Nervous Systems: Concepts & Connections

BIOLOGY
CONCEPTS & CONNECTIONS

Fourth Edition
Neil A. Campbell • Jane B. Reece • Lawrence G. Mitchell • Martha R. Taylor
CHAPTER 28
Nervous Systems
Modules 28.1 – 28.9
From PowerPoint® Lectures for Biology: Concepts & Connections

Copyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings
Homeostasis
Control the internal condition near constants

In mammal, homeostasis involve:
• Core body temperature
• Metabolic waste
• Blood pH
• Blood glucose concentration
• Blood water potential (osmotic pressure)
• The respiration gas concentration

Homeostasis Control

Koordinasi

Stuktur dan Fungsi Sistem saraf
Sistem saraf menerima input sensoris,

mengolahnya, dan mengirimkan perintah
tertentu
• Sistem saraf memiliki tiga fungsi yang

berkaitan
– Menerima rangsang
– Mengintegrasikan
– Memberikan perintah

SENSORY INPUT
INTEGRATION
Sensory receptor
MOTOR OUTPUT
Brain and spinal cord
Effector
Peripheral nervous Central nervous
system (PNS) system (CNS)
Figure 28.1A

• Sistem saraf dapat dibagi menjadi dua defisi
– Sistem saraf pusat, terdiri dari otak dan sum-

sum tulang belakang
– Sistem saraf tepi terdiri dari saraf dan ganglion
yang membawa sinyal masuk dan keluar dari
sistem saraf pusat

Sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi pada
manusia
CENTRAL NERVOUS PERIPHERAL
SYSTEM (CNS) NERVOUS
SYSTEM (PNS)
Brain
Cranial
nerve
Spinal cord
Ganglia
outside
CNS
Spinal
nerves
Figure 28.11A

• Terdapat tiga jenis neuron berkaitan dengan
tiga fungsi utama sistem saraf
– Neuron sensori membawa sinyal dari daerah
reseptor ke sistem saraf pusat
– Interneuron mengintegrasikan data dan
mengalirkan sinyal
– Neuron motoris mengalirkan sinyal ke efektor

1 Sensory
receptor 2 Sensory neuron
Brain
Ganglion
3
Motor
neuron Spinal
cord
Quadriceps 4
muscles
Interneuron
CNS
Nerve
Flexor
muscles
PNS
Figure 28.1B

Neuron
Signal direction Dendrites
Cell body
Cell
body
Node of Ranvier
Myelin sheath
Signal
Axon pathway
Schwann cell
Nucleus
Nucleus Nodes of
Ranvier Schwann cell
Myelin sheath Synaptic knobs
Figure 28.2

Sinyal saraf dan proses hantarannya
Neuron menjaga beda potensial pada
membran sel
• Potensial istirahat dari membran sel

disebabkan oleh kemampuan membran sel
untuk mempertahankan Voltmeter
Plasma
– Muatan positif
membrane Microelectrode
–70 mV outside cell
diluar sel Microelectrode

inside cell
– Muatan negatif
di daerah sitoplasma Axon
Neuron
Figure 28.3A
• Potensial istirahat dihasilkan dan dipertahankan
dengan bantuan pompa Na-K
– Pompa ini membawa K+ masuk ke dalam sel dan Na+
keluar sel
OUTSIDE OF CELL
K+ Na+ K+ Na+
Na+
Na+ Na+
Na+ Na+ Na+
Na+ Na+
Na+
Na+ Na+
channel
Plasma K+
Na+ - K+
membrane pump
K+
channel
Na+ K+
K+ K+
Protein
K+ K+
K+
K+
K+
K+ K+
INSIDE OF CELL
Figure 28.3B

Sinyal pada sistem saraf dimulai akibat
adanya perubahan pada potensial membran
• Rangsang mengubah permeabilitas membran sel
– Ion melintasi mebran sel, merubah potensial membran
– Ini mengakibatkan terbentuknya sinyal saraf

Graded
potential

Potensial Aksi

Potensial aksi disebabakan oleh
membukanya voltage gate chanel
akibat depolarisasi pada membran
sel memcapai ambang
Terdapat dua voltage gate

chanel:
Na voltage gate chanel:
membuka terlebih dahulu
K voltage gate chanel
membuka kemudian

Na+
K+
Na+
3 Additional Na+ channels open, K+
K+ channels are closed; interior of 4 Na+ channels close and
cell becomes more positive. inactivate. K+ channels
open, and K+ rushes
Na+
Action out; interior of cell more
potential negative than outside.
3
4
2 5 The K+ channels close
Na+ Threshold
potential relatively slowly, causing
2 A stimulus opens some Na+ 1 1 a brief undershoot.
channels; if threshold is reached, 5
action potential is triggered. Resting potential
Neuron
Neuron
interior
interior
1 Resting state: voltage gated Na+
and K+ channels closed; resting
potential is maintained. 1 Return to resting state.
Figure 28.4

Potensial aksi di satu titik menginduksi
terjadinya potensial aksi di titik lain
Axon
Action potential
Axon
1 Na+ segment
K+ Action potential
2 Na+
K+
K+ Action potential
3 Na+
K+ Figure 28.5

• Kenapa hantaran rangsang terjadi satu arah?
• Manakah yang lebih cepat menghantarkan
rangsang: sel saraf bermielin atau tidak
bermielin? Kenapa?
• Manakah sel saraf yang lebih cepat
menghantarkan rangsang: sel saraf dengan
akson berdiameter besar atau sel saraf dengan
akson berdiameter kecil?

• Kecepatan hantaran rangsang ditentukan oleh
perbandingan kecepatan difusi Na disepanjang akson
(NaL) dengan difusi Na pada membran sel (NaT)
– Kecepatan hantaran rangsang makin cepat jika NaL/NaT
makin besar. Ini dapat dilakukan dengan
• Memperbesar ukuran sel saraf
• Menurunkan permeabilitas membran sel terhadap Na
(solusinya dengan menambahkan membran mielin)

Penghantaran rangsang satu arah disebabkan oleh adanya
periode refraktori
Periode refraktori juga membratasi frekuensi terjadinya
potensial aksi

Sel saraf berkomunikasi satu sama lain
melalui sinaps
• Sinaps merupakan elemen kunci dalam sistem saraf
– Ini merupakan hubungan atau titik hantaran antara dua
sel saraf atau antara sel saraf dengan sel efektor
• Sinap dapat berupa sistem elektrik atau kimia

– Pada sinaps elektrik, potensial aksi langsung
dihantarkan dari sel ke sel. (ini terjadi karena adanya gap
juntion pada hubungan antar sel)
– Pada sinaps kimia, neurotansmiter dilepaskan pada
celah sinaps dan berikatan pada reseptornya di sel pos
sinaps

TIGHT
JUNCTION
ANCHORING
JUNCTION
COMMUNICATING JUNCTION/GAP JUNTION
Plasma
membranes of
adjacent cells
Extracellular
Figure 4.19B matrix

SENDING 1
NEURON
Action
Axon of Vesicles potential
sending
arrives
neuron Synaptic
knob SYNAPSE
2
3
Vesicle fuses with
plasma membrane Neurotransmitter
is released into
synaptic cleft
SYNAPTIC
CLEFT
4
Receiving
neuron Neuro-
transmitter
RECEIVING Neurotransmitter binds to
NEURON
Ion channels molecules receptor
Neurotransmitter Neurotransmitter broken

Receptor down and released
Ions
5 Ion channel opens 6 Ion channel closes Figure 28.6

Sinap kimia memungkinkan terjadinya
pemrosesan informasi yang kompleks
• Neurotransmiter eksisatorik memicu terjadinya

potensial aksi pada sel posinap
• Neurotransmiter inhibitorik menurunkan
kemampuan sel posinap untuk membentuk
potensial aksi
• Penjumlahan antara efek eksisatorik dan
inhibitorik menentukan apakah sel saraf akan
menghantarkan sinyal atau tidak

• Sel saraf
Dendrites Synaptic knobs
mungkin
menerima
sinyal dari
ratusan sel
Myelin
sheath
Receiving
saraf lainnya cell body
Axon
Synaptic
knobs
Figure 28.7

Otot

Energi kontraksi

BIOLOGY
Fourth Edition
CHAPTER 26
Chemical Regulation
Modules 26.1 – 26.5

Karakter dari regulasi secara kimia
Sinyal kimia mengatur fungsi tubuh
• Kelenjar endokrin dan sel neurosekretori

memproduksi hormon
– Hormon merupakan sinyal kimia yang dibawa oleh
darah dan menyebabkan perubahan spesifik pada sel
target
• Semua sel yang mensekresikan hormon masuk ke

dalam sistem endokrin
– Sistem ini bekerja sama dengan sistem saraf untuk
mengatur aktivitas tubuh

Komunikasi sel
Figure 26.1B

Amplifikasi sinyal
Figure 26.2A
Sistem endokrin pada vertebrata
Overview: Sistem endokrin pada vertebrata
• Sistem endokrim pada vertebrata terdiri lebih dari

12 kelenjar
– Kelenjar-kelenjar tersebut mensekresikan lebih dari 50
hormon
• Hanya kelenjar sek dan korteks adrenal yang

menghasilkan hormon steroid

Table 26.3, part 2

Hipothalamus merupakan penghubung antara
sistem saraf dan endokrin
• Hipotalamus
merupakan pusat
pengontrolan dari
sistem endokrin
– Kelenjar ini mengatur
sekresi dari anterior
dan posterior pituitari

HORMONES dan HOMEOSTASIS
Tiroid mengatur perkembangan dan
metabolisme
• Tiroid memproduksi dua hormon amine

– T4 and T3
– Keduanya mengatur perkembangan dan

metabolisme
• Mekanisme feedback negatif menjaga

keseimbangan kadar T4 dan T3 di darah

• Ketidak seimbangan tiroid dapat
mengakibatkan kretinisme, gangguan
metabolisme, dan goiter
No inhibition
Hypothalamus
TRH
Anterior
pituitary
TSH
No iodine Insufficient
T4 and T3
Thyroid
produced
Thyroid grows
to form goiter
Figure 26.6A, B
Hormon dari tiroid dan paratiroid berperan
mengatur keseimbangan kalsium
• Kadar kalsium di regulasi oleh keseimbangan

dari dua hormon yang bersifat antagonis
– calcitonin dari tiroid
– Parathormon dari kelenjar paratiroid

• Calcium homeostasis
Calcitonin
Thyroid
gland
releases Stimulates Reduces
calcitonin Ca2+ deposition Ca2+ uptake
in bones in kidneys
STIMULUS:
Rising
blood Ca2+
level Homeostasis: Normal blood
(imbalance) STIMULUS:
calcium level (about 10 mg/100 mL)
Falling
blood Ca2+
level
(imbalance)
Active
vitamin D
Parathyroid
glands
release parathyroid
hormone (PTH)
Parathyroid
Stimulates Increases Increases gland
Ca2+ release Ca2+ uptake Ca2+ uptake
PTH
from bones in kidneys in intestines
Figure 26.7
Kelenjar adrenal mengatur respon tubuh terhadap
stres
• Hormon dari kelenjar adrenal

mempertahankan keseimbangan tubuh dalam
keadaan stres
• Medula adrenal
– Sinyal saraf dari hipotalamus menstimulasi
sekresi dari epinefrin dan norepinefrin
– Kedua hormon ini memicu respon fight or flight

• Korteks adrenal
– Sinyal kimia berupa ACTH menstimulasi sekresi

dari kortikosteroid, termasuk didalamnya
glukokortikoid dan mineralkortikoid
– Kortikosteroid mengakibatkan peningkatan
tekanan darah dan energi sebagai respon
terhadap stres jangka panjang

• Proses kelenjar adrenal menangani stres
Adrenal
medulla STRESS
Adrenal Nerve
gland signals Hypothalamus
Adrenal
cortex
Kidney Releasing hormone
Nerve
Spinal cord Anterior pituitary
cell
(cross Blood vessel
section)
Nerve ACTH
cell
Adrenal ACTH Adrenal cortex

medulla
Epinephrine and Mineralocorticoids Glucocorticoids

norepinephrine
SHORT-TERM STRESS RESPONSE LONG-TERM STRESS RESPONSE
1. Glycogen broken down to glucose; 1. Retention of 1. Proteins and fats

increased blood glucose sodium ions broken down and
2. Increased blood pressure and water by converted to
kidneys glucose, leading to
3. Increased breathing rate increased blood
2. Increased
4. Increased metabolic rate blood volume glucose
5. Change in blood-flow patterns, leading and blood 2. Immune system
to increased alertness and decreased pressure may be
digestive and kidney activity suppressed
Figure 26.10
BIOLOGY
Fourth Edition
CHAPTER 21
Nutrition and Digestion
Modules 21.1 – 21.3

Energi, molekul organic dan nutrisi esensial

Overview: Pemrosesan makanan terjadi
dalam 4 tahapan

Gastrovaskuler

Saluran pencernaan

Saluran pencernaan manusia

Sistem pencernaan pada Manusia
Sistem pencernaan manusia terdiri dari
saluran pencernaan dan kelenjar asesoris
• Ketika makanan di telan makanan tersebut

akan bergerak disepanjang saluran pencernaan
melalui gerakan peristaltik
– Peristalsis merupakan kontraksi ritmis dari otot
pada dinding saluran pencernaan
– Otot berbentuk cincin (Spinhter) mengatur
pergerakan makanan

Oral cavity
Mouth
Tongue Pharynx
Salivary
glands
Esophagus
Liver
Stomach
Pyloric
sphincter
Stomach
Gall-
bladder
Small
Pancreas intestine Small
intestine
Large
intestine
Rectum
Anus Figure 21.4

Bolus of food
Tongue
Epiglottis Epiglottis
up down
Pharynx
Larynx
Esophageal Larynx Larynx
sphincter up down
Trachea
Esophagus Esophagus
(windpipe)
Sphincter contracted Sphincter relaxed Sphincter contracted
Figure 21.6

Esofagus mendorong makanan masuk ke
dalam lambung
• Gerakan peristaltik mendorong makanan

masuk ke dalam lambung
Circular Relaxed
muscle layer muscles
Circular Relaxed
muscles muscles
contract,
Bolus of constricting
food passageway
and pushing
bolus down
Longitudinal
muscles
contract,
shortening
passageway
ahead of bolus
Stomach
Longitudinal
muscle layer
Figure 21.7

Pencernaan lambung
Interior surface Pits
of stomach Gastric juice
(mucus, HCI,
Food particle and pepsinogen)
3
Epithelium
Gastric
juice Pepsinogen Pepsin (active
2 enzyme)
Mucous
cells HCI
Pyloric
sphincter
Gastric 1
STOMACH
gland Chief cells
Pariental cells
Figure 21.8

Faktor yang mempengaruhi pengosongan lambung
• Osmolalitas, keasaman, dan kandungan kalori makanan

• Kondisi fisik makanan

Usus kecil merupakan organ utama dalam
pencernaan secara kimia dan penyerapan nutrisi
• Cairan yang bersifat basa dari pankreas

menetralkan chyme yang masuk dari lambung
– Enzim di dalamnya mencerna polisakarida,
protein, asam nukleat, dan lemak
• Garam empedu mengemulsi lemak sehingga

lebih mudah dicerna oleh lipase pankreas
– Garam empedu dibuat oleh hati dan disimpan di
kantung empedu

Table 21.10

INTERIOR OF INTESTINE
Blood vessel
with blood Nutrient
en route to absorption
the liver
Nutrient
absorption
Microvilli
Epithelial
cells
Lumen
Muscle
layers
Blood
Circular folds capillaries
Villi Lymph EPITHELIAL

vessel CELLS
Nutrient
absorption
INTESTINAL WALL VILLI
Figure 21.10B

Penyerapan lemak

Distribusi nutrisi

Usus besar berperan sebagai tempat
penyerapan air
• Material yang Large
tidak dicerna intestine

(colon)
masuk ke dalam
usus besar/kolon
– Air diserap End
of small Small
intestine intestine
– Feces Rectum
diproduksi Anus
Nutrient
flow
Appendix
Cecum
Figure 21.11

Jenis makanan dan Adaptasi pencernaan
Adaptasi dari sistem pencernaan vertebrata
mencerminkan jenis makanannya
• Herbivora dan omnivora memiliki saluran

pencernaan yang lebih panjang dari karnivora
– Material pada tanaman lebih susah dicerna
daripada daging

Small intestine
Small
intestine Stomach
Cecum
Colon
(large
intestine)
CARNIVORE HERBIVORE Figure 21.12A

• Beberapa mamalia memiliki bakteri pencerna
selulosa di kolon atau sekumnya
– Sekum merupakan kantung tempat
terhubungnya usus besar dan kecil
– Contoh: kuda dan gajah
• Mamalia jenis lainya mencerna kembali

fesesnya untuk memperoleh kembali nutrien
– Contoh: kelinci dan beberapa jenis rodensia

• Ruminansia memproses selulosa pada
lambung dengan empat ruang
Intestine 3 Omasum 1 Rumen
Esophagus
Rumen
4 Abomasum 2 Reticulum
Figure 21.12B
BIOLOGY
Fourth Edition
CHAPTER 23
Circulation
Modules 23.1 – 23.3

Sistem sirkulasi berhubungan dengan semua
jaringan di dalam tubuh
• Kapiler merupakan pembuluh darah

mikroskopik
– Mereka membentuk jaring-jaring yang saling
berhubungan di jaringan
Capillary
Red
blood
cell
Figure 23.1A

– Tidak ada substansi yang harus berdifusi keluar
atau masuk ke dalam sel dalam jarak yang jauh
Capillary
Diffusion of
INTERSTITIAL molecules
FLUID
Tissue
cell
Figure 23.1B

Mekanisme trasportasi internal
Beberapa tipe transportasi internal berevolusi
pada hewan
• Pada Cnidaria dan cacing

pipih, rongga
gastrovaskuler berfungsi
sebagai tempat
pencernaan sekaligus
transportasi
Mouth
Circular
canal
Figure 23.2A

Figure 23.2B

Sistem kardiovaskuler pada mamalia
Jantung manusia dan sistem kardiovaskulernya
serupa dengan semua mamalia
• Mamalia memiliki dua artrium dengan dinding

tipis dan berfungsi memompa darah ke
ventrikel
– Ventrikel dengan dinding yang tebal memompa
darah keseluruh organ di dalam tubuh

Pulmonary Aorta
artery
Pulmonary
Superior
artery
vena cava
LEFT
ATRIUM
RIGHT
ATRIUM
Pulmonary
veins Pulmonary
veins
Semilunar
Semilunar
valve valve
Atrioventricular
valve Atrioventricular
valve
Inferior
vena cava
RIGHT LEFT
VENTRICLE VENTRICLE
Figure 23.4A

Superior 7
Capillaries of
vena cava
Head and arms
Pulmonary
artery Pulmonary
artery
Capillaries Capillaries
of right lung 9 Aorta of left lung
3 2 3
4
11
Pulmonary Pulmonary
vein vein
5
1 LEFT ATRIUM
RIGHT ATRIUM
10 LEFT VENTRICLE
RIGHT VENTRICLE
Inferior Aorta
vena cava
Capillaries of
abdominal organs
and legs
8
Figure 23.4B

Struktur dari pembuluh darah sesuai dengan
fungsinya
• Satu lapis sel membentuk dinding dari

pembuluh kapiler
• Arteri dan vena memiliki otot polos dan
jaringan ikat
– Katup mencegah aliran balik pada vena

Valve
Epithelium Basement
membrane
Epithelium
Epithelium
Smooth
muscle Smooth
CAPILLARY muscle
Connective Connective
tissue tissue
ARTERY VEIN
VENULE
ARTERIOLE
Figure 23.5

Jantung kontraksi dan relaksasi secara ritmik
• Diastole
1 Heart is 2 Atria
– Darah mengalir dari relaxed.
AV valves
contract.
vena ke runga are open.
jantung
• Sistol
SYSTOLE
– Artrium berkontraksi
0.1 sec
singkat dan mengisi 0.3 sec

3 Ventricles
ventrikel dengan darah 0.4 sec
contract.
Semilunar
valves
– Kemudian ventrikel are open.
kontraksi dan DIASTOLE

mendorong darah
keluar
Figure 23.6

• Katup pada jantung mencegah terjadinya aliran
balik
• Kardiak output
– Jumlah darah yang dipompa oleh ventrikel kiri
ke aorta tiap menitnya

Pacemaker mengatur tempo dari detak jantung
• SA node (pacemaker) menghasilkan sinyal

elektrik yang memicu kontraksi atrium
• AV node kemudian mengalirkan sinyal ke
centrikel
Specialized
Pacemaker AV node
muscle fibers
(SA node)
Right
atrium
Right
ventricle
1 2 3 4
ECG Figure 23.7

Darah menghasilkan tekanan ke pembuluh darah
• Tekanan darah tergantung pada

– cardiac output (stroke volum X laju detak
jantung)
– Resistensi dari pembuluh darah (diameter,
panjang, elastisitas pembuluh darah)

• Tekanan Systolic
pressure
terbesar Diastolic
terjadi di pressure
arteri Relative sizes and

numbers
– Menjadi nol of blood
vessels
pada saat
darah
mencapai
vena
Figure 23.9A

• Tiga faktor yang menjaga aliran darah balik ke
jantung
– Kontraksi otot
– Pernafasan
– Katup yang terbuka satu arah
Direction of
blood flow
in vein
Valve (closed) Valve (open)

Skeletal muscle Figure 23.9B

Otot polos mengatur distribusi darah
• Kontraksi otot pada arteri dan spinchter

mengatur aliran darah melalui kapiler
Precapillary sphincters Thoroughfare Thoroughfare

channel channel
Arteriole Venule Arteriole Venule

Capillaries
1 Sphincters relaxed 2 Sphincters contracted

Figure 23.11

Kapiler memungkinkan transfer substansi
melalui dindingnya
Figure 23.12A

• Transfer material antara darah dengan cairan
intertistisial terjadi akibat
– Perembesan melalui celah pada dinding kapiler
– Difusi melalui dinding kapiler
– Adanya tekanan darah
– Adanya tekanan osmotik

Tissue cells
Osmotic Osmotic
Arterial pressure pressure Venous
end of end of
capillary capillary
Blood Blood
pressure pressure
INTERSTITIAL
FLUID NET PRESSURE NET PRESSURE
OUT IN
Figure 23.12B

Struktur dan fungsi darah
Darah terdiri dari sel yang terbenan di dalam plasma
• Plasma merupakan komponen cair yang terdiri

dari berbagai substansi

Withdraw
blood
Centrifuge
Place in tube
PLASMA 55%
CONSTITUENT MAJOR FUNCTIONS CELLULAR ELEMENTS 45%
Solvent for CELL TYPE NUMBER FUNCTIONS

Water carrying other (per mm3 of blood)
substances
Erythrocytes
Salts (red blood cells) 5–6 million Transport of
Sodium Osmotic balance, oxygen
Potassium pH buffering, and (and carbon
Calcium regulation of dioxide)
Magnesium membrane
Chloride permeability Leukocytes
Bicarbonate Defense and
(white blood cells) 5,000–10,000 immunity
Plasma proteins
Albumin Osmotic balance,
pH buffering Lymphocyte
Fibrinogen Clotting Basophil
Immunoglobins Immunity
(antibodies) Eosinophil
Substances transported by blood Monocyte
Nutrients (e.g., glucose, fatty acids, vitamins) Neutrophil
Waste products of metabolism
Respiratory gases (O2 and CO2) Platelets 250,000–
Hormones Blood clotting
400,000
Figure 23.13

Sel darah merah berperan dalam trnasportasi
oksigen
• Sel darah merah

mengandung hemoglobin
– Hemoglobin mampu
mengangkut O2
Figure 23.14

Sel darah putih membantu melindungi tubuh
• Sel darah putih bekerja di dalam dan di luar

sistem sirkulasi
– Mereka melawan infeksi dan kanker
Basophil Eosinophil
Monocyte
Neutrophil Lymphocyte
Figure 23.15

Pembekuaan darah membentuk sumbatan ketika
pembuluh darah mengalami pelukaan
• Ketika pembuluh
darah rusak, platelet
merspon
– Mereka membantu
pembentukan fibrin
yang berperan
dalam proses
penyumbatan
Figure 23.16B

1 Injury to lining of blood 2 Platelet plug forms 3 Fibrin clot traps
vessel exposes connective blood cells
tissue; platelets adhere
Connective
tissue
Platelet
Platelet releases chemicals plug
that make nearby platelets sticky
Clotting factors from:
Platelets Calcium and

other factors
Damaged cells in blood plasma
Prothrombin Thrombin
Fibrinogen Fibrin
Figure 23.16A

BIOLOGY
Fourth Edition
CHAPTER 22
Respiration: The Exchange of
Gases
Modules 22.1 – 22.4

Mekanisme pertukaran gas
• Pertukaran gas merupakan pertukaran antara

organisme dengan lingkungannya
– Ini dikenal juga dengan respirasi

Overview: Pertukaran gas membutuhkan
pernafasan, transportasi gas, dan
pelepasan/pengambilan gas di jaringan
• Pertukaran gas merupakan hal yang esensial

karena metabolisme membutuhkan O2 dan
menghasilkan CO2
• Terdapat tiga fase pertukaran gas

O2
Lung CO2
1 Breathing
Circulatory
system
2 Transport
of gases by
the circulatory
system
Mitochondria
3 Servicing of O2
cells within
the body CO2
tissues
Capillary
Cell
Figure 22.1

Hewan melakukan pertukaran O2 dan CO2 pada
daerah permukaan tubuh yang lembab
• O2 masuk ke tubuh hewan dan CO2 keluar dari

tubuh, keduanya mengalir secara difusi melalui
permukaan pernafasan
– Permukaan pernafasan di bangun oleh sel hidup

• Pada sebagian besar hewan, bagian tubuh yang
terspesialisasi berperan sebagai tempat
pertukaran gas
– Gills in fish
Body surface
Respiratory
surface
(gill)
CO2 Capillaries
O2
Figure 22.2B

– Tracheae in – Lungs in land
insects vertebrates
Body surface
Body surface
Respiratory
surface Respiratory
(tracheae) surface
O2 (within lung)
Body cells CO2 O2 Capillary

(no capillaries)
CO2
Figure 22.2C, D

Insang teradaptasi untuk pertukaran gas di
lingkungan perairan
• Insang merupakan perpanjangan dari tubuh

yang berperan menyerap O2 dari air
• Pada ikan, filamen insang memiliki banyak
lamela
– Lamellae dikemas bersamaan dengan pembuluh
darah
– Mereka merupakan permukaan pernafasan

Gill arch
• The structure Direction
of fish gills
of water
flow
Gill arch
Blood
vessels
Gill
filaments
Oxygen-poor
blood
Oxygen-rich
blood
Lamella
Water
flow Figure 22.3

Countercurrent pada insang meningkatkan
penyerpan O2
• Aliran darah pada

lamela berlawanan arah
dengan aliran air
Water flow
– Sistem countercurrent over

lamellae
menjaga gradien yang

memaksimumkan
penyerapan O2
Blood flow
through
lamellae
Figure 22.4

BIOLOGY
Fourth Edition
CHAPTER 22
Respiration: The Exchange of
Gases
Modules 22.5 – 22.9

Sistem trakea pada serangga memberikan pertukaran
secara langsung antara sel dengan udara
• Hewan darat melakukan petukaran gas dengan

udara yang di hirupnya
– Udara mengandung lebih banyak O2 dan
bergerak lebih mudah dari air
– Tetapi kehilangan cairan dari permukaan
pernafasan dapat menjadi masalah

• Pada serangga, jaring-jaring trakea mengambil
fungsi pertukaran gas
– O2 berdifusi dari cabang trakea yang
membentuk tabung ke sel
Figure 22.5B

Air sacs
Tracheae
Opening
for air
Body
cell
Tracheole Air
sac
Trachea
Air Body wall Figure 22.5A, C

Vertebrata teresterial memiliki paru-paru
• Pada manusia dan mamalia, udara masuk

melalui rongga nasal
– Udara bergerak melalui faring dan laring
menuju ke trakea
– Trakea bercabang membentuk dua bronkus
– Setiap bronkus bercabang menjadi bronkiolus

• The human respiratory system
Nasal
cavity
Pharynx
(Esophagus)
Left lung
Larynx
Trachea
Right
lung
Bronchus
Bronchiole
Diaphragm
(Heart)
Figure 22.6A

• Ujung bronkiolus membentuk
kumpulan kantung yang
disebut dengan alveoli
– Alveoli membentuk permukaan
respirasi paru-paru Figure 22.6C
– Oksigen berdifusis Oxygen-rich

blood Oxygen-poor
melalui dinding tipis

blood
dari alveoli ke darah Bronchiole
Alveoli
Blood capillaries
Figure 22.6B

Pernafasan memberikan pertukaran udara
pada paru-paru
• Pernafasan merupakan pergiliran dari inhalasi
dan ekhalasi
Rib cage
Rib cage
expands as
gets smaller
rib muscles Air Air
as rib muscles
contract inhaled exhaled
relax
Lung
Diaphragm
INHALATION EXHALATION
Diaphragm contracts Diaphragm relaxes
(moves down) (moves up)
Figure 22.8A

• Kapasitas vital merupakan volume maksimum
dari udara yang dapat dihirup dan dikeluarkan
– Akan tetapi paru-paru kita dapat menampung
udara lebih banyak dari itu
– Alveolus tidak benar-benar mengempis
– Udara residu masih tetap di paru-paru setelah
proses ekhalasi

• Organisme lainnnya, sperti burung memiliki
kantung udara
– Kantung ini berperan sebagai tempat
penyimpanan udara dan menjaga aliran udara
satu arah pada paru-paru
Air Air
Anterior
air sacs
Trachea
Posterior Lungs Lungs

air sacs
Air
tubes
in lung
INHALATION: EXHALATION: 1 mn
Air sacs fill Air sacs empty; lungs fill
Figure 22.8B

Pernafasan dikontrol secara otonom
• Pusat kontrol pernafasan terletak di pons dan

medula dari otak
– Sistem kontrol otomatis ini menjaga irama
pernafasan sesuai dengan kebutuhan tubuh

• Selama olahraga, CO2 didalam darah
meningkat, menurunkan PH darah
– Ini memicu Brain
aliran Cerebrospinal fluid
kejadian
BREATHING CONTROL
CENTERS—stimulated by:
Pons
Medulla CO2 increase / pH decrease

in blood
Nerve signal
Nerve signals
indicating low
trigger
O2 level
contraction
of muscles
O2 sensor
in artery
Diaphragm
Figure 22.9 Rib muscles

Transport gas di dalam tubuh
Darah mentransport gas, dengan hemoglobin
sebagai pembawa oksigen
• Jantung memompa darah miskin oksigen ke

paru-paru
– Di paru-paru oksigen diambil dan karbon
dioksida dilepaskan
– Dijaringan, darah mengambil CO2 dan
melepaskan O2
– Gas berdifusi sesuai dengan gradien
konsentrasinya di paru-paru dan jaringan
• Gas exchange in
the body
Figure 22.10A

• Hemoglobin merupakan protein pada sel darah
merah
– Dia berperan membawa sebagian besar oksigen
di dalam darah
Heme Iron
group atom
O2 loaded O2
in lungs
O2 unloaded
in tissues O2
Polypeptide chain
Figure 22.10B

Kenapa Hb dapat meningkatkan kemampuan
darah dalam mengangkut O2?

Beberapa faktor mempengaruhi kemampuan
Homoglobin dalam mengangkut Oksigen
1. pH darah
2. Keberadaan 1,2 dipospogliserat
3. Gradien konsentrasi O2 dan CO2
4. Suhu

Hemoglobin membantu transportasi CO2 dan
berperan sebagai buffer di darah
• Hemoglobin membentu menjaga kesetabilan

pH darah dan membawa sebagian CO2

• Sebagian besar CO2 di
TISSUE CELL
CO2 produced
darah bereaksi dengan

air membentuk asam INTERSTITIAL CO
FLUID 2
karbonat BLOOD
PLASMA CO2 Capillary
– Asam karbonat WITHIN

CAPILLARY
wall
dipecah menjadi H+ CO2
dan ion bikarbonat H2O
RED Hemoglobin
– H+ kemudian diikat BLOOD H2CO3
picks up
CELL Carbonic acid CO2 and H+
oleh hemoglobin, dan

ini membantu HCO3– + H+
Bicarbonate
menjaga kesetabilan
pH darah HCO3–
Figure 22.11A

ALVEOLAR SPACE IN LUNG
• Sebagian besar CO2 di CO2
dalam darah ditrasport

dalam bentuk ion CO2
bikarbonat
CO2
CO2
H2O
Hemoglobin
H2CO3
releases
CO2 and H+
HCO3– + H+
HCO3–
Figure 22.11B

BIOLOGY
Fourth Edition
CHAPTER 24
The Immune System
Modules 24.1 – 24.2

Pertahanan non spesifik terhadap infeksi
Kulit, membran mukosa, sel fagositik, dan

protein antimikroba termasuk ke dalam
pertahanan non spesifik terhadap bakteri
• Sistem pertahanan pertama tubuh terhadap

infeksi bersifat non spesifik
– Mereka tidak membedakan antara agen
penginfeksi yang satu dengan agen pengionfeksi
yang lainnya

• Makrofag berpatroli pada cairan intertistisial
– Mereka memakan bakteri dan sel terinfeksi
virus yang mereka temui
Figure 24.1A

• Interferon diaktivasi oleh sel yang terinfeksi
VIRUS Viral nucleic acid

6 Antiviral proteins block
1
viral reproduction
2 Interferon New viruses

genes
turned on
mRNA
3 5 Interferon
stimulates
Interferon cell to turn
molecules on genes
for antiviral
proteins
HOST CELL 1 4 HOST CELL 2

Makes interferon; Protected against virus
is killed by virus by interferon from cell 1 Figure 24.1B

Inflamasi memobilisasi pertahanan
nonspesifik
• Kerusakan jaringan memicu terjadinya respon
inflamasi
Skin surface Swelling

Pin
Phagocytes
Bacteria Phagocytes and
Chemical fluid move
signals into area
White
blood cell
1 Tissue injury; release of 2 Dilation and increased leakiness 3 Phagocytes (macrophages and
chemical signals such as of local blood vessels; migration neutrophils) consume bacteria
histamine of phagocytes to the area and cell debris; tissue heals
Figure 24.2

• Respon inflamasi dapat
– Menghilangkan infeksi pada jaringan
– Mencegah infeksi lebih lanjut

Sistem limfatik merupakan komponen krusial
dalam melawan infeksi
• Sistem limfatik ,merupakan jejaring dari

pembuluh limfatik dan organ
– Dia mengembalikan cairan di jaringan ke
sistem peredaran
– Dia berperan melawan agen penginfeksi

LYMPHATIC
Adenoid VESSEL
Tonsil
VALVE
Right lymphatic Tissue cells
duct, entering Lymph nodes
vein Interstitial
Thoracic duct, Blood
fluid
entering vein capillary
Thoracic
duct Thymus
Appendix LYMPHATIC
Spleen CAPILLARY
Masses of
lymphocytes and
macrophages
Bone
marrow Lymphatic
vessels
Figure 23.3

• Pembuluh limfatik mengambil cairan dari
jaringa.
• Ini akan dikembalikan ke darah dalam
bentuk cairan limfa
– Cairan limfa mengandung sedikit oksigen dan
nutrisi jika dibandingkan dengan cairan
intertistisial.
LYMPHATIC
VESSEL
VALVE
Tissue cells
Interstitial
Blood
fluid
capillary
LYMPHATIC
CAPILLARY Figure 23.3B

• Nodus limfa merupakan daerah kunci dari
pertahanan melawan infeksi
– Mereka dihuni oleh limfosit dan makrofag
Masses of
lymphocytes and
macrophages
Outer capsule of
lymph node
Macrophages
Lymphocytes
Figure 23.3C, D

Immunitas spesifik
Respon immun yang bersifat spesifik
• Sistem immun merespon molekul asing yang

disebut dengan antigen
• Infeksi atau vaksinasi memicu respon immun
spesifik
• Immun sistem bereaksi terhadap antigen dan
mengingatnya

Limfosit memiliki dua mekanisme pertahanan
• Terdapat dua tipe

BONE MARROW
limfosit yang Stem cell
berperan dalam
THYMUS
Via
respon immun blood
Immature
lymphocytes
– Sel B Antigen
mensekresikan receptors
antibodi yang B cell T cell
menyerang antigen
CELL-
HUMORAL Via MEDIATED
IMMUNITY blood IMMUNITY
– Sel T menyerang sel Lymph nodes,

spleen, and other
lymphatic organs Final
yang terinfeksi OTHER PARTS
OF THE
LYMPHATIC
maturation of
B and T cells
patogen Figure 24.5

SYSTEM in lymphatic
organ

Antigen punya daerah spesifik yang dapat
dikenali oleh antibodi
• Determinan Antibody A
antigenik/epitop
molecules
Antigen-
merupakan binding
sites
bagian dari
antigen yang
dikenali oleh Antigen
Antigenic
determinants
antibodi
Antibody B
molecule
Figure 24.6

Seleksi klonal berperan mengumpulkan
kekuatan untuk melawan antigen spesifik
• Ketika antigen masuk ke dalam tubuh, dia

hanya mengaktivasi limfoit dengan reseptor
yang komplementer dengannya
– Sel B dan T memperbanyak diri dan
berkembang menjadi sel efektor yang melawan
antigen pemicunya
– Proses ini disebut dengan seleksi klonal

Antigen molecules
Variety of Antigen receptor

B cells in a (antibody on
lymph node cell surface)
Cell growth
division, and
differentiation
Clone of many Endoplasmic

effector cells reticulum
secreting
antibodies
Antibody
molecules
Figure 24.7

Pada respon immun primer dihasilkan sel-sel
memori
• Pada respon immun primer, seleksi klonal
menghasilkan sel memori
– Sel-sel ini dapat memberikan immunitas
sepanjang hayat
Figure 24.8A

• Ketika sel
memori diaktifasi Unstimulated lymphocyte
oleh pendedahan First exposure to antigen
antigen, mereka
FIRST CLONE
memperbanyak
diri dengan cepat
Memory cells
dan Second exposure to antigen Effector cells
menghasilkan
SECOND CLONE
respon sekunder
yang cepat
More memory cells
New effector cells
Figure 24.8B

Overview: Sel B merupakan komponen utama
dalam sistem immunitas humoral
• Dipicu oleh antigen spesifik, sel B

berdiferensiasi menjadi sel efektor
– Sel efektor ini disebut dengan sel plasma
– Sel plasma mensekresikan antibodi

PRIMARY RESPONSE Antigen
(initial encounter
with antigen) Antigen receptor
on a B cell
Antigen binding
to a B cell
Cell growth,
division, and
differentiation
Clone of
cells Memory B cell
Plasma cell
Antibody
molecules
Later
SECONDARY RESPONSE
exposure
(can be years later)
to same
Cell growth, antigen
division, and further
differentiation
Larger clone
of cells
Plasma cell
Memory B cell
Antibody Figure 24.9
molecules

Antibodi merupakan senjata dalam
immunitas humoral
• Gambaran molekul antibodi
Figure 24.10A

• Antibodi memiliki daerah pengikatan antigen
yang spesifik mengenali antigen yang memicu
sekresinya
Antigen-binding
sites
Light
chain
Heavy
chain
Figure 24.10B

Terdapat lima jenis antibodi
• IgA
• IgG
• IgD
• IgM
• IgE

Antibodi menandai antigen yang harus
dieleminasi
• Antibodi bekerja dengan cara
– Mencegah penempelan antigen berbahaya
– Mengkaugolasi bakteri atau virus
– Mempresipitasi antigen terlarut
– Mengaktifasi molekul komplemen

Binding of antibodies to antigens
inactivates antigens by
Neutralization Agglutination Precipitation of Activation

(blocks viral binding sites; of microbes dissolved antigens of complement
coats bacterial toxins)
Complement
Bacteria
molecule
Virus
Antigen
Bacterium molecules
Foreign cell Hole
Enhances Leads to
Phagocytosis Cell lysis
Macrophage
Figure 24.11

Sel T berperan dalam immunitas diperantarai
sel dan membantu sistem immunitas humoral
• Sel T helper dan sel T sitotoksik merupakan

komponen utama dalam immunitas yang
diperantarai sel
• Sel T helper juga memicu timbulnya respon
immun humoral

• Immunitas yang diperantarai sel
– Antigen Microbe
presenting sel
pertama-tama
Macrophage
1 (will become APC)
mempresentasik Antigen from microbe

(nonself molecule)
an antigen pada Self protein
sel T helper.
Antigen tersebut
Self protein
displaying
antigen T cell receptor
terikat molekul
MHC yang 2 3
Helper
Binding
site for
diproduksi oleh
self
T cell protein
4
APC Binding site
APC for antigen
Figure 24.13A
• Reseptor sel T helper mengenali kompleks
antigen-MHC pada sel APC
– Interaksi tersebut mengaktivasi sel T helper
– Sel T helper kemudian dapat mengaktifasi sel
T sitotoksik dengan reseptor yang sama
Self protein Cell-mediated

displaying Cytotoxic
T cell Interleukin-2 immunity
an antigen T cell (attack on
receptor stimulates
cell division infected cells)
Interleukin-2
activates
APC Helper other T cells
T cell and B cells
Humoral
immunity
B cell (secretion of
antibodies by
Interleukin-1 plasma cells)
activates
helper T cell Figure 24.13B
• Sel T sitotoksik berikatan dengan sel yang
terinfeksi dan menghancurkannya
1 Cytotoxic T cell binds 2 Perforin makes holes 3 Infected cell is destroyed

to infected cell in infected cell’s membrane
Hole
forming
Foreign
antigen
INFECTED CELL
Cytotoxic
Perforin T cell
molecule
Figure 24.13C

Sel T sitotoksik juga berperan dalam melawan
kanker
• Sel T sitotoksik
mungkin sel kangker
– Protein permukaan
dari sel kanker
kemungkinan berbeda
dengan sel normal
Figure 24.14

Kerja dari sistem immun kita sangat
tergantung dari kondisi genetik kita
• Respon immun umunya hanya akan

menyerang substansi yang berbeda dengan
molekul di dalam tubuh kita
– Dia umumnya akan menolak transplantasi
organ
– Sel-sel dari organ cangkokan tidak memiliki
protein unik yang dimiliki oleh resepien

Gangguan pada sistem immun
Gangguan pada sistem immun dapat
menimbulkan penyakit
• Penyakit autoimmun
– Sistem immun menyerang molekul diri sendiri
• Penyakit immunodefisiensi
– Dapat disebabkan oleh kekurangan/
abnormalitas dari komponen immunitas, dan
dapat juga disebakan oleh infeksi
• Sters fisik dan emosi dapat juga menurunakan
kinerja sistem immunitas
Allergies merupakan reaksi hipersensitif
terhadap antigen di lingkungan
• Alergi merupakan respon abnormal terhadap

alergen di lingkuangan
B cell
(plasma cell)
Histamine
Mast
Antigenic
cell
determinant
Antibodies Allergen binds to Histamine is

Allergen B cells make
(pollen grain) antibodies attach to antibodies on released, causing
mast cell mast cell allergy symptoms
SENSITIZATION: Initial exposure to allergen LATER EXPOSURE TO SAME ALLERGEN
Figure 24.17

BIOLOGY
Fourth Edition
CHAPTER 25
Control of the Internal
Environment
Modules 25.1 – 25.4

Termoregulasi
Panas diperoleh dan keluar dari tubuh melalui 4
cara
• Pengaturan suhu tubuh melibatkan
penyesuaian terhadap pertukaran panas
dengan lingkungan
Convection Radiation
Evaporation
Conduction Figure 25.1

Termoregulasi tergantung pada panas yang
diprosuksi dan panas yang diperoleh atau
dilepas
• Baik hewan endoterm maupun ektoterm

mengubah laju kehilangan panasnya
• Hanya hewan endotermi yang akan mengubah
produksi panasnya akibat perubahan suhu
lingkungan

• Perubahan hormonal meningkatkan produksi
panas dengan cara meningkatkan laju
metabolisme
– Bulu dan rambut membantu tubuh menghindari
kehilangan panas
– Bergetar, seperti yang dilakukan lebah, juga
meningkatkan produksi panas dari proses metaboisme
Figure 25.2A

• Aliran darah melalui kulit mempengaruhi laju
kehilangan panas
Top view of shark

Skin
Blood vessels
of gills Artery
Vein
Capillary network
Heart within muscle
Artery and vein

under the skin Dorsal aorta
Figure 25.2B

Body surface (cool)
• Pada sistem pertukaran
panas secara countercurrent, 18˚ 20˚
Darah dari sumbu tubuh C C
menghangatkan darah
dingin dari insang atau 20˚ 22˚
anggota gerak Blood
flow
– Proses ini dapat
22˚ 24˚
mencegah kehilangan
panas Heat
transfer
24˚ 26˚
Inner body (warm)
Figure 25.2C
Perilaku sering mempengaruhi suhu tubuh
• Berjemur
• Berteduh
• Mandi
• Mengubur diri
• Migrasi
Figure 25.3

Menurunkan laju metabolisme berperan dalam
penyimpanan energi
• Torpor adalah peristiwa penurunan aktivitas
dan menurunakn laju metabolisme
– Hibernation
pada suhu
weather
– Estivation
pada suhu
tinggi
Figure 25.4

Pada manusia
kulit merupakan
salah satu
organ yang
pentin dalam
thermoregulasi

Osmoregulasi

Manusia harus membuang sisa-sisa-atau produk
berbahaya dari proses metabolismenya.
• Senyawa bernitrogen merupakan produk sampingan dari
metabolisme tubuh yang sangat beracun. Senyawa
bernitrogen diproduksi dari metabolisme protein dan
asam nukleat.
• Terdapat tiga bentuk pembuangan senyawa bernitrogen
pada dunia hewan:
– Amonium beracun namun mudah larut dalam air.
Senyawa ini mudah dibuang dari tubuh namun
membutuhkan banyak air.
– Urea memiliki toksisitas yang rendah mudah disimpan
dan di ekskresikan
– Asam urat berbentuk pasta, pembuangannya
membutuhkan sedikit air.
Proteins Nucleic acids
Amino acids Nitrogenous bases
–NH2
Amino groups
Most aquatic animals, Mammals, amphibians, Birds, insects, many

including many fishes sharks, some bony fishes reptiles, land snails
Ammonia Urea
Uric acid Figure 25.8

Sistem ekskresi memegang peranan penting dalam
keseimbangan tubuh
• Sistem ekskresi
– Membuang
sisa-sia (Inferior
metabolisme vena cava)
Renal artery Kidney

and vein
– Mengatur (Aorta)
cairan dan Ureter
keseimbangan Bladder
Urethra
garam
A. THE EXCRETORY SYSTEM
Figure 25.9A

• Terdapat sepasang ginjal pada manusia, tiap
ginjal mengandung jutaan unit fungsional yang
disebut nefron
• Urin meninggalkan ginjal melalui ureter
• Urin untuk sementara ditampung dalam
kantung kemih

Bowman’s Nephron
capsule
Renal tubule
Renal
medulla cortex
Renal artery
Renal
cortex
Renal vein Collecting
Renal duct
pelvis Renal
medulla
Ureter
To
renal
pelvis
B. THE KIDNEY C. ORIENTATION OF A NEPHRON WITHIN THE KIDNEY
Figure 25.9B, C

• Setiap nefron Bowman’s capsule
1 Proximal tubule
terdiri dari tubulus

Glomerulus
Arteriole Capillaries
yang berlekuk dan from renal

artery
berhubungan Arteriole
from glomerulus
3 Distal
tubule
dengan pembuluh
darah
Branch of From
renal vein another
nephron
– Nefron berperan Collecting

menyaring plasma duct
2 Loop of Henle
darah with capillary
network
– Filtrat kemudian
diproses sehinga
dihasilkan urin dalam
jumlah yang rendah D. DETAILED STRUCTURE OF A NEPHRON
Figure 25.9D

Fungsi kunci dari sistem ekskresi adalah filtrasi,
reabsorbsi, dan ekskresi
• Filtrasi
– Disebabkan oleh adanya tekanan darah.
• Reabsorbsi
– Nefron mengambil senyawa-senyawa di dalam
filtrat yang masih dapat dipergunakan kembali.

• Sekresi
– Nefron membuang substansi dan
menambahkannya ke dalam filtrat
• Ketiga proses diatas menghasilkan urin yang

siap disekresikan
Nephron tubule
FILTRATION REABSORPTION EXCRETION
SECRETION
H2O, other small molecules Urine
Capillary
Figure 25.10

From blood to filtrate to urine: A closer look
• The proximal tubule reabsorbs

– nutrients
– salts
– water
• Antidiuretic hormone and other hormones

regulate the amount of salt and water the
kidneys excrete

• Pengaturan sekresi of H+ dan reabsorbsi ion
bikarbonat membantu dalam proses
pengaturan pH darah
• Sekresi juga meliputi transpor aktif dari obat-
obatan dan senyawa beracun
• Reabsorbsi dari garam dan urea memicu
timbulnya tekanan osmotik yang berperan
dalam proses penyerapan air.

Proximal tubule Distal tubule
Bowman’s
capsule NaCl H2O Glucose and H2O
HCO3– amino acids NaCl HCO3–
Blood
Some NH H+ K+
3 H+
Filtrate drugs Collecting
H2O and poisons duct
CORTEX
Salts (NaCl, etc.)
MEDULLA
HCO3–
H+ Loop of
Urea Henle NaCl
Glucose
Amino acids NaCl
Some drugs H2O
Reabsorption
Urea
Active transport
NaCl H2O
Passive transport
Secretion
(active transport)
Urine (to renal pelvis)
Figure 25.11

BIOLOGY
Fourth Edition
CHAPTER 27
Reproduction and Embryonic
Development
Module 27.1

• Semua hewan memiliki tiga tahap
perkembangan embrio
– Pembelahan secara mitosis
– Diferensiasi sel
– Pembentukan badan dan strukturnya

ASEXUAL AND SEXUAL REPRODUCTION
27.1 Reproduksi seksual dan seksual umum terjadi
pada dunia hewan
• Reproduksi aseksual
– Bertunas
– Pembelahan
– Fragmentasi
– Perkembangan dari telur
yang tidak difertilisasi
Figure 27.1A

• Reproduksi seksul
– Pembelahan dari hasil fusi dua sel haploid
Figure 27.1D

• Rotifers dapat
“Head”
bereproduksi seksual
dan aseksual Intestine
Ovary
Eggs
• Hermaphroditism
– Satu individu yang
yang memiliki
kelamin jantan dan
betina
Figure 27.1B, C

• Keuntungan reproduksi aseksual
– Hanya membutuhkan satu jenis untuk
reproduksi
– Keturunan diproduksi dengan cepat
• Kelemahan reproduksi aseksual

– Sedikit atau tidak ada variasi

• Keuntungan reproduksi aseksual
– Peningkatan variasi genetik
– Meningkatkan kemampuan populasi untuk
bertahan terhadap lingkungan yang kurang
menguntungkan
• Kelemahan
– Memerlukan lokasi hewan

BIOLOGY
Fourth Edition
CHAPTER 27
Development
Modules 27.2 – 27.3

Reproduksi Manusia
27.2 Anatomi reproduksi wanita
• Ovari
– Mengandung Ovaries Oviduct
folikel tempat
pertumbuhan
telur Corpus luteum Follicles
Uterus Wall of uterus
– Menghasilkan Endometrium
(lining of uterus)
hormon sek
Cervix
(“neck” of uterus)
Vagina
• Oviducts
– Mengalirkan
Figure 27.2A
telur ke uterus
• Uterus
– Tempat
berkembangny
a zigot
Ovaries Oviduct
• Vagina
– Saluran lahir Corpus luteum Follicles
Uterus Wall of uterus
Endometrium
(lining of uterus)
Cervix
(“neck” of uterus)
Vagina
Figure 27.2A

• Ovulasi
– Pelepasan sel telur dari ovarium
Egg
cell
Figure 27.2B

Oviduct
Ovary
Uterus
Bladder
Rectum
(excretory system)
(digestive system)
Pubic bone
Cervix Urethra
(excretory system)
Shaft
Vagina
Glans Clitoris
Bartholin’s gland Prepuce
Labia minora
Labia majora
Vaginal opening
Figure 27.2C
27.3 Anatomi reproduksi jantan
• Semen
– Sperm, yang dilepaskan selama ejakulasi
– Sekresi kelenjar yang membawa, memberi
nutrisi, dan melindungi sperma
• Testes
– Memproduksi sperma
– Terletak diluar rongga tubuh, di dalam skrotum

Bladder Seminal
(excretory vesicle
system) (behind
bladder)
Prostate gland
Bulbourethral
gland
Urethra
Erectile tissue
of penis
Scrotum
Vas deferens
Epididymis
Testis Glans of
penis
Figure 27.3B

Bladder
Seminal vesicle (excretory
Rectum system)
(digestive system)
Pubic bone
Vas deferens
Ejaculatory Erectile tissue
duct of penis
Prostate gland Urethra

Vas deferens
Bulbourethral gland Glans of penis
Epididymis
Testis
Scrotum Prepuce
Figure 27.3A

• Hormon androgen menstimulasiproduksi
sperma
– Hormon ini juga menjaga homeostasis melalui
mekanisme feedback negatif yang bekerja
dengan cara menghambat sekresi FSH dan LH

Stimuli from other
areas in the brain
Hypothalamus
Releasing
hormone
Negative feedback
Anterior
pituitary
FSH LH
Androgen
production
Testis
Sperm
production
Figure 27.3D

BIOLOGY
Fourth Edition
CHAPTER 27
Development
Modules 27.4 – 27.8

27.4 Pembentukan sperma dan ovum terjadi
secara miosis
• Spermatogenesis
– Memproduksi sperma pada pria
• Oogenesis
– Memproduksi ovum pada wanita

• Spermatogenesis
– Meningkatkan variasi genetik
– Spermatosit primer diproduksi selama masa
reproduksi dari pria
– Sel diploid membelah secara miosis
menghasilkan 4 sperma fungsional

Epididymis
Testis Penis
Scrotum
Diploid cell Testis

Differentiation and Seminiferous tubule
onset of MEIOSIS I
Cross section of
seminiferous
PRIMARY SPERMATOCYTE tubule
(in prophase of MEIOSIS I)
MEIOSIS I completed
SECONDARY SPERMATOCYTE
(haploid; double chromatids)
MEIOSIS II
Developing sperm cells

(haploid; single chromatids)
Differentiation
SPERM CELLS Center of

(haploid) seminiferous
tubule
Figure 27.4A

• Oogenesis
– Sebagian besar proses terjadi di ovarium
– Oosit primer yang akan dipakai selama masa
reproduksi telah diproduksi saat lahir
– Satu oosit primer matang tiap bulan untuk
menjadi oosit sekunder
– Jika oosit sekunder di fertilisasi, proses miosis
akan komplit dan berkembang menjadi ovum

Diploid cell In embryo
Differentiation and
onset of MEIOSIS I
PRIMARY OOCYTE,
arrested in prophase Present at birth

of MEIOSIS I
Completion of MEIOSIS I
and onset of MEIOSIS II
SECONDARY OOCYTE,
First
arrested at metaphase
polar body
of MEIOSIS II;
released from ovary
Entry of sperm triggers

completion of MEIOSIS II
OVUM
Second
(haploid) polar body
Figure 27.4B

• Development of an ovarian follicle
Degenerating Start: PRIMARY OOCYTE

corpus luteum
within follicle
CORPUS LUTEUM
Growing
follicles
Mature follicle
SECONDARY Ovary
OOCYTE
OVULATION Ruptured follicle Figure 27.4C

27.5 Hormones synchronize cyclical changes in the
ovary and uterus
Table 27.5

(1) CONTROL BY HYPOTHALAMUS Inhibited by combination
of estrogen and
progesterone
Hypothalamus
Stimulated by high
Releasing levels of estrogen
hormone
Anterior pituitary
FSH LH
(2) PITUITARY HORMONES

IN BLOOD LH peak triggers
ovulation and
corpus luteum
formation
LH
FSH
FSH LH
Figure 27.5

(3) OVARIAN CYCLE
Growing Corpus Degenerating

Mature Ovulation luteum corpus
follicle follicle luteum
Pre-ovulatory phase Post-ovulatory phase
Estrogen Progesterone
and estrogen
(4) OVARIAN HORMONES
IN BLOOD
Estrogen
Progesterone
Estrogen Progesterone
and estrogen
(5) MENSTRUAL CYCLE
Endometrium
Days Figure 27.5 (continued)

Menstruation
BIOLOGY
Fourth Edition
CHAPTER 27
Development
Modules 27.9 – 27.15

Prinsip dasar perkembangan embrio
27.9 Fertilisasi menghasilkan zigot dan memicu
perkembangan embrio
• Bentuk sperma manusia terdaptasi sesuai

dengan fungsinya
Middle Neck
piece Head
Plasma membrane
Tail
Mitochondrion
(spiral shape)
Nucleus
Acrosome
Figure 27.9B

• Hanya satu sperma
yang akan berhsil
membuahi sel telur
– Fertilisasi adalah
penggabungan
sperma dengan sel
telur untuk
membentuk zigot
yang diploid
Figure 27.9A

• Process of 1 The sperm
approaches
the egg
2 The sperm’s
fertilization
acrosomal enzymes
digest the
egg’s jelly 3 Proteins on the
SPERM
coat sperm head bind
to egg receptors
4 The plasma membranes
of sperm and egg fuse
Sperm
head 5 The sperm
nucleus
enters
Nucleus the egg
cytoplasm
Acrosome
Acrosomal
Plasma 6 A
membrane enzymes fertilization
envelope
forms
Receptor protein
molecules
Plasma Sperm
membrane nucleus
Vitelline
layer Cytoplasm Egg
Jelly
nucleus
coat
EGG CELL 7 The nuclei
of sperm
and egg fuse Zygote
nucleus
Figure 27.9C
27.10 Pembelahan menghasilkan sekelompok sel
dari hasil permbelahan zigot
• Pembelahan merupakan salah satu fase utama

dalam perkembangan embrio
– Proses pembelahan yang sangat cepat
– Menghasilkan multiseluler embrio dari zigot

• Fase
pembelahan
pada bulu ZYGOTE
babi
2 cells
4 cells
8 cells
Blastocoel
Many cells
(solid ball)
BLASTULA Cross section

Figure 27.10 (hollow ball) of blastula
27.11 Gastrulasi menghasilkan embrio dengan 3
lapisan embrional
• Gastrulasi merupakan fase utama yang ke-2

dari perkembangan embrio
– Menambahkan sel dalam jumlah yang lebih
besar ke embrio
– Menyusun semua sel ke dalam 3 lapisan sel yang
terpisah
– Embrio berubah dari fase blastula ke fase
gastrula

• Ketiga lapisan sel tersebut adalah
– Ektoderm
– Endoderm
– Mesoderm

Animal pole Blastocoel
• Perkembangan 1
gastrula
Vegetal pole BLASTULA
GASTRULATION
Blastopore
forming
Blastopore
forming Blastocoel
shrinking
Archenteron
Archenteron
Ectoderm
Mesoderm
Endoderm
4
Yolk plug
Yolk plug
GASTRULA
Figure 27.11C

27.12 Organ mulai terbentuk setelah proses
gastrulasi
• Lapisan embrio mulai berdiferensiasi menjadi
jaringan spesifik dan sistem organ
• Pada chordates
– notochord berkembang dari mesoderm
– Bumbung neural berkembang dari ektoderm
• Bumbung neural berkembang menjadi otak dan

susum tulang belakang

Neural Neural
plate
fold
Neural Neural
fold plate
Notochord
Ectoderm
Mesoderm
Endoderm
Archenteron
Neural folds
Outer layer
of ectoderm
Neural tube
Figure 27.12A, B

Neural tube
• Somit merupakan Notochord

gumpalan Somite
mesoderm yang Coelom
akan berkembang
menjadi struktur
segmental Archenteron
(digestive cavity)
Somites Tail bud

• Rongga tubuh
(solemo) juga
berkembang
dari mesoderm Eye
Figure 27.12C

Table 27.12

BIOLOGY
Fourth Edition
CHAPTER 27
Development
Modules 27.16 – 27.19

Perkembangan manusia
27.16 Embrio dan plasenta terbentuk selama bulan
pertama kehamilan
• Gestation adalah masa kehamilan

– Dimulai dari fertilisasi sampai kelahiran
– Masa kehamilan manusia 266 hari
(38 weeks or 9 months)
– Masa kehamilan mencit 1 bulan
– Kehamilan gajah 22 bulan

• Perkembangan manusia dimulai saat fertilisasi
terjadi di oviduk
Cleavage starts
Fertilization
of ovum
Ovary
Oviduct
Secondary
oocyte
Blastocyst
(implanted)
Ovulation
Endometrium
Uterus
Figure 27.16A

• Fase pembelahan
memproduksi ENDOMETRIUM
blastokista Inner cell mass
– Blastokis
memiliki rongga
yang terisi cairan
– Bagian dalam dari Cavity
sel akan
membentuk bayi
Trophoblast
– Bagian terluar
membentuk Figure 27.16B
trophoblast
• Trophoblast mensekresikan enzim yang
memungkinkan terjadinya implantasi
ENDOMETRIUM Blood vessel

(maternal)
Future embryo
Multiplying cells
of trophoblast
Future
yolk sac
Trophoblast
UTERINE CAVITY
Figure 27.16C

• Gastrulasi terjadi dan organ terbentuk dari
ectoderm, endoderm, and mesoderm
Amniotic
cavity Amnion
Mesoderm
cells Chorion
Yolk sac
Figure 27.16D

• Selain itu, empat membran ekstra embrionik
terbentuk
– Amnion
– Chorion Chorion Chorionic villi
Amnion EMBRYO:
– Yolk sac Allantois Ectoderm

Mesoderm
– Allantois Endoderm
Yolk sac
Figure 27.16E

• Embrio terbenam pada rongga amnion yang
berisi cairan, sementara korion dan lapisan
mesoderm membentuk plasenta
Placenta Mother’s blood
vessels
• Korio vili dari Allantois
Yolk sac
plasenta Amniotic
cavity
menyerap
Amnion
Embryo
nutrisi dan
oksigen dari Chorion
peredaran Chorionic
darah ibu villi
Figure 27.16F
• Plasenta juga memungkinkan The placenta
allows for a variety of substances to pass from
mother to fetus
– Protective antibodies
– German measles virus
– HIV
– Drugs (prescription and nonprescription)
– Alcohol
– Chemicals in tobacco smoke

27.17 Perkembangan manusia dari fertilisasi
samapai kelahiran dibagi menjadi 3
trisemester
• Trisemester pertama
Figure 27.17A, B

• Second trimester
– Increase in size of fetus
– General refinement of human features
Figure 27.17C, D

• Third trimester
– Growth and
preparation for
birth
Figure 27.17E

27.18 Proses kelahiran diinduksi oleh hormon dan
terjadi dalam 3 tahapan
• Prubahan hoa kelahiran

– Kalahiran dikontrol melalui mekanisme umpan
balik positif
– Pelepasan estrogen dari ovarium meningkatkan
sensitifitas uterus terhadap oksitosin

• Oksitosin merupakan stimulus yang kuat bagi
otot polos di uterus
– Oxytocin juga menginduksi plasenta
memproduksi prostaglandin yang memicu
uterus berkontraksi lebih kuat
• Kontraksi uterus memicu pelepasan oksitosin
dan prostaglandin lebih besar

ESTROGEN OXYTOCIN
from From fetus

ovaries and pituitary
Induces oxytocin
Positive feedback
receptors on uterus
Stimulates uterus
to contract
Stimulates
placenta to make
PROSTAGLANDINS
Stimulates more
contractions
of uterus
Figure 27.18A

Nervous Systems: Concepts & Connections

Hochgeladen von

Dokumentinformationen

Originaltitel

Copyright

Verfügbare Formate

Dieses Dokument teilen

Dokument teilen oder einbetten

Freigabeoptionen

Stufen Sie dieses Dokument als nützlich ein?

Sind diese Inhalte unangemessen?

Copyright:

Verfügbare Formate

Nervous Systems: Concepts & Connections

Hochgeladen von

Copyright:

Verfügbare Formate

BIOLOGY

CONCEPTS & CONNECTIONS

Neil A. Campbell • Jane B. Reece • Lawrence G. Mitchell • Martha R. Taylor

Modules 28.1 – 28.9

From PowerPoint® Lectures for Biology: Concepts & Connections

Control the internal condition near constants

Copyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings

Copyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings

Copyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings

Sistem saraf menerima input sensoris,

• Sistem saraf memiliki tiga fungsi yang

Copyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings

Brain and spinal cord

Copyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings

– Sistem saraf pusat, terdiri dari otak dan sum-

Copyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings

Copyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings

Copyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings

Copyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings

Myelin sheath Synaptic knobs

Copyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings

• Potensial istirahat dari membran sel

diluar sel Microelectrode

Copyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings

Copyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings

Copyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings

Copyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings

Terdapat dua voltage gate

Copyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings

Copyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings

Copyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings

Copyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings

Copyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings

Copyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings

• Sinap dapat berupa sistem elektrik atau kimia

Copyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings

COMMUNICATING JUNCTION/GAP JUNTION

Copyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings

Neurotransmitter Neurotransmitter broken

5 Ion channel opens 6 Ion channel closes Figure 28.6

• Neurotransmiter eksisatorik memicu terjadinya

Copyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings

saraf lainnya cell body

Copyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings

Copyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings

Copyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings

Neil A. Campbell • Jane B. Reece • Lawrence G. Mitchell • Martha R. Taylor

Modules 26.1 – 26.5

From PowerPoint® Lectures for Biology: Concepts & Connections

• Kelenjar endokrin dan sel neurosekretori

• Semua sel yang mensekresikan hormon masuk ke

Copyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings

Copyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings

• Sistem endokrim pada vertebrata terdiri lebih dari

• Hanya kelenjar sek dan korteks adrenal yang

Copyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings

Copyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings

Copyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings

• Tiroid memproduksi dua hormon amine

– Keduanya mengatur perkembangan dan

• Mekanisme feedback negatif menjaga

Copyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings

• Kadar kalsium di regulasi oleh keseimbangan