Sie sind auf Seite 1von 5

 Endometriosis merupakan kelainan ginekologik jinak yang sering diderita

oleh perempuan usia reproduksi yang ditandai dengan adanya glandula


dan stroma endometrium di luar letaknya yang normal.
 Endometriosis pertama kali diidentifikasi pada pertengahan abad ke-19
oleh Von Rockitansky.
 Endometriosis sering didapatkan pada peritoneum pelvis tetapi juga
didapatkan pada ovarium, septum rektovaginalis, ureter, tetapi jarang
pada vesika urinaria, perikardium, dan pleura.
 Endometriosis merupakan penyakit yang pertumbuhannya tergantung
pada hormon estrogen.
 Endometriosis pada sebagian besar kasus berhubungan dengan
dismenore, dispareunia dan / atau nyeri panggul, dan secara signifikan
dapat mengganggu kualitas hidup wanita yang terkena.
 Prevalensi pada populasi umum sulit untuk ditentukan, sebagian besar
 Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan
endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar kavum
uteri. Jaringan terdiri atas kelenjar-kelenjar dan stroma yang
terdapat di dalam miometrium ataupun di luar uterus. Bila
jaringan endometrium terdapat di dalam miometrium disebut
adenomiosis. Apabila adanya kelenjar dan stroma endometrium
terdapat di luar rongga uterus, seperti di rongga pelvis,
ovarium, kavum Douglas, paru maka disebut endometriosis
eksterna.
 Insiden endometriosis sulit untuk diketahui, karena wanita
dengan penyakit ini tidak menunjukkan gejala. Selain itu,
modalitas pencitraan memiliki sensitivitas rendah. Metode
diagnosis utama adalah laparoskopi, dengan atau tanpa biopsi
atau diagnosis histologis. Dengan menggunakan standar ini,
kejadian tahunan endometriosis yang didiagnosis dengan
pembedahan adalah 1,6 kasus per 1000 wanita berusia antara
15 dan 49 tahun. Pada wanita tanpa gejala, prevalensi
endometriosis berkisar antara 6-11%, tergantung pada
populasi yang diteliti dan cara diagnosis. Namun, karena
kaitannya dengan ertilitas dan nyeri panggul, endometriosis
lebih banyak ditemukan pada subpopulasi wanita dengan
keluhan ini. Dari penelitian, prevalensinya terletak antara 20
hingga 50 persen pada wanita infertil, dan pada mereka yang
 Teori refluks haid dan implantasi sel endometrium di dalam
rongga peritoneum
 Teori koelemik metaplasia, dimana akibat stimulus tertentu
terutama hormon, sel mesotel dapat mengalami perubahan
menjadi sel endometrium ektopik
 Penyebaran melalui aliran darah (hematogen) dan limfogen
 Pengaruh genetik
 Sistem imun

Das könnte Ihnen auch gefallen