Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
1)Functions of cement
2) Properties of cement slurry
3) Cement additives
4) Subsurface and surface cementing equipments
5) Cementing techniques
Functions of cement
KOMPOSISI SEMEN
A 53 24 8 8 1500-1900 0,46
B 47 32 3 12 1500-1900 0,46
C 70 10 3 13 2000-2400 0,56
D 26 54 2 12 1100-1500 0,38
G 52 32 8 12 1400-1600 0,44
H 52 32 8 12 1200-1400 0,38
J 53,8 38,8 1240-2480 0,44
SiO2 CaO 0,435
Class Mix Water, Slurry Density, Slurry Yield, Approx Thickening 24-hr Comp
API gal/sack lb'gal cu-ft/sack Time, Strength,
113 o F, hr 110 o F, psi
1) Slurry density
2) Yield
3) Thickening time
4) Compressive strength
5) Fineness
6) Fluid loss
7) Water content
8) Bottomhole temperature
Properties of cement slurry
Where ;
F = support capability (lb)
Sc= compressive strength of cement (psi)
d = outside diameter of casing (in)
H = height of cement column (ft)
Properties of cement slurry
3)Cement additives
4) Subsurface and surface cementing equipments
5) Cementing techniques
Cement additives
Additive (bahan kimia pembantu) adalah bahan kimia yang sengaja ditambahkan ke
dalam neat cement agar karakteristiknya memenuhi persyaratan yang diinginkan
untuk kondisi sumur yang relevan.
JENIS-JENIS ADDITIVES ANTARA LAIN:
1. ACCELERATOR (A)
2. RETARDER (R)
3. EXTENDER (EXT)
4. DISPERSANT / FRICTION REDUCER (FR)
5. WEIGHTING AGENT (WA)
6. LOST CIRCULATION CONTROL AGENTS (LOS)
7. FLUID LOSS CONTROL (FL)
8. SPECIAL ADDITIVES
A. ANTI GAS MIGRATION/GAS BLOCK (AMG)
B. ANTIFOAM/DEFOAMER (AF)
C. THIXOTROPIC (EXT)
D. STRENGTH RETROGRESSION (SF)
1. ACCELERATOR
Accelerator adalah bahan kimia yang digunakan untuk mempercepat laju hidrasi (proses
pengeringan) sehingga ;
Agar proses pengerasan bubur semen tidak tertunda. Sering digunakan pada sumur dangkal
dimana temperatur dan tekanan umumnya rendah dan jarak untuk mencapai target tidak
terlalu panjang.
Contoh : 1. Polymelamine Sulfonate (PMS), berupa bubuk putih atau cairan tanpa
warna, kadarnya 0,4% by weight of cement (BWOC). Tetap stabil sebagai
thinner hingga suhu 85 OC (185 OF). Lihat Gambar 21 Hal 475 Efek dispersant
pada rheologi suspensi semen.
2. Poly ᵦ-naphtalena Sulfonate (PNS), yang umum digunakan. Bila suspensi
semen mengandung NaCl maka ditambahkan PNS sebayak 4% BWOC.
4. EXTENDER (LIGHT WEIGHT)
Extender digunakan sebagai pengembang bubur semen (menaikkan volume suspensi
semen) untuk density rendah. Slurry dengan density rendah dapat menjadi pilihan untuk
mengisi annulus bagian atas (lead slurry) dimana tidak diperlukan kualitas semen yang
sangat baik. Pada umumnya penambahan extender kedalam bubur semen diikuti
dengan penambahan air.
Contoh :
1. Bentonite, bersifat hidrofilia, setiap 1% bentonite ditambahkan 5,3% air (BWOC) guna
mengoptimalkan pengikatan suspensi semen. Dapat menaikkan yield semen,
permeabilitas, viskositas, serta memperbaiki kualitas perforasi. Pada suhu >110 OC (230
OF), menurunkan compressive strength secara drastis.
2. Gilsonite, diintroduksi pada cementing oleh Halliburton dan Dowell sejak 1958, SG 1,07
dan cukup dicampur dengan air yang sedikit ( 2gal/ft3) akan menurunkan slurry weight
tanpa menurunkan compressive strength, efektif sebagai plugging agent untuk menutup
rekahan pada formasi yang lemah.
3. Perlite (expanded type), dari batuan silicious volcanic glasses, dengan bulk density 30 –
150 kg/m3 (0,03-0,15 g/cm3) – kadarnya dalam suspensi semen ditambah dengan
bentonite 2-4% untuk mencegah pemisahan dengan slurry.
4. Sodium Silikat, kadarnya 0,2– 3% BWOC, mampu menurunkan density 14,5 11 ppg
5. Pozzolan (diatoemaceous earth dan fly ashes)
6. Attapulgite
5. WEIGTHING AGENT (HEAVY WEIGHT)
Adalah bahan pemberat untuk mendapatkan density semen yang tinggi. Pada
umumnya digunakan pada sumur-sumur yang mempunyai tekanan formasi (formation
pressure) tinggi untuk mencegah terjadinya kick.
Contoh :
1. Ilmenite (FeO TiO2), merupakan inert solid dan tidak terpengaruh thickening time. SG
sekitar 4,45, dapat menambah density suspensi semen > 20 ppg.
2. Hematite (Fe2O3), material kristal berwarna merah, SG 4,95 – 5,02, dapat menambah
density suspensi semen hingga 19 -22 ppg.
3. Barite (BaSO4), material non-metallic paling umum digunakan, memerlukan
penambahan air guna membasahi permukaan partikel yang besar, SG 4,0 – 4,25.
4. Hausmannite (Mn3O4), mineral oksida mangan sebagaimana pyrolusite, SG sekitar
4,8, kemampuan menyerap air hingga 40% walau hanya dengan sedikit agitasi
menciptakan liquid weighting agent, menurunkan viskositas slurry dan ukuran
partikelnya efektif menggantikan air yang terkandung dalam cement pore matrix.
5. Pasir Ottawa, SG 2,63, mampu menambah density slurry hingga 18 ppg. Umumnya
digunakan untuk menyemen lubang tempat pemasangan whipstock dan untuk plug job.
6. LOST CIRCULATION CONTROL AGENTS
Lost circulation yang dimaksud adalah hilangnya cairan suspensi ke dalam formasi
yang lemah atau bergua.Untuk mencegah terjadinya “lost” biasanya ditambahkan
additive-additive ke dalam suspensi semen yang serupa dengan LMC pada
lumpur pemboran.
Contoh :
1. Gilsonite
2. Cellophane flakes
3. Gypsum
4. Bentonite
5. Nut shell.
7. FLUID LOSS CONTROL AGENTS
Fluid loss adalah cairan yang lepas dari bubur semen dan terserap ke dalam
formasi pada saat penyemenan dilakukan. Pada saat cairan ditekan keluar
dari bubur semen, semen akan mengering tetapi rapuh.
Bahan ini ditambahkan ke dalam semen dengan tujuan untuk mendapatkan sifat
thixotropic yang sangat membantu pada saat mengatasi lost circulation.
Sifat thixotropic adalah mempunyai viscosity rendah pada saat bergerak (dinamis) dan
viscosity tinggi pada waktu diam (statis).
Strength retrogression adalah kehilangan strength semen pada semen yang sudah
mengeras seiring meningginya temperature 230OC (> 230OF) dan berjalannya waktu
karena munculnya produk kalsium hidroksida dan alpha dicalcium silicate hydrate. Hal
ini mengakibatkan turunnya compressive strength, memperbesar permeabilitas dan
hilangnya daya ikat semen terhadap selubung dan formasi.
Silica flour (200 – 325 mesh) dan silica sand (80 – 100 mesh) dipakai sebanyak 30-40%
dengan tambahan air 40% kedalam suspensi untuk mencegah terjadinya strength
retrogression.
AIR COMPRESSOR
PUMPING UNIT
CUTTING POD
P - TANK
SURGE TANK
BATCH MIXER
Yang dimaksud peralatan atas tanah adalah peralatan-peralatan untuk pelaksanaan operasi penyemenan ,
mencampur additive, menampung powder semen, menampung air, membuat dan menampung cement
slurry dan memompakannya ke dalam sumur untuk melakukan displacement.
Cementing Unit
Merupakan unit utama untuk mengendalikan hampir seluruh kegiatan operasi penyemenan ,
sebagai tempat untuk membuat dan memompakan cement slurry ke dalam sumur, serta untuk
melakukan displacement. Terdiri dari : prime mover, console, pompa semen, measurement tank,
slurry tank.
Cutting bottle.
Alat ini berfungsi untuk membuka cement powder dalam kemasan sak dan mentransfer
cement powder ke cement silo.
Compressor unit
Alat ini berfungsi untuk mentransfer cement powder dari cutting bottle ke cement
silo dan dari cement silo ke surge tank dengan cara memberi tekanan udara.
Cement Silo
(pressurised tank)
Alat ini berfungsi untuk menampung bubuk semen setelah dibuka dari kemasan sak, sehingga
siap untuk pembuatan cement slurry secara cepat. Jumalah cement silo disesuaikan dengan
kebutuhan volume powder yang diperlukan dalam penyemenan tiap trayek.
Batch Mixer
Berfungsi untuk mengaduk dan menampung cement slurry agar diperoleh berat jenis yang
homogen sebelum dipompakan ke dalam sumur, juga berfungsi untuk menampung campuran
air dengan additive.
Pompa semen
Berfungsi untuk mendorong bubur semen dari permukaan hingga ke bagian atas annulus
Surge Tank.
Berfungsi untuk menampung cement powder yang ditransfer dari cement silo dan
mencurahkannya ke Hopper.
Hopper
Hopper
A hopper too
Merupakan tanki penampung air yang diperlukan untuk operasi penyemenan
Jet mixer
Merupakan saluran tempat menyalurkan air bertekanan tinggi yang ditembakan ke arah serbuk
semen dari hopper hingga membentuk bubur semen
Cement flow line
Dipasang di puncak casing yang sedang disemen, berfungsi untuk memposisikan Bottom Plug
dan Top Plug saat operasi penyemenan
Peralatan Bawah Permukaan :
• Casing
• Centralizer
• Scratchers
• Casing Shoe
• Collar
• Stage Collar
• Centralizer
• Cement Basket
• Cementing Plug
Centralizer
Scratchers
Guide Shoe
Float Shoe
Differential Fill Shoe
Float Collar
Stage Collar
Top Plug
Bottom Plug
CEMENTING
1) Functions of cement
2) Properties of cement slurry
3) Cement additives
4) Subsurface and surface cementing equipments
5)Cementing techniques
TEKNIK PENYEMENAN
Casing cementing
Primary
Cementing Liner cementing
9. Desain dan ujilah slurry semen dan initial spacer di laboratorium hingga mempunyai gel strength
dan specific weight yang dibutuhkan, thickening time, dan compressive strength. Pengujian
sebaiknya disimulasikan serupa dengan kondisi nyata di dalam lubang.
10. Naik-turunkan atau putar casing atau liner saat pengkondisian lubang dan selama operasi
penyemenan. Kombinasi gerakan tersebut dilakukan guna memperoleh hasil pengisian semen
yang terbaik.
11. Pemodelan mekanika fluida terkadang diperlukan guna memperoleh pump rate paling optimal
selama displacement.
12. Setelah dipompakan kedalam sumur, density slurry semen harus terus-menerus dimonitor secara
kontinyu dan direkam dengan teliti.
13. Ketika operasi penyemenan telah selesai, lepas tekanan internal yang masih tersisa didalam
casing (bleed-off) melalui valve yang ada di cementing head.
PRIMARY CEMENTING
Bertujuan untuk membatasi gas, minyak, ataupun
air yang terproduksi agar tidak berpindah dari satu
formasi ke formasi lainnya, juga mencegah
pencemaran sumber air tawar bawah tanah yang
terletak pada kedalaman dangkal. ;
Normal single-stage casing cementing.
Large-diameter casing cementing (stinger)
Multi-stage casing cementing
Liner cementing.
Single-stage cementing
Inner cementing (large diameter)
Merupakan alternatif, karena jika menggunakan
cara konvensional terdapat beberapa kerugian :
1. Potensi kontaminasi semen selama pemompaan
dan displacement
2. Membutuhkan plug berukuran besar yang
mudah stuck dalam proses penyemenan.
3. Displacement volume yang besar.
4. Waktu pemompaan yang lama.
5. Banyaknya volume semen yang ditinggalkan
antara float collar dan shoe.
Casing stinger
Double-stage cementing
Liner stinger
PENGUJIAN SEMEN di Laboratorium
berdasarkan API Recommended Practices 10 B
1. Pengambilan sample
2. Persiapan slury
3. Penentuan Densitas Slurry
4. Uji Compressive strength
5. Uji non-destructive Sonic
6. Uji Thickening Time
7. Uji Static-Fluid Loss
8. Uji Permeabilitas
9. Penentuan Rheology Slurry semen
10. Pengukuran Prsssure Drop dan Flow Regime slurry semen
pada Pipa dan annuli.
11. Uji stabilitas Slurry
Properties of cement slurry