfisial Nyeri tekan abdomen (-),
Massa (-), defence muscular (-),
Dalam  Nyeri tekan dalam (-)
Palpasi
Organ  Hepar tidak teraba
membesar, lien schuffner (0), ginjal
Interpretasi :
tidak teraba membesar
Hasil Radiologi
Tampak soft tissue swelling pada
phalanx digiti 1
Tampak destruksi dan lesi litik pada
phalanx distal dan proksimal digiti 1
Tampak amputatum phalanx digiti 2
dan 4
Tak tampak dislokasi sendi
Tampak spur calcaneus dextra aspek
posterior

KESAN:
GAMBARAN OSTEOMYELITIS
PHALANX DIGITI 1 PEDIS DEXTRA
- seorang laki – laki berusia 66 tahun datang ke poli bedah Rumah
Kesimpulan
Sakit Islam Sultan Agung, saat ini pasien sedang dirawat di bangsal
b. Izzah 2. Pasien memiliki keluhan Terdapat luka baru di atas luka
post operasi debridement pada ibu jari kanan dan amputasi digiti II
dan IV pedis dextra 6 bulan yang lalu nyeri (-), keluar cairan (+),
berbau (+), cairan yang keluar berwarna keputihan, mobilisasi (+),
makan/minum (menurun/+), BAB/BAK (+/+), Mual (-), Muntah (-),
Pasien memiliki riwayat Diabetes mellitus tipe II
- foto polos extermitas bawah kecil. Pemeriksaan foto polos
osteomielitis dapat dilakukan setelah 10 hari pertama, sebelum hari
itu hanya didapatkan adanya pembengkakan pada sekitar tulang.
Setelah 10 hari pada foto polos osteomielitis didapatkan gambaran
adanya tanda porosis, sklerotik tulang, penebalan periost, elevasi
periosteum, dan mungkin skuestrum.

Hasil pemeriksaan foto polos didapatkan gambaran berupa :


Struktur tulang tampak porotik
Tampak soft tissue swelling pada phalanx digiti 1
Tampak destruksi dan lesi litik pada phalanx distal dan proksimal
TERIMA KASIH

Das könnte Ihnen auch gefallen