Sie sind auf Seite 1von 16

Group 4

NUTRITIONAL EPIDEMIOLOGY
Anemia gizi besi

APRIYANTIYUNI LESTARI
RISKA AYU TRIANA
17111024130153
17111024130234

RETNO DEWI SARTIKA SRI AYUNINGSIH


17111024130230 17111024130250
Definisi

Anemia gizi besi adalah anemia yang timbul akibat


kurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis, karna
cadangan besi kosong (depleted iron store) yang akhirnya
mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang.
Menurut WHO anemia dikatakan
yaitu :

Laki Dewasa : Hemoglobin <13 g/dl Anak umur 6-14 tahun :


Hemoglobin <12 g/dl

Wanita Dewasa tidak hami : Anak umur 6 bulan – 6 tahun :


Hemoglobin < 12 g/dl Hemoglobin <11 g/dl

Wanita Hamil :
Hemogloblin <11 g/dl
Patofisiologi
B. Komposisi besi dalam
A. Metabolisme Besi
tubuh yaitu :
Besi merupakan trace
a. Senyawa fungsiona,
element yang sangat
besi yang membentuk
dibutuhkan oleh tubuh
senyawa yang
untuk pembentukan
berfungsi dalam
hemoglobin, mioglobin
tubuh
dan berbagai enzim.
b. Besi cadangan, yang
Dilihat dari segi
dipersiapkan bila
evolusinya alat
masukan besi
penyerapan besi dalam
berkurang
usus, maka sejak awal
c. Besi transport, yang
manusia dipersiapkan
berikatan dengan
untuk menerima besi
protein tertentu
yang berasal dari sumber
dalam fungsinya
hewani, tetapi kemudian
untuk mengangkut
pola makanan berubah
besi dari satu
dimana sebagian besar
kompartemen ke
dari sumber nabati.
kompartemen lainnya.
C. Absorpsi Besi
Adalah Tubuh yang 1. Fase luminal : besi dalam
mendapatkan masukan besi makanan diolah dalam
yang berasal dari makanan lambung kemudian siap
dalam usus. Untuk diserap di duodenum
memasukkan besi dari usus ke 2. Fase mukosal : proses
dalam tubuh yang diperlukan penyerapan dalam mukosa
proses absorpsi. Absorpsi besi usus yang merupakan suatu
paling banyak terjadi pada proses yang aktif.
duodenum dan jejunum 3. Fase korporeal : meliputi
proksimal, yang disebabkan proses transportasi besi dalam
oleh struktur epitel usus yang sirkulasi, utilisasi besi oleh sel-
memungkinkan untuk itu. sel yang memerlukan serta
Proses absorpsi besi dibagi penyimpanan besi (storage)
menjadi 3 fase yaitu :
Klasifikasi

Dalam klasifikasi dari beratnya kekurangan besi dalam tubuh yaitu :


1. Deplesi besi (iron depleted state) : cadangan besi menurun tetapi
penyediaan besi untuk eritropoesis belum terganggu.
2. Eritropoesis defisiensi besi (iron deficient erythropoesis) :
cadangan besi kosong, penyediaan besi untuk eritropoesis terganggu,
tetapi belum timbul anemia secara laboratorik.
3. Anemia defisiensi besi : cadangan besi kosong disertai anemia.
D. Siklus Besi Dalam Tubuh
Pertukaran besi dalam tubuh merupakan lingkaran yang
tertutup yang diatur oleh besarnya besi yang diserap oleh usus,
sedangkan kehilangan besi fisiologik bersifat tetap. Besi yang diserap
setiap hari berkisar antara 1-2 mg, ekskresi besi terjadi dalam jumlah
yang sama melalui eksfoliasi epitel. Besi dari usus dalam bentuk
transferin akan bergabung dengan besi yang dimobilisasi dari makrofag
dalam sumsum tulang sebesar 22 mg untuk dapat memenuhi
kebutuhan eritropoesis sebanyak 24 mg/hari. Eritrosit yang terbentuk
secara efektif yang akan beredar melalui sirkulasi memerlukan esi 17
mg, sdeangkan besi sebesar 7 mg akan dikembalikan ke makrofag
karena terjadinya hemolisis infektif (hemolisis intramedular). Besi yang
dapat pada eritrosit yang beredar, setelah mengalami proses penuaan
juga akan dikembalikan pada makrofag sumsum tulang sebesar 17 mg.
Sehingga dengan demikian dapat dilihat suatu lingkaran tertutup
(closed circuit) yang sangat efisien.
Epidemiologi

Anemia defisiensi besi merupakan jenis anemia yang paling sering


dijumpai baik di klinik maupun di masyarakat. Dari berbagai data yang
dikumpulkan sampai saat ini, didapatkan gambaran prevalensi anemia
defisiensi besi

Afrika Amerika Latin Indonesia


Laki-laki Dewasa 6% 3% 16-50 %
Wanita Tak Hamil 20 % 17-21 % 25-48 %
Wanita Hamil 60 % 39-46 % 46-92 %
Etiologi
Anemia defisiensi bsi dapat disebabkan oleh karena
rendahnya masukan besi, gangguan absorpsi serta
kehilangan besi akibat pendarahan menahun:
• Kehilangan besi sebagai akibat pendarahan
• Faktor Nutrisi
• Kebutuhan besi meningkat
• Gangguan absorpsi besi
Patogenesis

• Apabila kekurangan besi berlanjut terus maka


cadangan besi menjadi kosong sama sekali,
penyediaan besi untuk eritropoesis
berkuraang sehingga menimbulkan gangguan
pada bentuk eritrosit tetapi anemia secara
klinis belum terjadi
Manifestasi Klinis
1. Gejala umum 2. Gejala penyakit dasar
Anemia/Sindrom Misalnya pada anemia akibat cacing tambang
anemia dijumpai dijumpai dispepsia, parotis membengkak, dll.
pada anemia 3. Gejala Khas Defisiensi Besi
defisiensi besi a. Koilonychia
apabila kadar b. Atrofi papil lidah
hemoglobin c. Cheilosis
kurang 7-8 g/dl. d. Disfagia (nyeri menelan karena kerusakan
Gejala ini berupa epitel hipofaring.
badan lemah, e. Sindrom Plummer Vinson (sindrom Paterson
lesu cepat lelah, Kelly adalah kumpulan gejala yang terdiri dari
dan mata anemia hipokromik mikrositer, atrofi papil
berkunang- lidah, dan disfagia.
kunang.
Lanjutan....

Atrofi papil lidah,


yaitu permukaan
lidah menjadi licin
dan mengkilap
karena
papil lidah
menghilang

Koilonychia(spoon nail), kuku rapuh,


bergaris-garis vertikal dan cekung
sehingga mirip sendok.
Stomatitis angularis (cheilosis), yaitu adanya
keradangan pada sudut mulut sehingga tampak
sebagai bercak berwarna pucat keputihan
Pencegahan
• Suplementasi zat besi kepada seluruh anak dengan
prioritas usia balita (0-5 tahun) terutama usia 0-2
tahun.(berdasarkan rekomendasi IDAI (Ikatan Dokter
Anak Indonesia, nomor 001/Rek/PPDAI/2011)
• Suplementasi zat besi bersama profilaksis besi, tablet
asam folat kepada seluruh ibu hamil dan remaja putri
terutama saat menstruasi.
• Kerja sama petugas kesehatan dengan sektor sekolah
yaitu UKS, OSIS dan Guru BP
Lanjutan....

• Kerjasama lintas sektor yaitu puskesmas dan


PKK (Darma Wanita)
• Membentuk program konseling gizi dan
pelayanan kesehatan reproduksi
Referensi

Aru W. Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi
kelima. Jakarta. Interna Publishing.
Bakta, IM. 2007. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Hoffbrand, AV. et all. 2005. Kapita Selekta Hematologi. Jakarta.
Penerbit buku kedokteran EGC.
Mansjoer, Arif . et all. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2.
Edisi Ketiga. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC
Suryani, Desri, Riska H, Rinsesti J. 2016. Analisis Pola Makan dan
Anemia Gizi Besi Pada Remaja Putri Kota Bengkulu. Vol 10,
No. 1 (11-18) Diakses pada 6 Maret 2019 di
http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/
THANK
YOU......

Das könnte Ihnen auch gefallen