Sie sind auf Seite 1von 50

Perbandingan antara pencucian dengan

cuka dan terapi antibiotik oral berdasar


kultur pada otitis media supuratif kronis
aktif
Diterjemahkan dari:

Comparison between vinegar wash and culture based oral


antibiotic
Faradiba Maharani G99172074

Fauziah Nur Sabrina G99101030


therapy in active chronic suppurative otitis media
Gerry G99171018 Supreetha B. Shenoy, Raveendra P. Gadag, Somanath B. Megalamani,

Nadya Prita Maharani G99171032 Annapurna S. Mushannavar

Zarah Tin Cahyaningrum G99181072 Int J Otorhinolaryngol Head Neck Surg. 2017 April; 3(2):204-209

KSM ILMU KESEHATAN THT-KL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
PEMBIMBING:
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI
SURAKARTA
dr. Putu Wijaya Kandhi, Sp.THT-KL(K).,FICS
2019
Critical Appraisal
General Description

1. Design : prospective randomized study


2. Subject : 120 patients of active chronic suppurative otitis
media
3. Title : Interesting, concise and straightforward
4. Authors : clearly written constitution and there are
correspondence address
5. Abstract
Name Here
: clear and
Name Here
appropriate rules
Name Here Name Here
6. Introduction
Programmer : consists of three paragraphs
Programmer Programmer and contains
Programmer the
background
You can simply and research objectives You can simply
You can simply You can simply
impress your impress your impress your impress your
Level of Evidence
audience and add a audience and add a audience and add a audience and add a
Level IVunique zing. unique zing. unique zing. unique zing.
Critical Appraisal
P-I-C-O Analysis

Population : 120 patients of active chronic suppurative otitis


media attending the outpatient ENT department (2015-2016)
Intervention: Detailed history of ear discharge and associated
symptoms taken. Routine ENT examination was done. Diagnosis of
CSOM confirmed.
Comparison : Vinegar wash and culture based oral antibiotic
therapy
Outcome : Management of otorrhea is long term in CSOM
and vinegar can be used as an alternative to costly oral antibiotics.
Two fold dilution of vinegar prevents chance of ototoxicity.
Critical Appraisal
V-I-A Analysis

Validity :
• The references of this study are well-defined
• This study was using standardized examination of patients with clinical case of CSOM
Importance :
• To study effectiveness of vinegar as an antiseptic and altering the pH of middle ear to
treat otorrhea in CSOM
• To compare effectiveness of vinegar wash and culture based oral antibiotic therapy to
treat otorrhea in CSOM
• The reader is confident in the truth of the results of this original research article
because the authors had analysed all the results well and had also provided the
correspondence address
Applicability :
This article may valuable to give the readers information about comparison of vinegar
wash and culture based oral antibiotic therapy to treat otorrhea in CSOM.
ABSTRAK
Abstrak
Latar Belakang

• Otorrhea (keadaan dimana keluar cairan dalam telinga)


merupakan salah satu gejala yang sulit ditangani dalam OMSK
– Timbul resistensi
– Biaya
• Penggunaan cuka sebagai antiseptik dan mengubah pH telinga
tengah untuk mengobati otorrhea dalam OMSK perlu dipelajari
Abstrak
Metode

120 pasien dengan OMSK aktif dipilih secara acak untuk melakukan cuci telinga dengan cuka
atau terapi antibiotik

Cuka yang diencerkan dalam NaCl dengan perbandingan Antibiotik oral berdasarkan laporan sensitivitas kultur
1: 1 pada pH 4 digunakan 2xsehari selama 3 minggu diberikan selama 3 minggu

Kedua kelompok ditindaklanjuti selama satu bulan dan diamati untuk evaluasi cairan telinga
Abstrak
Hasil

Pseudomonas (40%) dan Staphylococcus aureus (25%) adalah organisme


yang paling umum terdeteksi

96,2% Pseudomonas dan 50% telinga Staphylococcus aureus menjadi


kering dengan cuka

81,67% kelompok antibiotik dan 68,33% telinga kelompok cuka menjadi


kering dalam 3 minggu

Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara pencucian


cuka dan terapi antibiotik oral berdasarkan kultur dalam evaluasi
keluarnya cairan dari telinga yang terlihat pada OMSK aktif (p> 0,05)
Abstrak
Kesimpulan

Manajemen otorrhea membutuhkan jangka waktu


yang panjang dalam OMSK

Cuka dapat digunakan sebagai alternatif untuk


antibiotik oral yang mahal untuk pengeringan
cairan telinga pada OMSK aktif

Pengenceran cuka dua kali lipat mencegah


kemungkinan ototoksik
PENDAHULUAN
Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah salah satu penyakit
otologis yang paling umum dijumpai
Insiden OMSK tinggi di negara-negara berkembang
• Kepadatan penduduk
• Perawatan yang tidak memadai
• Kebersihan yang buruk
• ISPA berulang
• Gizi buruk

OMSK dianggap sebagai penyakit biofilm dan resistensi


terhadap antibiotik meluas
Pada zaman dahulu, penggunaan cuka yang merupakan asam
asetat digunakan sebagai obat karena sifat antimikroba
METODE
Metode

Studi Prospektif

120 pasien OMSK Aktif

Poli Name
THTHere
pada Karnataka
Name HereInsitute of Medical
Name Here Sciences, Hubli
Name Here
Programmer Programmer Programmer Programmer
You can simply You can simply You can simply You can simply
Tahun 2015-2016
impress your impress your impress your impress your
audience and add a audience and add a audience and add a audience and add a
unique zing. unique zing. unique zing. unique zing.
Metode

Kriteria Inklusi Kriteria Ekslusi


• Pasien dengan OMSK aktif • Kasus OMSK yang belum minum
antibiotik apa pun untuk durasi
• Usia kelompok antara 12-60 minimum dua minggu sebelumnya
tahun • Memiliki gejala dan tanda
menyarankan komplikasi
• Pasien yang memberi
• Penyakit sistemik seperti diabetes
informed consent tertulis mellitus, gagal ginjal kronis dan
untuk kedua perawatan di status immunocompromised
atas dan bersedia untuk • Pasien dengan fokus infeksi aktif
tindak lanjut rutin. lainnya seperti rinosinusitis akut.
Metode
Cara Pengambilan Sampel

Sampel diinokulasi
Pengumpulan Antibiogram bakteri
pada agar cokelat
Sampel Kotoran Swab dari telinga dengan Teknik difusi
dan Mac Conkey 37
Telinga setelah tengah piringan Kurby
C, diinkubasi
pengeringan CAE Bauer
Aerobik 48 jam
Metode
Intervensi

Cuka encer Cuka sintesis


Cairan 40ml untuk
Uji Konduksi sebagai larutan dengan pH 4
pemakaian cuci
Tulang dengan asam asetat 2% diencerkan dalam Dilakukan dalam
telinga dua kali
Audiometri Nada diberikan untuk perbandingan 1: 1 posisi Duduk
sehari dengan
Murni cuci telinga dua dengan air pada
20cc jarum suntik
kali sehari suhu tubuh
Metode
Follow Up Setelah Intervensi

• Pasien diperiksa setiap minggu selama 4 minggu untuk penilaian gejala dan
pemeriksaan telinga
• Uji konduksi tulang telinga diulang setelah 4 minggu
• Ototoksisitas cuka dinilai berdasarkan definisi dan kriteria yang untuk itu ditetapkan
oleh Asosiasi Speech-Languange-Hearing Amerika (ASHA) yaitu didefinisikan sebagai:
– (a) 20 db atau lebih besar penurunannya dalam ambang nada murni pada satu frekuensi
– (b) 10 db atau penurunan lebih besar pada 2 frekuensi yang berdekatan
– (c) hilang respon pada 3 frekuensi uji berturut-turut di mana tanggapan sebelumnya diperoleh.
Metode
Follow Up Setelah Intervensi

• Berdasarkan laporan sensitivitas kultur, antibiotik oral terapi


diberikan kepada kelompok lain selama tiga minggu.
• Beberapa sediaan antibiotik topikal memiliki pH asam
karenanya penggunaan antibiotik topikal tidak
dipertimbangkan dalam pelajaran ini.
• Pasien dari kedua kelompok ditindaklanjuti setiap minggu
untuk 4 minggu.
• Setelah 4 minggu, setiap cairan telinga yang keluar dianggap
sebagai kegagalan pengobatan.
Metode
Uji Statistik

• Analisis statistik dilakukan dengan


perangkat lunak SPSS v20.
• Uji chi square merupakan uji yang
digunakan.
Hasil
Tabel 1. Distribusi usia pasien pada kelompok dengan antibiotik dan cuka

Kelompok Usia Kelompok Antibiotik Kelompok Cuka Total


(Tahun) n % N % n %
<= 20 17 28.33 19 31.67 36 30.00
21-30 17 28.33 20 33.33 37 30.83
31-40 11 18.33 13 21.67 24 20.00
41-50 7 11.67 5 8.33 12 10.00
51-60 8 13.33 3 5.00 11 9.17
Chi Square = 1.0692 p=0.7842
Total 60 100.00 60 100.00 120 100
Mean Age 31.00 27.97 29.48
SD age 15.16 12.43 13.89

Uji Chi square pada kelompok antibiotik dan cuka = 1,0692 nilai p = 0,7842.
Karena p> 0,05, kedua kelompok antibiotik dan cuka dapat dibandingkan.
Uji chi square pada perbandingan jenis kelamin kedua kelompok= 0,5364 nilai p = 0,46. Karena p> 0,05 tidak ada
perbedaan secara statistik dalam distribusi jenis kelamin yang diamati.
HASIL
Hasil
59 kasus
1 Kelompok
Tipe Tubotimpani Antibiotik
(TTD)[ 113 kasus
(94,17%)] 54 kasus
2
OMSK Kelompok Cuci
Attikoantral Cuka
(AAD)[7 kasus
(5,83%)]
3
Uji Chi square dengan koreksi Yates diterapkan.
Nilai Chi square adalah 2,4227 dengan nilai p = 0,1191.
4
Karena nilai p> 0,05, efek dari dua perlakuan di kedua jenis OMSK sebanding.
Hasil
Organisme yang paling umum ditemui pada kultur

1%
1%
3% 8%
Pseudomonas
6% Staphylococcus aureus
Campuran
40%
7% Klebsiella
CoNS
11% E Coli
Proteus
Providencia
Lain-lain
25%
Hasil
Sensitivitas antibiotik dari berbagai organisme

• ceftazidime > amikacin > imipenem > gentamicin >


Pseudomonas ciprofloxacin > levofloxacin > piperacillin+ tazobactum.

• clindamycin > erythromycin > ciprofloxacin >


Staphylococcus aureus amoxicillin+clavulanic acid

• gentamicin > ciprofloxacin > ceftriaxone


Klebsiella
• amoxicillin+clavulanic acid = clindamycin =
CoNS ciprofloxacin

• gentamicin > ciprofloxacin > cefotaxime and


Citrobacter amoxicillin+clavulanic acid.
Hasil
Tabel 2. Sensitivitas antibiotik dari berbagai bakteri pada OMSK (dalam hal jumlah kasus)

Organisme Am Av Pi Er Cl Ct Cx Tx Cu Cp Cz Cd Ci Gn Ak Cx Px Ox Lx Az Im

Pseud - - 17 - - 2 5 2 - 6 42 - 5 34 39 31 4 2 25 1 37

Staph 15 15 1 22 25 13 1 8 1 1 1 1 1 9 1 21 3 1 10 - -

Kleb 3 2 - 1 - 5 8 1 2 - 1 - - 8 1 8 2 2 2 - 1
CoNS 2 6 - 3 6 4 - 1 - - - - - 1 - 6 2 - - - -
Citro 1 4 - - - 1 4 5 - 1 1 - - 6 2 6 3 3 1 - 2
NGNB 1 2 1 - - 3 2 2 - - - - - 2 - 3 - 1 1 1 -
E Coli 2 - - - - 2 3 - 1 - - - - 3 - 3 - - - - -
Prot - 1 - - - - 1 1 - - - - - 1 - 1 1 - - - -
Prov - 1 - - - 1 1 1 - - 1 - 1 1 - 1 - - - - -
Total 24 31 19 26 31 31 25 21 4 8 46 - 7 65 43 80 15 9 39 2 40

Am- Ampicillin, Tx- Cefotaxime, Ak-Amikacin, Av- Amoxicillin+clavulanate, Cu-Cefuroxime, Cx-Ciprofloxacin, PiPiperacillin+tazobactum, Cp-Cefoperazone,
Px-Pefloxacin, Er-Erythromycin, Cz-Ceftazidime, Ox-Ofloxacin, Cl-Clindamycin, Cdcefpodoxime, Lx-Levofloxacin, Ct-Cefoxitin, Ci-Cefepime, Az-
Azithromycin, Cx-Ceftriaxone, Gn-Gentamicin, Im-Imipenem, Pseud-Pseudomonas, NGNB- Nonfermentative gram negative bacilli, Klebs- Klebsiella, Provi-
Providencia, CoNS- Coagulase negative staphylococcus, Citro- Citrobacter.
Hasil

66,7% organisme sensitif terhadap


ciprofloxacin, diikuti oleh gentamisin (54,2%),
ceftazidime (38,3%), amikacin (35,8%),
imipenem (33,3%), levofloxacin, asam
amoksisilin-klavulanat dan klindamisin
(25,8%).
Hasil
Tabel 3. Resistensi antibiotik dari berbagai bakteri pada OMSk (dalam hal jumlah kasus)

Organism Am Av Pi Er Cl Ct Cx Tx Cu Cp Cz Cd Ci Gn Ak Cx Px Ox Lx Az Im

Pseud 2 - 1 - - 1 - 3 - 1 6 3 - 6 2 7 2 2 5 1 3
Staph 12 1 1 10 9 6 1 1 1 1 1 1 1 2 1 5 1 - - 1 1

Kleb 10 1 - - - 4 - - - - - - - - - - - - - - -
CoNS 7 2 - 6 3 3 - - - - - - - - - - - - - - -
Citro 4 3 - 1 1 6 2 2 - - - - - 1 - 1 1 - 1 - -
NGNB 1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
E Coli 2 - - - - - 1 1 - - - - - - - - - - - - -
Prot 1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Prov 1 - - - - 1 - - - - 1 - - - - 1 - - - - -
Total 40 7 2 17 13 21 4 7 1 2 7 4 1 8 3 14 4 2 6 2 4

Am- Ampicillin, Tx- Cefotaxime, Ak-Amikacin, Av- Amoxicillin+clavulanate, Cu-Cefuroxime, Cx-Ciprofloxacin, PiPiperacillin+tazobactum, Cp-
Cefoperazone, Px-Pefloxacin, Er-Erythromycin, Cz-Ceftazidime, Ox-Ofloxacin, Cl-Clindamycin, Cdcefpodoxime, Lx-Levofloxacin, Ct-Cefoxitin, Ci-
Cefepime, Az-Azithromycin, Cx-Ceftriaxone, Gn-Gentamicin, Im-Imipenem, Pseud-Pseudomonas, NGNB- Nonfermentative gram negative bacilli, Klebs-
Klebsiella, Provi- Providencia, CoNS- Coagulase negativestaphylococcus, Citro- Citrobacter.
Hasil

Resistansi tertinggi yang diamati


ada pada ampisilin (33,3%) diikuti
oleh cefoxitin (17,5%) dan
erythromycin (14,2%) seperti yang
terlihat pada Tabel 3. 11,67% dari
kasus juga menunjukkan resistensi
terhadap ciprofloxacin.
Hasil
Tabel 4. Hasil dari cuci cuka pada tipe tubotimpani

Organism Dry Ear (%) Improved (%) Fail (%)

Pseudomonas 96.2 3.8 0

S.aureus 50 14.3 35.7

Klebsiella 33.3 33.3 33.3

CoNS 66.7 33.3 0

Citrobacter 66.7 33.3 0

NGNB 50 50 0

Mixed 0 33.3 66.7

CoNS- Coagulase Negative Staphylococcus, NGNB-Nonfermentative gram negative bacilli


Hasil

96,2% Pseudomonas dan 50%


Staphylococci yang terdeteksi
pada kasus TTD menjadi kering
dengan 3 minggu mencuci
menggunakan cuka seperti pada
Tabel 4.
73,7% yang terinfeksi
Pseudomonas dan 81,3% yang
terinfeksi Staphylococcus menjadi
kering dalam 3 minggu pemberian
antibiotik berbasis kultur.
Hasil

• Dari 6 kasus AAD, 3 kasus menjadi kering setelah pencucian


telinga dengan cuka
• Satu kasus AAD dengan pertumbuhan campuran diobati
dengan terapi antibiotik tetapi telinga tidak menjadi kering
• Oleh karena itu mencuci telinga dengan cuka berpengaruh
dalam mengurangi discharge telinga pada AAD.
Hasil

• Tidak ada perbedaan signifikan secara


statistik yang diamati dalam
pengurangan granulasi dengan
menggunakan cuka dan pengobatan
antibiotik pada OMSK (p> 0,05).
Hasil
Tabel 5. Analisis akhir kedua kelompok (antibiotik dan cuka) pada OMSK aktif

Hasil Kelompok Antibiotik Kelompok Cuka Total


n % n % N %
Dry 49 81.67 41 68.33 90 75.00
Improved 5 8.33 11 18.33 16 13.33
Fail 6 10.00 8 13.33 14 11.67
Total 60 100.00 60 100.00 120 100.00

Chi-square= 3.2473; P = 0.1972

Karena p> 0,05, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan


yang signifikan secara statistik antara terapi antibiotik dan cuci
telinga menggunakan cuka pada OMSK aktif.
DISKUSI
Diskusi

Tatalaksana OMSK menjadi tugas berat


Penyebabnya:
• Resistensi antibiotik
• Kepatuhan pasien
•NamePembentukan
Here biofilm oleh
Name Here organismeName Here
Name Here
Programmer Programmer Programmer Programmer
Tujuan: peran antibiotik dan cuci telinga
You can simply
impress your
You can simply
impress your
You can simply
impress your
You can simply
impress your
dalam tatalaksana OMSK
audience and add a
unique zing.
audience and add a
unique zing.
audience and add a
unique zing.
audience and add a
unique zing.
Diskusi

OMSK sering ditemukan pada usia <30 tahun


Bakteri gram (-) > bakteri gram (+)
Organisme tersering:
Pseudomonas (40%)
Staphylococcus aureus (15%)
Diskusi
Pola Sensitivitas

Ceftazidime  Pseudomonas,
Clindamycin  Staphylococci,
Gentamicin  Klebsiella dan Citrobacter,
Amoxicillin + klavulanate  coagulase
negative Staphylococcus.
Diskusi
Pola Sensitivitas

• Hasil penelitian:
– 66.7% sensitif terhadap ciprofloxacin
– 54.2% terhadap gentamicin
– 38.3% terhadap ceftazidime ,
– 35.8% terhadap amikacin ,
– 33.3% terhadap imipenem,
– 25.8% terhadap levofloxacin,
amoxicillin+clavulanic acid, clindamycin.
• 11.67% kasus resistensi terhadap
ciprofloxacin
Diskusi
Asam Asetat

• Asam asetat (dalam cuka) memiliki konsentrasi 3-5%


sudah lama digunakan
• Asam asetat:
• Asam organik lemah
• Diproduksi dengan murah
• Digunakan untuk Tx otorrhea sejak 1961
Diskusi
Asam Asetat

• Rerata pH pada MAE normal  3.950±1.199.


• Bila ada otorrhea, rerata pH  6.412±1.193,
• Ketika tidak ada otorrhea  5.227±1.682.12
• Cuka digunakan untuk mengasamkan pH telinga tengah
dalam bentuk pencucian telinga untuk mengatasi otorrhea
pada OMSK.
• Cuka yang digunakan adalah yang terdilusi air dengan rasio
1:1
Diskusi
Asam Asetat

• Pada kasus tubotimpani yang dilakukan pencucian


telinga selama 3 minggu, 70.4% telinga menjadi kering
dan 14.8% kasus gagal

• Kegagalan berhubungan dengan:


– penyakit mastoid yang persisten,
– kebutuhan tata laksana jangka panjang,
– Keberadaan kolesteatom yang tidak terdeteksi di telinga
tengah
Tahun 2016 2015 2010 2006 1996 1975
Peneliti Peneliti saat Gupta et al. Choi HG et Somayaji et. Aminifarshid et Malik Et al
ini al. al al
Kering 70.4% 84% 79.5% 96.7% 57% 40%
Gagal 14.8% 16% 15% 3.3% 8% 20.4%
Diskusi

• 96.2% infeksi pseudomonas merespon baik dengan


pencucian telinga, sedangkan dengan AB oral hanya
73.7% (durasi tatalaksana: 3 minggu)
• Sebanyak 50% kasus infeksi S. aureus yang dilakukan
pencucian telinga juga menjadi kering.
Diskusi

• Mengasamkan pH telinga tengah dapat mencegah


pertumbuhan organisme-organisme tersebut dan
memainkan peran penting dalam tatalaksana otorrhea

• Efek samping seperti otalgia, dan pusing tercatat di


minggu awal pengobatan dan berkurang seiring waktu.
Diskusi

• 5% terjadi perburukan konduksi tulang, namun belum


diketahui apakah karena ototoksisitas cuka atau proses
penyakit

• Yamano et al (2015) mendapatkan hasil bahwa dalam


pH 3.0 selama 30 menit bersifat ototoksisitas karena
terjadi perubahan aksi potensial saraf kranial ke-8.
Diskusi

• Pasien perlu dikonseling mengenai kelebihan


tatalaksana OMSK dengan pencucian telinga
menggunakan cuka.

• Karena merupakan tatalaksana paling efektif biaya pada


kondisi sosioekonomik rendah
Diskusi

• Terapi AB berdasarkan kultur (83%) > pencucian telinga (70.4%)

• Tetapi kedua tatalaksana tersebut tidak menunjukkan perbedaan


yang signifikan secara statistik pada OMSK stadium aktif.(p>0.05).

• Sehingga pencucian telinga dapat dicoba sebagai tatalaksana first


line pada OMSK OMSK tanpa komplikasi fase aktif.
Diskusi
• Terapi AB berdasarkan kultur vs AB empiris
– Keberhasilan 83% vs 60.04%
– Kegagalan 8.5% vs 39.96%

• Cuci telinga dapat menjadi first line bila hasil kulturnya


pseudomonas atau S. aureus

• Cuka juga mengurangi granulasi pada kasus OMSK


Diskusi
• Perlu diteliti lebih lanjut mengenai standar cuka yang
digunakan dalam terapi:
– dilusi,
– tipe cuka (sintetik atau fruit based)
– durasi terapi
– pH
– sekuele jangka panjang yakni ototoksisitas.
Thank you

Das könnte Ihnen auch gefallen