Sie sind auf Seite 1von 44

SHOULDER IMPINGEMENT

SYNDROME
Diana Dwi Cahyani
Febri Yudha Adhi Kurniawan
Pembimbing : dr. Widiyatmiko Arifin., Sp. OT

SMF ILMU BEDAH


RSUD WALED KAB CIREBON
FK UNSWAGATI
2019
Anatomi Bahu
Scapula

Anterior
View Posterior
View
Rotator Cuff Muscles
Rotator cuff terdiri dari empat otot, yaitu: m. Subscapularis, m.
Supraspinatus, m. Infraspinatus, dan m. Teres minor serta
muskulotendonnya. M. Subscapularis di persarafi oleh n. Subscapular
yang berasal dari scapula.
Fungsi Anatomis Dari Rotator Cuff
Rotator cuff merupakan pengatur keseimbangan yang dinamis dari
artikulatio glenohumeral.
Sedangkan pengatur keseimbangan statisnya adalah kapsul dan
ligamen-ligamen glenohumeral. Meskipun otot rotator cuff dapat
menimbulkan perputaran, otot tersebut juga dapat menekan kaput
humerus. M. Deltoideus dapat mengabduksikan bahu. Tanpa otot-otot
rotator cuff yang utuh, terutama dalam derajat 60 pertama dari elevasi
humeral, akan menyebabkan migrasi dari kaput humerus yang
menghasilkan subacromial impingement dari rotator cuff
Muscle
Force
Couple
(kekuatan)
Persendian Pada Gelang Bahu :
1) Glenohumeral
2) Suprahumeral
3) Akromioklavikular
4) Scapulokostal
5) Sternoklavikular
6) Costosternal
7) Costovertebral.
Glenohumeral, sternoklavikular, dan akromioklavikular merupakan sendi
artrodial.
Gambar Gerakan skapulotorasik.

Gambar Tes Rotasi


DEFINISI
SHOULDER IMPINGEMENT SYNDROME
Syndrome adalah kumpulan dari gejala-gejala, sedangkan shoulder
impingement menurut Neer adalah menyempitnya celah diantara
acromion dan tuberositas mayor caput humerus sehingga
menyebabkan insertio dari tendon supraspinatus, biceps caput longum
serta bursa subacromialis pada shoulder (Shoulder impingement)
terjepit.
Epidemiologi

Insiden impingement syndrome diperkirakan 11,2 % per 1000 orang/tahun.


Dari sampel 644 orang, 170 (26%) melaporkan setidaknya 70% dengan
subacromial impingement syndrome.
Prevalensi pada tahun 2015 bahwa 75% pasien dengan tendonitis rotator
cuff yang mendasari pelampiasan akromion anterior pada tendon
supraspinatus dan infraspinatus. Pasien pada nyeri bahu pada 66%
perenang, 57% dari pelempar profesional, 44% pemain bola voli dan
20% pelempar lempar tinggi.
Shoulder Impingement Syndrome

Impingement menyebabkan iritasi


mekanis pada tendon cuff,
mengakibatkan perdarahan dan
pembengkakan disebabkan
penggunaan berlebihan atau cedera.
terjadi di bawah coracoacromial dan
lengkungan dari acromion, secara
berkaitan mengarah pada degenerasi
dan menyebabkan robekan pada
tendon rotator cuff.
Gerakan berulang lengan ke
atas
Dapat memicu peradangan
pada tendon dan bursa
Primary shoulder impingement mungkin berkaitan dengan faktor
intrinsik diantaranya, pembebanan berlebih pada subacromial,
kelemahan otot rotator cuff, inflamasi kronik pada tendon rotator cuff
dan bursa subacromialis, nyeri tendon rotator cuff akibat proses
degeneratif, dan pemendekan anterior capsules sehingga
mengakibatkan abnormal gerak translasi kearah antero–superior dari
caput humeri.
Faktor ekstrinsik mungkin juga mempengaruhi, seperti diantaranya:
trauma (direct macrotrauma or repetitive microtrauma), overhead
activity (athletic and nonathletic) atau mungkin juga kelainan postur
tubuh.
• Sedangkan secondary shoulder impingement didefinisikan sebagai
penurunan relatif dari celah atau jarak antara subacromial sehingga
menyebabkan abnormal gerak kinematis scapulothoracal. Secondary
shoulder impingement terjadi ketika rotator cuff terjepit pada posisi
postero-superior tepi glenoidalis dan posisi lengan pada akhir gerakan
(full) abduksi dan eksternal rotasi.
PATOFISIOLOGI
• Pada awalnya, bursa subacromial yang berada di atap rotator cuff,
memungkinkan tendon rotator cuff untuk meluncur mendekati atap
dari bahu tanpa adanya gesekan. Normalnya, caput humerus akan
mendekat ke acromion ketika bahu bergerak, terutama ketika
melakukan gerakan yang mencapai atas kepala. Ketika rotator cuff
mengalami peradangan karena cedera atau penggunaan berlebihan,
atau ketika bursa mengalami peradangan maka kedua tendon dan
bursa yang membengkak akan menjadi terjepit diantara kepala
humerus dan acromion (Shoulder Impingement Syndrome).
Tanda dan Gejala Shoulder Impingement

• Pada inspeksi : ditemukan asymmetric shoulder line, terutama pada


bahu yang mengalami gangguan akan berusaha diposisikan lebih
tinggi dan secara tidak disadari maka tubuh telah melakukan proteksi
pada bagian tubuh yang mengalami presepsi nyeri, namun posisi
tersebut dapat menyebabkan terjadinya ischemia pada tendon dan
berlanjut pada kelemahan otot-otot bahu dan hilangnya stabilitas
glenohumeral Nyeri & nyeri tekan di daerah gleno-humerus
• Nyeri tekan di area sub-acromial
• Ditemukan nyeri painful arc pada gerak shoulder antara 60º-120º
(aktif abduksi-elevasi shoulder) dan adanya reverse scapula humeral
rhythem pada sisi bahu yang mengalami impingement.
• Pada pemeriksaan fungsi gerak dasar (PFGD) aktif, pasif dan
isometrik abduksi bahu maka akan ditemukan nyeri meningkat akibat
adanya profokasi pada jaringan subacromial yang mengalami
peradangan
• Konfirmasi dengan tes khusus (Hawkins impingement test) secara
spesifik pada cidera jaringan subacromialis sehingga hal tersebut dapat
dipastikan sebagai sumber penyebab terjadinya penurunan aktifitas
olahraga dengan posisi lengan berada diatas kepala serta aktifitas
fungsional seperti mandi, menyisir, mengambil dompet di saku,
menulis di papan tulis dan sebagainya
Pemeriksaan untuk menentukan derajat
impingement
Neer impingement sign:
• Mengekstensikan siku lengan dengan penuh.
• Merotasikan lengan ke arah dalam (rotasi interna) dengan posisi ibu jari
menyentuh sisi dari kaki.
• Secara pasif pemeriksa memfleksikan bahu penderita secara perlahan
keatas hingga mencapai sudut 180o.
• Derajat impingement dinilai jika penderita merasakan nyeri pada
derajat ke 90 (ringan), derajat ke 60-70 (sedang), derajat ke ≤ 45 (berat).
Hawkin impingement sign:
Hawkin impingement sign:
• Lengan di fleksikan ke arah depan hingga 90o.
• Siku di fleksikan hingga 90o.
• Pemeriksa memegang siku pasien dengan satu tangan dan tangan lainnya
memegang pergelangan tangan pasien.
• Secara pasif pemeriksa merotasikan bahu ke arah luar (rotasi eksterna).
• (mendekatkan m. Subscapularis ke lengkung coracoacromial)
• Secara pasif pemeriksa merotasikan bahu ke arah dalam (rotasi interna).
• (mendekatkan m. Supraspinatus, m. Teres minor dan m. Infraspinatus)
• Interpretasi: Nyeri yang dirasakan saat bahu dirotasikan menunjukkan otot
rotator cuff mana yang terkena.
Prinsip test ini adalah menusuk tendon agar mendekat ke lengkung
coracoacromial.
Gambar Neer Impingement Sign dan Hawkins Sign
Grade Impingement (menurut carla M.S dan holister A, 2015)
• Impingement syndrome dinyatakan dalam grade 1, 2 dan 3
berdasarkan tingkat tekanan dari tendon
Grade 1
merupakan tekanan yang ringan ditandai dengan sedikit tarikan tanpa
robekan yang jelas pada tendon (robekan mikroskopik).
1) Tidak ada kehilangan kekuatan dan tendon masih dalam panjang
yang normal.
2) Pasien biasanya berusia < 25 tahun (tetapi dapat terjadi pada usia
berapa pun)
3) Nyeri biasanya hilang timbul dengan ada riwayat melakukan
gerakan yang mencapai kepala.
4) Nyeri dirasakan pada saat bahu diangkat 60-120o.
5) Nyeri tekan saat dilakukan palpasi di tuberkulum major
6) Lesi reversibel
7) Nyeri tekan pada tuberositas humerus
8) Nyeri tekan pada pada anterior akromion
9) ROM dapat terbatas dengan peradangan pada sub-acromial
Grade 2
Grade 2 merupakan tekanan sedang ditandai dengan robeknya jaringan
ikat yang merupakan substansi dari tendon.
1) Terjadi penurunan kekuatan dan panjang otot-tendon-tulang
meningkat.
2) Pasien biasanya berusia 25-40 tahun.
3) Nyeri dirasakan ringan sampai sedang dengan riwayat melakukan
gerakan yang mencapai kepala.
4) Biasanya nyeri sudah menggangu jam tidur malam pasien
5) Tidak dapat sembuh dengan modifikasi kegiatan
6) Tanda pada Grade -I menandatangani
- Krepitus jaringan lunak
- Sensasi penangkapan di lengan yang diturunkan (kira-kira 1000)
- Batasan ROM aktif & pasif
Grade 3
Grade 3 merupakan tekanan yang sudah mengakibatkan rupture dari
tendon secara keseluruhan.
1) Pasien merasakan nyeri bahkan saat sedang istirahat/ berbaring
2) Tidak reversibel
3) Tanda-tanda Pada Grade I + II + berikut -
- ROM terbatas lebih jelas
- Atrofi infra-spinatus
- Kelemahan abductor & rotator eksternal
- Keterlibatan tendon bisep
- AC joint tenderness
DIAGNOSIS
• Anamnesis
Pada penderita shoulder impingement syndrome, nyeri merupakan gejala
yang paling umum ditemukan. Tipe nyeri biasanya terjadi pada malam hari
dan nyeri pada waktu siang hari berhubungan dengan penggunaan
berlebihan pada bahu. Karakteristik nyeri pada shoulder impingement
syndrome adalah nyeri yang hebat pada antero-posterior dan lateral bahu,
sepanjang deltoid dan area biceps. Kelemahan dan kaku sendi bahu
merupakan gejala nomor dua setelah nyeri.
• Pemeriksaan fisik
Shoulder impingement syndrome Frozen shoulder merupakan gangguan
pada bursa atau tendon rotator cuff. Pada pemeriksaan fungsi gerak dasar
(PFGD) aktif, pasif dan isometrik abduksi bahu maka akan ditemukan nyeri
meningkat akibat adanya profokasi pada jaringan subacromial yang
mengalami peradangan. Selain itu ada pemeriksaan khusus Neer
impingement sign (passive painful arc manuever). Prinsip test ini adalah
memaksa tuberkulum major untuk mendekat ke acromion anterior.
Merotasikan tendon rotator cuff posterior (infraspinatus dan teres minor) ke
bawah acromion.
Treatment approaches
Modifikasi fungsional
1) Pembatasan gerakan yang dapat menyakitkan
2) Analisis latihan & gerak yang akan membantu dalam modifikasi
program pelatihan
3) Pendekatan logis untuk pembatasan aktivitas & secara bertahap
kembali
4) Aktivitas yang berat tidak boleh diperkenalkan kembali sampai
bebas dari rasa sakit
Pendekatan farmakologis

1) Obat antiinflamasi oral


2) Steroid subakromial pada tahap inflamasi dini
Penatalaksanaan Konservatif
• Bed rest
• Kompres air es untuk menghilangkan sakit
• Menghentikan aktifitas yang menyakitkan
• Terapi fisik
Range of movement.
Memperkuat otot bahu.
Latihan peregangan

Pectoralis Internal
Posterior Rotator
Complex
Latihan penguatan

Adductor
Strengthening
Deltoid Extensor
Strengthening Strengthening
Lateral Rotator
Strengthening
Medial Rotator
Strengthening
Mechanical correction
taping
Kinesio-taping for
impingement

2
1
4

3
Arthroscopic surgery or open acromioplasty
Either open or arthroscopic acromioplasty
is satisfactory if the main principles of the
original procedure as described by Neer are
kept in mind, as follows:
1)Release (but not resection) of the
coracoacromial ligament
2)Removal of the anterior lip of the
acromion
3)Removal of part of the acromion anterior
to the anterior border of the clavicle
4)Removal of the distal 1 to 1.5 cm of
clavicle if significant degenerative changes
are found
Arthroscopic or open acromioplasty
DIAGNOSIS BANDING
• BURSITIS.
Umumnya merupakan akibat dari trauma, degeneratif, deposit kalsium dari
“rotator cuff“. Bursa subakromion yang paling sering terkena, kemudian
subdeltoid.
• RUPTUR DARI ROTATOR CUFF.
Etiologi : adanya trauma akut, kronis atau idiopatik. Gambaran klinis :
bila ruptur total maka timbul nyeri hebat, sedangkan bila parsial maka nyeri
bersifat ringan
• TENDINITIS BISIPITALIS.
Penyebabnya adalah iritasi dan inflamasi tendon biseps. Pada
umumnya penderita mengeluh nyeri bahu sepanjang otot biseps yang
menjalar kelengan bawah, nyeri tekan pada daerah sulkus bisipitalis
• Terima kasih

Das könnte Ihnen auch gefallen