Lhokseumawe, mulai Rabu (6/4), menonaktifkan sementara tiga perawatnya, selama berlangsung proses hukum kasus dugaan kesalahan transfusi darah terhadap pasien. Hal itu disampaikan Penanggungjawab RS Arun, Hariadi, kepada Serambi, kemarin. Hariadi menyebutkan, ketiga perawat tersebut dibebastugaskan karena terlibat langsung dalam proses transfusi darah pada pasien bernama Badriah Daud (56), hingga pasien itu mengalami kejang-kejang, koma, bahkan harus menjalani cuci darah (harusnya darah O, ttpi yg diberikan darah B) 1. UU no 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen 2. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran 3. UU no 44/2009 ttg Rumah Sakit 4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Pasal 43 ayat (1) mewajibkan Rumah Sakit menerapkan standar keselamatan pasien Termasuk di dalamnya Yang dimaksud dengan asesmen risiko, identifikasi, dan manajemen risiko keselamatan pasien terhadap pasien, pelaporan (patien safety) adalah dan analisis insiden, proses dalam suatu kemampuan untuk belajar Rumah Sakit yang dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan memberikan pelayanan solusi untuk mengurangi pasien yang lebih aman. serta meminimalisir timbulnya risiko Yang dimaksud dengan insiden keselamatan pasien adalah kesalahan medis (medical error), kejadian yang tidak diharapkan (adverse event), dan nyaris terjadi (near miss) Untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit, Menteri Kesehatan menurut Pasal 3 ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, membentuk Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit Selanjutnya Pasal 8 1. Ketepatan identifikasi pasien; Peraturan Menteri 2. Peningkatan komunikasi yang Kesehatan tersebut efektif; diatas mewajibkan 3. Peningkatan keamanan obat yang setiap Rumah Sakit perlu diwaspadai; untuk mengupayakan 4. Kepastian tepat-lokasi, tepat- pemenuhan Sasaran prosedur, tepat-pasien operasi; Keselamatan Pasien 5. Pengurangan risiko infeksi terkait yang meliputi pelayanan kesehatan;dan tercapainya 6 (enam) 6. Pengurangan risiko pasien jatuh hal sebagai berikut Komite Nasional tersebut Keanggotaan Komite merupakan organisasi ditetapkan dengan nonstruktural dan Keputusan Menteri Kesehatan atas usulan independen dibawah Direktur Jenderal Bina Upaya koordinasi direktorat Kesehatan. Jumlahnya 11 jenderal yang membidangi orang yang terdiri dari unsur rumah sakit, serta Kementerian Kesehatan, bertanggung jawab kepada asosiasi perumahsakitan dan Menteri pakar perumahsakitan Tugas Komite adalah Rumah Sakit dan tenaga memberikan masukan dan kesehatan yang bekerja di pertimbangan kepada Rumah Sakit wajib Menteri Kesehatan dalam melaksanakan program rangka penyusunan dengan mengacu pada kebijakan nasional dan kebijakan nasional Komite peraturan keselamatan Nasional Keselamatan pasien Rumah Sakit Pasien Rumah Sakit 1. Hak pasien; 2. Mendidik pasien dan keluarga; Standar keselamatan 3. Keselamatan pasien dalam pasien menurut kesinambungan pelayanan; 4. Penggunaan metode peningkatan Peraturan Menteri kinerja untuk melakukan evaluasi Kesehatan Nomor dan program peningkatan 1691/Menkes/Per/VI keselamatan pasien; 5. Peran kepemimpinan dalam II/2011 tentang meningkatkan keselamatan pasien; Keselamatan Pasien 6. Mendidik staf tentang keselamatan Rumah Sakit, Pasal 7 pasien;dan ayat (2) meliputi 7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien 1. Membangun kesadaran akan nilai Pasal 9 Peraturan keselamatan pasien; Menteri 2. Memimpin dan mendukung staf; Kesehatan 3. Mengintegrasikan aktivitas tersebut diatas, pengelolaan risiko; Rumah Sakit 4. Mengembangkan sistem pelaporan; melaksanakan 5. Melibatkan dan berkomunikasi Tujuh Langkah dengan pasien; Menuju 6. Belajar dan berbagi pengalaman Keselamatan tentang keselamatan pasien;dan Pasien Rumah 7. Mencegah cedera melalui Sakit yang terdiri implementasi sistem keselamatan dari: pasien Melalui penerapan tujuh langkah tersebut diharapkan hak pasien yang dijamin dalam Pasal 32 Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, terpenuhi. Hak tersebut antara lain untuk memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedural operasional serta layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi Melalui penerapan 1. untuk memperoleh layanan tujuh langkah kesehatan yang bermutu sesuai tersebut dengan standar profesi dan diharapkan hak standar prosedural operasional pasien yang dijamin dalam Pasal 32 Undang- 2. layanan yang efektif dan Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang efisien sehingga pasien Rumah Sakit, terhindar dari kerugian fisik terpenuhi dan materi