Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Dementia
Dentition 37%
35%
2
Common Terms
Dysphagia
Also frequently referred to as a swallowing disorder, is when it is difficult
to swallow.
Bolus
Food or liquid in the mouth that is ready to be swallowed or is in the
process of being swallowed.
Mastication
The process of chewing food
Aspiration
Food, liquid, or saliva is in the airway beneath the vocal folds.
Silent Aspiration
Food, liquid, or saliva is in the airway beneath the vocal folds, and no
coughing or change in voice occurs
DEFINISI
Inability to swallow
Regurgitation
Painful swallowing
Coughing/choking
Food “sticks”
Globus
Feels “tight”
Anatomi
dan rotasional
2 Nervus VII (sensorik) Duapertiga anterior Sensorik khusus
lidah (pengecapan)
Nervus VII (parasimpatik) Glandula submandibularis dan Sekresi air ludah
submaksilaris
Nervus VII (motorik) Otot-otot orbikularis Penutupan bibir
oris
3 Nervus IX (sensorik) Sepertiga posterior lidah dan Sensorik khusus
dinding bukal yang berdekatan (pengecapan)
Nervus IX (sensorik) Palatum molle Sensorik umum
7
Nervus IX (sensorik) Tonsil Sensorik umum
Nervus IX (sensorik) Mukosa taring Sensorik umum
Nervus IX (parasimpatik) Glandula parotis Sekresi air liur
Nervus IX (motorik) Gag reflex dan cough
Tonsil, otot stilofaringeus
reflex
4 Nervus X (sensorik) Tonsil, mukosa faring, Sensorik umum
plika vokalis
Nervus X (motorik) Esofagus Motilitas esofagus
5 Nervus XI (motorik) Uvula, palatum, otot Motorik
konstriktor faringeus
6 Nervus XII (motorik) Lidah Pergerakan
8
PROSES MENELAN
Fase oral
Fase faringeal
Fase esofageal
Swallowing Stage 1: oral
Food ingested, prepared
(mastication) and modified
(lubrication)
Voluntary control
Frequently results from
weakness – lips, tongue,
cheeks
Unable to organize food
into well formed bolus and
move posteriorly
Xerostomia – difficulty
breaking down solids
Swallowing Stage 2: Pharyngeal
Prevented from entering
nasopharynx, larynx rises,
retroflexion of epiglottis and vocal
fold closure, synchronized
contraction of middle and inferior
constrictors, and synchronized
relaxation of the cricopharyngeal
muscle
Involuntary
Timing – neurologic – epiglottis
doesn’t protect larynx - leads to
cough/aspiration
Weakness – neurologic
injury/cancer – residual food after
swallow – can lead to aspiration
Swallowing Stage 3: Esophageal
Begins with crico-
pharyngeal relaxation
Involuntary
Most common
Sensation of food
sticking at base of
throat/chest
Peristalsis, tumor,
stricture
Fisiologi Menelan
13
PROSES MENELAN : Fase Pre-oral
Makanan Bolus
Bolus diletakkan pada
posisi siap ditelan
Koordinasi:
Bibir
Lidah
Rahang
Reseptor sensorik
Temperatur N.V. (Mt+Sn)
Rasa N.VII. (Mt+Sn/k)
N.IX (Sn/k)
N.XII (Mt) 14
PROSES MENELAN : Fase Oral
Sensorik
V Otot Mastikasi Proprioseptif
VII 2/3 ant lidah Sensorik khusus;rasa
IX P.Molle,Tonsil,Larng Sensorik umum
IX 1/3 post lidah Sensorik khusus;rasa
16
Tabel 3: Peranan saraf kranial pada pembentukan bolus fase oral
Waktu = 750milidetik
INERVASI : Fase Faringeal
20
PROSES MENELAN : Fase Esofageal
Bolus
Relaksasi sfingter esofagus
Esofagus
Laring-nasofaring terbuka
Sfingter esofagus tertutup
Sfingter gastro-esofagus rileks
Lambung
Waktu = 8-20 detik
21
Klasifikasi
DISFAGIA PSIKOGENIK
Disebut juga Globus Hystericus, dan bukan merupakan gangguan
menelan yang sebenarnya.
DISFAGIA MEKANIK/PATOLOGIK
Merupakan akibat dari kelainan struktural pada jalan menelan,
biasanya diawali kesulitan menelan makanan padat , berlanjut
pada cairan.
DISFAGIA NEUROGENIK
Disebabkan oleh kelainan neurologi, yang bisa menyebabkan
kelemahan otot, keterlambatan, inkoordinasi, paralisis atau
kombinasi dari kondisi-kondisi tersebut. Disfagia neurogenik
dapat dibagi berdasarkan fase dimana gangguan itu terjadi :
→fase Oral
→fase Faringeal
→fase Esofageal 22
DISFAGIA NEUROGENIK:
Fase Impairment Fungsional
Pre-oral Gg kontrol lidah Sulit mengunyah dan
Oral Gigi menempatkan bolus
/cairan di kavitas oral
23
Common Symptoms of Dysphagia
Coughing or choking while eating or drinking
Difficulty swallowing
Food leaking from mouth while eating
Food staying in mouth unintentionally after
eating
Recurring pneumonia
Gejala dan Tanda Klinis
I. Disfagia neurogenik fase oral
- Mengunyah atau makan memerlukan waktu lama
- Malas makan, berat badan menurun
- Gerakan lidah berlebihan, makanan sampai keluar mulut
- Kontrol lidah jelek
- Makanan terkumpul di pipi sebelah dalam, di bawah lidah atau daerah palatum
- Bicara kurang jelas
II. Disfagia neurogenik fase faringeal
- Batuk atau tersedak saat makan
- Sulit menelan
- Regurgitasi makanan melalui rongga hidung, mulut atau pipa trakeostomi
- Suara atau napas terdengar parau
- Keluhan makanan tersangkut di kerongkongan
- Elevasi kartilago tiroid atau Adam’s apple telambat atau hilang
III. Disfagia neurogenik fase esofageal
- Mengeluarkan liur, sekresi air ludah berlebihan
- Aspirasi pneumonia
25
WORK-UP
Detailed History
Physical Examination
Radiography
Esophagoscopy
Special tests
Goal :
Evaluasi proses menelan, untuk
Menentukan fase
Adanya aspirasi
Etiologi aspirasi
Evaluasi dan identifikasi strategi kompensasi
Menentukan program latihan
27
Anamnesa
Evaluation
Keluhan subyektif ; penurunan BB
Riwayat penyakit penyerta
Adakah riwayat disfagia sebelumnya
Adakah riwayat tindakan bedah
Kebiasaan makan sebelum sakit
Diet yang tidak tepat/tidak disukai
Menilai motivasi dan kooperatif pasien
Anamnesa keluarga pasien; dukungan
28
Beberapa keadaan yang dikeluhkan oleh pasien yang mengalami
disfagia adalah:
Air liur yang berlebihan/"ngeces"
29
RIWAYAT PENYAKIT
1. RPS :
a. Gejala disfagia :
Lama
Frekuensi (intermitten/ menetap)
Faktor eksaserbasi/ berkurangnya
Tekstur makanan
Perjalanan penyakit
30
b. Gejala mengikuti
Tersumbat / tercekik/ batuk menelan
Benda asing
Obstruksi intermitten
Odinofagia
Regurgitasi nasal
Bau mulut tak sedap
Perubahan berbicara/ suara
Riwayat pneumonia/sal nafas lainnya
GE refluks
Nyeri dada
31
c. Gejala tambahan
BB
Perubahan kebiasaan makan
Waktu makan
Porsi makanan
Asupan cairan
Nafsu makan
Perubahan cita rasa
Mulut kering
Kekentalan saliva
32
2. Riwayat penyakit lama
Neurologi ( stroke, TBI, infeksi SSP, penyakit motor neuron)
Pemeriksaan fs menelan sebelumnya
Masalah leher
Gangguan pada gigi
Radiasi
Penyakit kardiopulmonal
Riwayat psikiatrik dan psikologik
Pembedahan kepala, leher/ GIT
33
3. Riwayat keluarga
4. Riwayat pengobatan sekarang
Sedatif
Antispasmodik
Antikolinergik
Diuretik
Anti psikotik
34
Gejala/keluhan penderita Fase yang terganggu
Pengunyahan makanan tidak adekuat Fase oral
Air liur keluar/"ngeces" Fase oral
Bicara pelo/Disartria Fase oral atau faringeal
Regurgitasi nasal Fase faringeal
Tersedak/battik selama menelan Fase faringeal
Gurgling voice Fase faringeal
Aspirasi Fase faringeal
Mengeluh makanan terasa "berhenti" Fase faringeal/esofageal
Regurgitasi pada saat berbaring/tiduran Fase esophageal
setelah makan
Tilting/Mengontrol posisi kepala saat Fase oral
Makan
Mengeluh lebih sulit menelan cairan Fase oral/faringeal
Mengeluh lebih sulit menelan makanan Fase esofageal
35
Padat
Pemeriksaan Fisik
Tujuan
Menentukan letak dan penyebab disfagia
36
Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
o Cara pemberian makan (oral vs ekstra oral)
o Gastrotomi
o Trakeostomi
o Status nutrisi & hidrasi
o +/- drooling
2. Status orofaring :
Bibir menonjol atau tertutup,
Tonus, LGS, kekuatan, dan sensasi bibir, lidah dan
mandibula
Refleks orofaring abnormal
Keadaan gigi mukosa orofaring 37
39
f. Refleks
1) Refleks menelan tekanan
raba dan cita rasa
suhu
2) Gag refleks
3) Refleks batuk :
• Pemberian makanan per oral bila refleks batuk adekuat
• Tes 3 oz water
• Batuk selama menelan penutupan plika vokalis
• Batuk setelah 1 menit fase faring elevasi laring ,
peristaltik faring / defisit sfingter esofagus bag.atas
• Suara parau/batuk setelah menelan, seperti dicekik/ ggn
pernafasan & tidak berkurang dengan batuk aspirasi
4) Refleks patologis 40
41
42
Gejala Fase Pre-oral
Gejala Gejala fisiologis
(Bedside Swallow Evaluation)
Orientasi bolus Kognitif
Tak dapat membedakan mana Defisit perceptual
Residu Oral
Elevasi lidah
Defisiensi saliva
Saliva meningkat
45
Gejala Fase Esofageal
Burning
46
Pemeriksaan Penunjang
Videofluoroskopi(VFSS:videofluoroscopoic swallowing
study) atau VMBS(Videofluoroscopic modified barium
study)
Endoskopi (FEES : fiberoptic endoscopic evaluation of
swallowing)
Manometri dan Manometri Fluoroskopi
Imaging
47
Radiology
Chest X-Ray
CT
Only to evaluate mass lesions in the neck
MRI
useful when neurologic disorders are suspected
Delineate mass lesions in the brain
Evaluate degenerative processes in the brain and spinal
cord
Fluoroscopy
Standard barium swallow uses thin barium, is a
quick view, and is not satisfactory for most
swallowing disorders
53
FEES (Fiberoptic endoscopic evaluation)
Directly viewing liquid or
food bolus via scope
Positioned high in
oropharynx
Observation of
vocal and arytenoid
movements
Elevation of larynx and
tongue base
Management of residuals
Pooling and aspiration can
be noted
Manometry
Senses the activity of the muscles
57
Komplikasi
Aspirasi Pneumonia
Malnutrisi
58
Differensial Diagnosis
59
60
Prognosis
Tergantung pada konsekuensi yang dialami penderita saat
makan, antara lain : tercekik atau teredak saat makan,
makanan tersangkut di kerongkongan atau dada, hingga dapat
mengancam jiwa
Aspirasi pneumonia pneumonitis penyakit paru kronik
asfiksia hingga kematian
Prognosis baik tergantung pada etiologi yang mendasarinya,
terdapat perbaikan fungsi bicara dan menelan, penanganan
yang sesegera mungkin, motivasi penderita dan keluarga yang
tinggi, usia dan keadaan umum penderita
61
62
TALAKSANA KFR DISFAGIA
Goal:
Mencegah aspirasi
Memastikan intake nutrisi adekuat
Memastikan proses intake oral pada tingkat keamanan yang
optimal
Memperbaiki motor kontrol pada setiap fase menelan melalui
normalisasi tonus dan fasilitasi gerakan pada disfagia
neurogenik
Memperbaiki postural kontrol serta fleksibilitas otot
sekitarnya
Pemberian alat bantu makan yang sesuai
Memperbaiki kelenturan otot leher
TALAKSANA KFR DISFAGIA
Stimulasi kognitif
Modifikasi makanan
Tekstur
Posisi atau postur
Feeding route
Supervise
Manajemen sekresi
Stimulasi sensoris
Modulasi refleks menelan
Terapi latihan
LGS aktif untuk rahang, bibir dan lidah
Latihan penguatan
Latihan koordinasi
Manuver makanan untuk kompensasi
Penyesuaian konsistensi makanan
Cairan kental:
pada kasus kesulitan mengunyah akibat menurunnya
fungsi lidah
pada kasus berkurangnya adduksi laring
Makanan padat:
pada kasus dengan fase faring melambat
Cairan:
pada kasus dengan berkurangnya elevasi laring,
pembukaan cricofaringeal, dan paralisis faring
unilateral atau bilateral
Bollus concistencies & the swallow problems
Food concistencies Disorders for which these foods
are most appropriate
Thin liquids Oral tongue dysfunction
Reduced tongue base refraction
Reduced pharyngeal wall contraction
Reduced laryngeal elevation
Reduced cricopharyngeal opening
Thickened liquids Oral tongue dysfunction
Delayed pharyngeal swallow
Direct Treatment
- Involves active exercises that can alter muscle
function and the actual process of swallowing
Compensatory Techniques
Changing the head or body posture, such as tilting the
chin down to help narrow the airway.
Increasing sensory input, such as food with a sour taste
or pushing the spoon down on the tongue when food is
given
Changing food or liquid thickness. Changes in liquid
thickness are most often considered when there is a
risk for aspiration, decreased control over the mouth or
tongue, or there is a reduced sensory awareness
Modifying feeding techniques by allowing extra time
between swallows or placing food in a sensitive area of
the mouth
Direct Treatment Techniques
ROM exercises for the tongue, jaw, lips, and vocal folds,
moving the structure as much as you can in a certain
direction
holding it in that position for one second and then
relaxing.
Effects:
Strengthen suprahyoid muscles
Improve UES opening
Reduces post-deglutitives residuals
Eliminates aspiration after the swallow
SHAKER EXERCISE
Involves 2 components:
Isometric
Patient lies on the back, lifts head toward chest
while keeping shoulders down, holds for up 30
seconds
Isotonic
Patient lifts head toward chest and repeats 30
times
Shaker Exc
New Treatment
ES
Vital stimulation
Specialized training procedure using electrical
input to external structures including tongue base
and larynx
Deep pharyngeal neuromuscular stimulation
Specialized training to provide stimulation with
iced lemon glycerin swabs to oral and pharyngeal
areas
COMPLICATION
Dehydration
Weight loss
Poor nutrition
Pneumonia aspiration
Chronic lung disease
Apirasi dapat terjadi saat
Sebelum menelan
Kontrol lidah tidak adekuat
Refleks menelan lambat
Selama prosen menelan:
Penutupan laring terhambat atau tidak memadai
Setelah proses menelan
paralisis faring unilateral atau bilateral atau pada
disfungsi cricopharyngeal