Sie sind auf Seite 1von 68

SPIROMETRI

Zuhrial Zubir
Pulmonology and Alergy Immunology Division
PENDAHULUAN
TEST
FUNGSI
PARU

Spiro (Bahasa Pengukuran


Yunani), artinya SPIROMETR
Bernafas objektif Faal Paru
I
dengan Spirometer

Baku Emas
Pengukuran
obstruksi aliran
udara pada
PPOK
Spirometry

 For now, spirometry is best test to:


 Monitor asthma status
 Look for evidence of asthma
 Look for evidence of other diagnoses
Educational Objectives
At the end of this presentation, the learner
should be able to …
 Utilize spirometry to diagnose and stage COPD
 Overcome barriers to the use of office spirometry
 Achieve confidence with spirometry interpretation
Background
Objective measure of airway function for accurate diagnosis of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)
 World Health Organization Global Obstructive Lung Disease
Consensus/ Evidence guideline (GOLD)
 American Thoracic Society (ATS)
 European Respiratory Society (ERS)
 National Committee for Quality Assurance (NCQA)
Volume-Time Plot
Forced Vital Capacity Maneuver

Airflow,
L/sec

Lung volume
Definitions
 FVC – Forced Vital Capacity
Volume of air exhaled after a maximal inspiration to total lung capacity. This volume
is expressed in Liters
 FEV1 – Forced Expiratory Volume in 1 second
Volume of air exhaled in the first second of expiration.
This volume is expressed in Liters
 FEF 25-75%
Mean expiratory flow during the middle half of the FVC maneuver; reflects flow
through later emptying airways, not necessarily the small airways
 FEV1/FVC – Ratio (%)
Volume of air expired in the first second, expressed as a percent of FVC
Istilah Dalam Pengukuran Spirometri
 Kapasitas vital

 Kapasitas vital paksa

 Volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1)

 Persentase udara yang dikeluarkan dalam beberapa detik, misalnya %VEP1

 Arus ekspirasi paksa25%-75% ( forced expiratory flow 25-75%, FEF 25-75%)

 Arus ekspirasi paksa200-1200 ( forced exspiratory flow200-1200, FEF200-1200)

 Maximal voluntary ventilation (MVV)


Indikasi Spirometri
• mengevaluasi gejala dan tanda klinis dan hasil
pemeriksaan laboratorium yang tidak normal
• mengukur dampak penyakit terhadap fungsi paru
1.Diagnostik • Skrining terhadap penderita yang beresiko menderita penyakit
paru
• Untuk menilai resiko praoperasi
• Untuk menilai prognosis
• menilai efektifitas pengobatan
• memberikan informasi tentang perjalanan penyakit yang
mempengaruhi fungsi paru
• Penilaian status kesehatan seseorang saat sekarang ini, terhadap
2.Monitoring orang yang terpapar terhadap z
• at-zat berbahaya di lingkungan pekerjaannya
• mendeteksi obat-obat merugikan yang diketahui dapat
membahayakan paru

3.Evaluasi • menilai penderita sebagai bagian dari program rehabilitasi


ketidakmampuan • menilai resiko pada evaluasi ansuransi
atau perburukan • menilai kondisi seseorang untuk alasan yang legal
• Kesehatan masyarakat
penyakit
KONTRAINDIKASI
 Batuk darah yang tidak diketahui penyebabnya
 Pneumotoraks yang tidak dapat ditangani
 Keadaan kardiovaskular yang tidak stabil
 Proses penyakit akut yang mungkin dapat terganggu dengan
pemeriksaan spirometri
 Baru selesai menjani pembedahan pada abdomen atau pada
toraks
PERSIAPAN DAN TINDAKAN
BAHAN DAN ALAT Ruangan dan Fasilitas
 spirometer yang telah  sistem ventilasi yang baik
dikaliberasi  Suhu udara tempat
 Mouth piece sekali pakai atau pemeriksaan tidak boleh <
penggunaan berulang satu 170 C atau > 400C
buah  Pemeriksaan pada pasien yang
dicurigai menderita penyakit
 Wadah berisi savlon yang
infeksi saluran napas,
telah diencerkan dengan air pemeriksaan dilakukan
untuk merendam mouth urutan terakhir dan setelah
piece yang digunakan itu harus dilakukan tindakan
berulang antiseptik pada alat
ATS Acceptable Criteria
Within Maneuver
 Free from artifacts, such as
 Cough during the first second of exhalation
 Glottis closure that influences the measurement
 Early termination or cut-off
 Effort that is not maximal throughout
 Leak
 Obstructed mouthpiece
 Good starts
 Extrapolated volume < 5% of FVC or 0.15 L, whichever is greater
 Satisfactory exhalation
 Duration of ≥ 6 s (3 s for children < 10) or a plateau in the volume–time
curve or
 If the subject cannot or should not continue to exhale
Performance of FVC maneuver
 Patient assumes the position (typically standing)
 Puts nose clip on
 Inhales maximally
 Puts mouthpiece in mouth and closes lips around mouthpiece (open
circuit)
 Exhales as hard and fast and long as possible
 Repeat instructions if necessary – effective coaching is essential
 Give simple instructions
 Repeat minimum of three times (check for repeatability)
Spirometry Interpretation: So what
constitutes normal?
 Normal values vary and depend on:
 Height
 Age
 Gender
 Ethnicity
Hal-hal yang harus dihindari penderita sebelum melakukan tindakan spirometri
menurut Association of Respiratory Technicians and Physiologists/ British Thoracic
Society, 1994 adalah :

 Merokok dalam 24 jam


 Minum alkohol minimal 4 jam
 Makan terlalu kenyang minimal 2 jam sebelum pemeriksaan
 Menggunakan bronkodilator kerja singkat selama 6 jam
 Menggunakan inheler beta 2 agonis selama 12 jam
 Menggunakan obat-obatan lepas lambat yang mempunyai efek pada fungsi pernapasan
dan obat teopilin selama 24 jam
 Latihan yang berat minimal 30 menit
 Memakai pakaian yang ketat
 Harus mengerti tujuan dan cara pemeriksaan, maka operator harus memberikan petunjuk
yang tepat dan benar serta contoh cara melakukan pemeriksaan
PROSEDUR TINDAKAN
 Pemeriksaan dalam keadaan berdiri tegak, dalam kondisi yang
tidak memungkinkan penderita untuk berdiri, maka penderita
boleh duduk
 Penderita menghisap udara semaksimal mungkin kemudian
meniup melalui moutpiece sekuat-kuatnya dan secepat-cepatnya
sampai semua udara dapat dikeluarkan sebanyak-banyaknya
 Pemeriksaan dilakukan sampai diperoleh 3 nilai yang dapat
diterima dan dua diantaranya harus reproduksibel, dilakukan
maksimal dengan betul
Pemeriksaan yang dapat diterima adalah yang memenuhi ke
empat ketentuan sebagai berikut

 Pemeriksaan dilakukan sampai selesai


 Waktu ekspirasi minimal 3 detik
 Permulaan pemeriksaan harus cukup baik
 Grafik flow volume mempunyai puncak grafik
Pemeriksaan tidak dilakukan dengan baik apabila di
dapatkan :

 Permulaan ekspirasi yang tidak baik di tandai dengan keragu-


raguan dan permulaan yang lambat
 Batuk selama detik pertama manuver sehingga
mempengaruhi nilai VEP1
 Manuver valsava ( penutupan glotis)
 Akhir ekspirasi yang cepat. Pada orang normal biasanya
ekspirasi ini berlangsung 6 detik
 Terdapat kebocoran
 Mouthpiece tersumbat oleh lidah atau gigi palsu dan lain-
lainnya
Gambaran Spirometri Normal
Spirometri normal dan gambar menunjukkan permasalahan yang paling
sering didapati pada saat melakukan spirometri yaitu: usaha tidak
maksimal, berhenti terlalu cepat, napas tambahan, batuk, permulaan
yang buruk
 KapasitasVital
 KapasitasVital paksa
 Maximal Voluntary Ventilation (MVV)
KAPASITAS VITAL
1. Metode Closed-Circuit (mengukur volume paru statik dan dinamik.)
Langkah-langkah yang diperlukan pada metode ini adalah :
 Penderita duduk dengan hidung dijepit kemudian bernapas dengan tenang
kedalam alat spirometri

 Setelah beberapa kali bernapas dengan tenang untuk mendapatkan titik


volume akhir ekspirasi tenang, kemudian menyuruh penderita menarik napas
secara maksimum dan setelah tercapai puncak inspirasi maksimum, penderita
dianjurkan melakukan ekspirasi dengan lambat dan merata untuk
mendapatkan manuver slow vital capacity atau kapasitas vital lambat (KVL).
Berdasarkan manuver ini dapat dihitung tidal volume, volume cadangan
ekspirasi, kapasitas vital, kapasitas inspirasi

 Dengan manuver yang sama setelah inspirasi maksimum penderita diminta


untuk menghembuskan napas secepat dan sekuat mungkin untuk mengukur
forced vital capacity atau kapasitas vital paksa (KVP)
KAPASITAS VITAL
2. Metode Open-Sircuit :
Mengukur volume paru statik dan dinamik berguna untuk menentukan
kapasitas vital

Langkah-langkah yang dilakukan pada metode ini adalah:


 Penderita menarik napas secara maksimal kemudian mouthpiece dipasang,
selanjutnya napas dikeluarkan secara perlahan-lahan dengan usaha yang merata
sampai mencapai titik ekspirasi maksimal untuk memperoleh KVL dan napas
dikeluarkan sekuat dan secepat mungkin untuk mendapatkan KVP

 Pada metode ini titik akhir ekspiratori tenang tidak direkam, yang direkam
hanya kapasitas vital
KAPASITAS VITAL PAKSA
Manuver ini memerlukan dua langkah yaitu: inspirasi
dalam untuk memperoleh KTP kemudian diikuti oleh
ekspirasi maksimum sekuat dan secepat mungkin kedalam
spirometri hingga batasVR
Pengukuran KVP dimulai dari titik awal ekspirasi maksimum
sampai ke titik dimana penderita tidak dapat
mengeluarkan udara lagi.
Waktu yang diperlukan untuk menghembuskan KVP secara
keseluruhan pada individu normal adalah 4-6 detik
KAPASITAS VITAL PAKSA
Beberapa nilai yang sering ditentukan berdasarkan KVP kurva volume-time
gambaran KVP :

 Volume yang diekspirasikan dalam detik pertama (VEP1) dengan nilai dalam
bentuk persentase dengan KVP (% VEP1/KVP)

 Volume yang diekspirasikan dalam tiga detik pertama (VEP3) dengan nilai
dalam bentuk persentase dengan KVP (%VEP/KVP3)

 The forced mid-expiratory flow rate (FEF25-75%)


Maximal Voluntary Ventilation (MVV)
Pasien inhalasi dan ekshalasi melalui spirometer secepat
dan sekuat mungkin, selama 12-15 detik

MVV adalah total volume udara yang diekshalasi atau


diinhalasi selama periode bernapas maksimal yang diukur
dalam liter/menit.
Manuver KVP. Ekspirasi paksa dimulai pada titik nol. Pada manuver ini hampir
semua udara dapat dikeluarkan dalam tiga detik pertama
PENGUKURAN FUNGSI PARU
VOLUME STATIK VOLUME DINAMIK
4 Volume 1. Forced Vital Capacity (FVC) atau
1. Tidal Volume atauVolume Tidal (VT) KapasitasVital Paksa (KVP)
2. Inspiratory reserve volume atau volume
cadangan inspirasi ( VCI) 2. Volume Ekspirasi Paksa Berdasarkan
3. Expiratory reserve volume atau volume Waktu (Forced Expiratory volume
cadangan ekspirasi (VCE) timed, FEVT )
4. Residual volume atau volume residua
(VR) 3. RasioVEP1/ KVP
4 Kapasitas
1. Total lung capacity atau kapasital total 4. Arus Ekspirasi Paksa25%-75% (
paru (KTP) Forced Expiratory Flow 25-75%, FEF
2. Vital capacity (VC) atau kapasitas vital 25-75%)
(KV) 5. MaximalVoluntaryVentilatin (MVV)
3. Fuctional residua capacity (FRC) atau
kapasitas residual fungsional (KRF)
4. Inspiratory capacity (IC) atau
kapasitas inspirasi (KI)
VOLUME STATIK
 Tidal volume (VT) atau volume tidal (VT)
Jumlah udara normal yang masuk kedalam dan keluar paru dalam satu
kali pernapasan tenang

 Inspiratory reserve volume atau volume cadangan inspirasi ( VCI)


Jumlah udara yang dapat dihirup secara maksimum setelah inspirasi
Biasa

 Expiratory reserve volume atau volume cadangan ekspirasi (VCE)


Jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara maksimal setelah ekspirasi
Biasa

 Residual volume atau volume residua (VR)


Volume udara yang masih tetap tinggal di dalam paru-paru setelah
ekspirasi maksimum
VOLUME STATIK

 Total lung capacity atau kapasital total paru (KTP)


 Jumlah udara yang terdapat di dalam paru-paru pada saat inspirasi maksimum
 Vital capacity (VC) atau kapasitas vital (KV)
 Volume udara maksimum yang dapat dikeluarkan dari paru-paru secara paksa
setelah inspirasi maksimum, tanpa memperhitungkan waktu
 Fuctional residua capacity (FRC) atau kapasitas residual fungsional
 volume gas yang terdapat di dalam paru-paru pada akhir ekspirasi normal
 Inspiratory capacity (IC) atau kapasitas inspirasi (KI) adalah
 volume udara maksimum yang dapat dihirup setelah ekspirasi normal
Volume paru yang dapat dicatat oleh spirometri
VOLUME DINAMIK
 Forced Vital Capacity (FVC) atau KapasitasVital Paksa (KVP)

 Total udara yang dapat dikeluarkan secara paksa setelah inspirasi maksimum.
 Pada individu normal total exspiratory time (TET) yang diperlukan untuk
menghembuskan secara keseluruhan KVP adalah 4-6 detik
 Pada penyakit paru obstruksi diperlukan waktu lebih lama untuk
menghembuskan napas secara keseluruhan bertambah lama
 Pada penyakit obstruksi saluran napas, ekspirasi dapat terus berlanjut sampai
10-12 detik
 Penurunan aliran udara dapat diekspresikan dengan penurunanVEP1, VEP3,
rasioVEP1/KVP, dan FEF25-75%.
 Obstruksi aliran udara dapat ditegakkan berdasarkan hasil spirometri yaitu
berkurangnya rasioVEP1/KVP
A= titik inspirasi maksimum dan titik mulainya KVP
VOLUME DINAMIK
 Volume Ekspirasi Paksa BerdasarkanWaktu (Forced Expiratory
volume timed, FEVT ) .
 Volume maksimum udara yang dapat dikeluarkan dalam periode waktu
spesifik.
 Periode waktu yang paling sering dipergunakan adalah 1 detik.
 Periode waktu lainnya yang biasanya dipergunakan adalah 0.5 detik, 2 detik dan
3 detik.
 PersentaseVEP yang dikeluarkan selama periode waktu ini adalah sebagai
berikut ini : VEP0.5 = 60%; VEP1 = 83%; VEP2 = 94%; VEP3 = 97%. 13,16
 Pada individu dewasa normal dapat mengeluarkan lebih dari 70% dari KVP
dalam detik pertama (rasio ini menurun sesuai dengan pertambahan usia)
 VEP1 adalah merupakan variabel spirometri paling penting
Volume ekspirasi paksa berdasarkan waktu
VOLUME DINAMIK
 Volume Ekspirasi Paksa BerdasarkanWaktu (Forced Expiratory
volume timed, FEVT )

 Volume maksimum udara yang dapat dikeluarkan dalam periode waktu


spesifik.
 Periode waktu yang paling sering dipergunakan adalah 1 detik.
 Periode waktu lainnya yang biasanya dipergunakan adalah 0.5 detik, 2 detik dan
3 detik.
 PersentaseVEP yang dikeluarkan selama periode waktu ini adalah sebagai
berikut ini : VEP0.5 = 60%; VEP1 = 83%; VEP2 = 94%; VEP3 = 97%. 13,16
 Pada individu dewasa normal dapat mengeluarkan lebih dari 70% dari KVP
dalam detik pertama (rasio ini menurun sesuai dengan pertambahan usia)
 VEP1 adalah merupakan variabel spirometri paling penting
VOLUME DINAMIK
 Volume Ekspirasi Paksa BerdasarkanWaktu (Forced Expiratory
volume timed, FEVT )

 VEP1 menurun secara langsung sesuai dengan beratnya gejala klinis obstruksi
saluran napas
 Demikian jugaVEP1 meningkat apabila pengobatan obstruksi saluran napas
berhasil.
 PenurunanVEP berdasarkan waktu dapat ditemukan pada penyakit paru
obstruksi maupun penyakit paru restriksi.
 Pada kelainan restriktif penurunanVEP terjadi karena KV rendah yang
berhubungan dengan penyakit tersebut.
VOLUME DINAMIK
 RasioVEP1/ KVP
 Jumlah udara yang dikeluarkan dalam 1 detik pertama selama manuver KVP.
 Karena rasioVEP1/ KVP adalah persentase yang cepat diperoleh maka disebut
sebagai persentase volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1%) atau rasio
VEP1/KVP.
 Walaupun rasioVEP1/KVP bermanfaat untuk menegakkan diagnosis obstruksi
aliran udara, namun nilaiVEP1 paling tepat menilai derajat obstruksi.
 Dengan menggunakanVEP1 dapat ditentukan derajat obstruksi (ringan, sedang,
atau berat) dan untuk perbandingan serial pada penderita asma atau PPOK.
 Ahli fisiologi telah mencari pemeriksaan yang lebih sensitif dariVEP1 untuk
mendeteksi obstruksi saluran napas stadium dini. Hasilnya tidak satupun
terbukti lebih baik daripada rasioVEP1/KVP atau % VEP1. Pada orang dewasa
muda normal memiliki % VEP1 sekitar 85%.
VOLUME DINAMIK
 RasioVEP1/ KVP

 Kunci untuk membedakan antara kelainan obstruksi dan restriksi adalah


berdasarkanVEP1 dan rasio VEP1/KVP.
 Pada obstruksiVEP1 dan dan rasioVEP1/KVP keduanya menurun. Sedangkan
pada kelainan restriktifVEP1 menurun tetapi rasioVEP1/ KVP normal atau
meningkat
VOLUME DINAMIK
 Arus Ekspirasi Paksa25%-75% ( Forced Expiratory Flow 25-75%, FEF 25-
75%)

 FEF 25%-75% adalah kecepatan arus pada pertengahan 50% pengukuran


KVP.9,14,16
 Pengukuran ini menggambarkan aliran udara pada saluran napas berukuran
sedang sampai kecil.
 FEF 25%-75% menurun sesuai dengan bertambahan usia dan pada penyakit paru
obstruktif. FEF 25%-75% juga menurun pada pasien dengan kelainan paru
restriktif, penyebab utama adalah KV yang menurun
Arus Ekspirai Paksa 25%-75%.
VOLUME DINAMIK
 MaximalVoluntaryVentilatin (MVV)
 Pemeriksaan yang tidak spesifik pada keseluruhan kemampuan pernapasan
penderita, hal ini sering juga disebut sebagai kapasitas pernapasan maksimum
atau maximal breathing capacity (MBC)

 Pemeriksaan MVV dapat menyebabkan sakit kepala atau kontraksi pada


bronkus pada penderita yang rentan. Namun secara umum jika penderita dapat
melaksanakan pemeriksaan manuver KVP biasanya dia juga sanggup untuk
melakukan pemeriksaan MVV

 MVV adalah jumlah udara dapat masuk kedalam dan keluar dari paru-paru
dalam 1 menit (pada kenyataanya penderita hanya melakukan pemeriksaan ini
dalam 12-15 detik), pemeriksaan ini berguna untuk mengevaluasi kinerja dan
kekuatan otot-otot pernapasan, pengembangan paru, resistensi saluran napas
dan mekanisme pengaturan persarafan
Cara Penilaian Hasil Spirometri
 Sebagian besar spirometer elektonik dapat menghasilkan dua tipe grafik
yaitu kurva arus per volume atau flow/volume dan kurva volume per
waktu atau volume/time
 Interpretasi spirometri selalu menggunakan rasioVEP1/KVP untuk
menentukan adanya kelainan obstruksi
 Sedangkan tingkat derajat obstruksi dengan menggunakan persen
prediksiVEP1.
 Jika rasioVEP1/ KVP diatas nilai batas bawah yang masih normal maka
spirometri adalah normal
 Kelainan hasil pemeriksaan yang ditunjukkan oleh spirometri paling
sering adalah adanya obstruksi saluran napas yang digambarkan oleh
berkurangnya kecepatan aliran, menurunan rasioVEP1/KVP danVEP1
Cara Penilaian Hasil Spirometri
 Spirometri dapat menggambarkan dua pola dasar yaitu kelainan
obstruktif dan retriktif.
 VEP1 merupakan pemeriksaan yang dapat menunjukkan kelainan
obstriktif pada saluran napas.
 KVP dan KV digunakan untuk memonitoring penyakit restriktif dan
kelemahan neuromaskular
Spirometry Interpretation: Obstructive
vs. Restrictive Defect
 Obstructive Disorders  Restrictive Disorders
 Characterized by a limitation of  Characterized by reduced lung
expiratory airflow so that airways volumes/decreased lung
cannot empty as rapidly compared compliance
to normal (such as through Examples:
narrowed airways from  Interstitial Fibrosis
bronchospasm, inflammation, etc.)
 Scoliosis
Examples:
 Obesity
 Asthma
 Lung Resection
 Emphysema
 Neuromuscular diseases
 Cystic Fibrosis
 Cystic Fibrosis
Spirometry Interpretation: Obstructive
vs. Restrictive Defect

 Obstructive Disorders  Restrictive Disorders


 FVC nl or↓  FVC ↓
 FEV1 ↓  FEV1 ↓
 FEF25-75% ↓  FEF 25-75% nl to ↓
 FEV1/FVC ↓  FEV1/FVC nl to ↑
 TLC nl or ↑  TLC ↓
SPIROMETRI NORMAL
 Karena batas normal nilai spirometri sangat luas yaitu 80%-120%
dari nilai prediksi, hal ini sering bermanfaat untuk
membandingkan nilai spirometri sekarang dengan nilai spirometri
sebelumnya.

 Faal paru masih dinyatakan dalam batas normal bila hasil


pemeriksaan spirometri diperoleh deviasi sampai 20% dari nilai
prediksi

 Ketika saluran napas dan jaringan paru dalam keadaan normal


makaVEP1> 80% dari prediksi, KVP > 80% dari prediksi dan
rasioVEP1/ KVP > 70%
Kelainan Paru Obstruktif
 Pada stadium awal kelainan obstruktif dimana belum ditemukan adanya
keluhan, maka nilai yang menjadi tidak normal pertama sekali adalah
rasio VEP1/KVP, kemudian diikuti oleh penurunanVEP1
 Pada penderita obstruktif yang berat ditemukan adanya keluhan dan air
trapping menyebabkan peningkatan VR dan penurunan KVP. Pada stadium
lanjut empisema, maka KTP meningkat (hyperinflation)
 Spirogram dapat terus menanjak lebih dari 6 detik karena
membutuhkan waktu lebih lama untuk mengosongkan paru-paru. KVP
juga menurun karena udara terperangkap diantara obstruksi bronkus
tetapi penurunannya lebih sedikit bila dibandingkan dengan VEP1
Kelainan Paru Obstruktif
 Penyakit paru obstruksi terdiri dari: Emfisema, Bronkitis kronis, Asma
bronchial, Bronkiektasis, Kistik fibrosis, tracheobronchomalacia

 Diagnosis obstruktif aliran udara ditegakkan berdasarkan rasio


VEP1/ KVP < 75% dan VEP1 < 80% dari prediksi ( National Collaborating
centre for Chronic Conditins, 2004)
Criteria Used at
Washington University PFT Lab
 FEV1 Normal (82-118% predicted)
 FVC Normal (82-118% predicted)
 TLC < 80 % predicted for restriction
 RV/TLC above 30% for air trapping

Degree of severity FEV1 % predicted


 Mild > 70
 Moderate 50-70
 Severe < 50
Exhalation Time During Obstruction
Spirometry-Induced Bronchospasm
Coaching is Key
Bronchodilator Response
Measurements
Definition of reversibility
 Pre-Bronchodilator
- FEV1/FVC <70% of predicted
 Post-Bronchodilator
- Increase 12% AND at least 200 cc

Reversibility = Asthma!
Obstruction
Restrictive Pattern
Kelainan Paru Restriktif
 Kapasitas vital paksa adalah volume udara yang dapat dihembuskan selama
manuver ekspirasi paksa. Jika kita telah menyingkirkan kelainan obstruksi (
nilai % VEP1) kemudian diikuti Penurunan KVP hal ini mengindikasikan suatu
kelainan restriksi
 Kelainan paru restriktif adalah suatu penurunan volume paru
 Disebut penyakit paru restriksitif apabila KTP kurang dari 80% dari nilai
prediksi
 Pada kelainan restriktif semua volume paru menurun.
 Pada penyakit restriktif, saluran napas dalam keadaan normal sehingga aliran
udara tidak terhambat tetapi volume paru tersebut yang berkurang sehingga
bentuk spirogram tetap normal tetapi yang berubah adalah tinggi
gelombangnya menurun
 Pada kelainan restriksi murni, walaupun VEP1, KVP menurun tetap rasio
VEP1/KVP adalah normal atau meningkat
Kelainan Paru Restriktif
Bentuk kelainan restriktif dapat dijumpai pada:
1. Penyakit Paru Interstitial
 Pneumonitis interstitial, Fibrosis, Pneumoconiosis, Granulomatosis, Edema
2. Space-Occupying Lesions
 Tumor, Cysts
3. Penyakit Pleura
 Pneumotoraks, Hemotoraks, Efusi pleura, Empiema, Fibrotoraks
4. Penyakit pada Dinding Dada
 Trauma, Kyphoscoliosis, Spondylitis, Penyakit neuromuscular
5. Keadaan-keadaan diluar Toraks
 Kegemukan, Peritonitis, Asites, kehamilan
Kelainan Paru Restriktif
 Baku emas yang terbaru untuk menegakkan kelainan restriksi dengan
mengukur KTP., Karena KV yang rendah mengakibatkan berkurangnya KTP
 Jika pengukuran nilai KTP tidak tersedia maka kelainan restriktif dapat
interpretasikan berdasarkan penurunan nilai KVP dengan rasioVEP1/KVP
normal atau meningkat
Algoritma untuk menentukan kelainan restriktif atau obstruktif
 Pemeriksaan fungsi paru merupakan alat yang sangat bermanfaat untuk menilai
kondisi pernapasan
 Spirometri adalah penting untuk menentukan fungsi paru penderita apakah
normal, obstruksi, restriksi, atau gabungan bentuk antara kelainan obstruksi
dan restriksi
 Faal paru masih dinyatakan dalam batas normal bila hasil pemeriksaan
didapatkan deviasi sampai 20% dari nilai prediksi
 Rasio VEP1/KVP menurun merupakan gambaran utama kelainan obstruksi,
namun nilai VEP1 merupakan gambaran terbaik untuk menilai derajat
obstruksi.
 Diagnosis kelainan obstruktif ditegakkan berdasarkan nilai rasio VEP1/KVP <
75% danVEP1 < 80%
 Pada kelainan restriktif murni, walaupun VEP1 dan KVP menurun, namun rasio
VEP1/KVP adalah normal atau meningkat
 Jika KVP dan rasio VEP1/KVP keduanya menurun maka untuk menentukan
adanya kelainan restriktif dan obstruksi perlu dilakukan pemeriksaan KVL, jika
nilai KVL dalam batas normal maka kelainannya adalah obstruksi tetapi jika
KVL rendah perlu dilakukan pemeriksaan volume paru absolut, karena pda
kelainan restriktif di temukan adanya penurunan nilai KTP.

Das könnte Ihnen auch gefallen