Sie sind auf Seite 1von 13

BAIQ RISTA ANANTA PRATIWI (P07120317004)

DINDA AYU WIANTARI (PO7120317006)


HERU WIDIYATMA (P07120317010)
LONA LISTIANA (P07120317016)
NI KOMANG SURTI ANGGRENI (P07120317022)
RIA ELVIANA SUKMA DEWI (P07120317029)
YULIA TRI KRESNAWATI (P07120317035)
YUSRIL DWISTY HIJJABI (PO7120317037)
Ileus paralitik adalah istilah gawat abdomen
menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan
di rongga perut yang biasanya timbul mendadak
dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadaan ini
memerlukan penanggulangan segera yang sering
berupa tindakan bedah, misalnya pada obstruksi,
perforasi, atau perdarahan masif di rongga perut
maupun saluran cerna, infeksi, obstruksi atau
strangulasi saluran cerna dapat menyebabkan
perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga
perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah
peritonitis. Ileus paralitik terdiri dari ileus mekanik
dan neurogenic.
 Walaupun predisposisi ileus biasanya terjadi akibat pascabedah
abdomen, tetapi ada faktor predisposisi lain yang mendukung
peningkatan risiko terjadinya ileus, diantaranya sebagai berikut :
 Sepsis.
 Obat-obatan (misalnya : opioid, antasid, coumarin, amitriptyline,
chlorpromazine).
 Gangguan elektrolit dan metabolik (misalnya hipokalemia,
hipomagnese-mia, hipernatremia, anemia, atau hiposmolalitas).
 Infark miokard.
 Pneumonia.
 Trauma (misalnya : patah tulang iga, cedera spina).
 Bilier dan ginjal kolik.
 Cedera kepala dan prosedur bedah saraf.
 Inflamasi intra abdomen dan peritonitis.
 Hematoma retroperitoneal.
 Ileus pada pasien rawat inap ditemukan pada : (1)
proses intraabdominal seperti pembedahan perut dan
saluran cerna atau iritasi dari peritoneal (peritonitis,
pankreatitis, perdarahan); (2) sakit berat seperti
pneumonia, gangguan pernafasan yang memerlukan
intubasi, sepsis atau infeksi berat, uremia, dibetes
ketoasidosis, dan ketidakseimbangan elektrolit
(hipokalemia, hiperkalsemia, hipomagnesemia,
hipofosfatemia); dan (3) obat-obatan yang
mempengaruhi motilitas usus (opioid, antikolinergik,
fenotiazine). Setelah pembedahan, usus halus
biasanya pertama kali yang kembali normal
(beberapa jam), diikuti lambung (24-48 jam) dan
kolon (48-72 jam).
 Ileus terjadi karena hipomotilitas dari saluran
pencernaan tanpa adanya obstruksi usus
mekanik. Diduga, otot dinding usus
terganggu dan gagal untuk mengangkut isi
usus. Kurangnya tindakan pendorong
terkoordinasi menyebabkan akumulasi gas
dan cairan dalam usus.
Penyakit/keadaan yang menimbulkan ileus paralitik
dapat diklasi-fikasikan seperti yang tercantum dibawah
ini:
 Neurogenik. Pasca operasi, kerusakan medulla
spinalis, keracunan ureter, iritasi persarafan
splanknikus, pankreatitis.
 Metabolik. Gangguan keseimbangan elektrolit
(terutama hipokalemia), uremia, komplikasi DM,
penyakit sistemik seperti SLE, sklerosis multiple.
 Obat-obatan. Narkotik, antikolinergik, katekolamin,
fenotiazin, antihistamin.
 Infeksi/ inflamasi. Pneumonia, empiema, peritonitis,
infeksi sistemik berat lainnya.
 Iskemia usus.
 Patofisiologi dari ileus paralitik merupakan
manifestasi dari terangsangnya sistem saraf simpatis
dimana dapat menghambat aktivitas dalam traktus
gastrointestinal, menimbulkan banyak efek yang
berlawanan dengan yang ditimbulkan oleh sistem
parasimpatis. Sistem simpatis menghasilkan
pengaruhnya melalui dua cara : pada tahap yang kecil
melalui pengaruh langsung norepineprin pada otot
polos (kecuali muskularis mukosa, dimana ia
merangsangnya), dan pada tahap yang besar melalui
pengaruh inhibitorik dari noreepineprin pada neuron-
neuron sistem saraf enterik. Jadi, perangsangan yang
kuat pada sistem simpatis dapat menghambat
pergerakan makanan melalui traktus gastrointestinal.
 anoreksia, mual , obstipasi, Muntah, Pasien ileus paralitik mempunyai
keluhan perut kembung, tidak disertai nyeri kolik abdomen yang
paroksismal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya distensi
abdomen, perkusi timpani dengan bising usus yang lemah dan jarang
bahkan dapat tidak terdengar sama sekali. Pada palpasi, pasien hanya
menyatakan perasaan tidak enak pada perutnya. Tidak ditemukan
adanya reaksi peritoneal (nyeri tekan dan nyeri lepas negatif). Apabila
penyakit primernya peritonitis, manifestasi klinis yang ditemukan adalah
gambaran peritonitis.
Gejala klinisnya,yaitu :
 Distensi yang hebat tanpa rasa nyeri (kolik).
 Mual dan mutah.
 Tak dapat defekasi dan flatus, sedikitnya 24-48 jam.
 Pada palpasi ringan perut, ada nyeri ringan, tanpa defans muskuler.
 Bising usus menghilang.
 Gambaran radiologis : semua usus menggembung berisi udara.

 Nekrosis usus.
 Perforasi usus dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi terlalu
lama pada organ intra abdomen.
 Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium
sehingga terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada intra
abdomen.
 Sepsis infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani
dengan baik dan cepat.
 Syok dehidrasi terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume
plasma.
 Abses sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi.
 Pneumonia aspirasi dari proses muntah.
 Gangguan elektrolit, refluk muntah dapat terjadi akibat distensi
abdomen. Muntah mengakibatkan kehilangan ion hidrogen dan
kalium dari lambung, serta menimbulkan penurunan klorida dan
kalium dalam darah.
 Pemeriksaan radiologi
 Pemeriksaan laboratorium
1). Konservatif
a. Penderita dirawat di rumah sakit.
b. Penderita dipuasakan
ϲ. Kontrol status airway, breathing and circulation.
d. Dekompresi dengan nasogastric tube.
e. Intravenous fluids and electrolyte
f. Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan.

2). Farmakologis
a. Antibiotik broadspectrum untuk bakteri anaerob dan aerob.
b. Analgesik apabila nyeri.

3). Operatif
a. Ileus paralitik tidak dilakukan intervensi bedah kecuali disertai dengan peritonitis.
b. Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastric untuk mencegah
sepsis sekunder atau rupture usus.
ϲ. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang
disesuaikan dengan hasil explorasi melalui laparotomi.
a. Pengkajian
b. Diagnosa
ϲ. Intervensi

Das könnte Ihnen auch gefallen