Sie sind auf Seite 1von 38

ASUHAN KEPERAWATAN

BENIGNA PROSTATIC
HYPERPLASIA (BPH)

ARIFANDY PELEALU
Anatomi dan
Fisiologi
 Anatomi

Prostat adalah bagian dari sistem


reproduksi pria, berfungsi
memproduksi cairan semen, yang
berguna sebagai transport sperma

Terletak dibawah kandung


kemih, ditengahnya terdapat urethra,
saluran yang mengalirkan urin dari
kandung kemih keluar melalui penis.

Prostat normal pada pria dewasa


berukuran 15-20 cc
Prostat
Bentuk : Terbalik
Seperti
konus Terjepit

Basis Leher buli-buli


Apeks Diafragma UG

Ukuran : Urethra posterior


Panjang : 4-6 cm berjalan ditengahnya
Lebar : 3-4 cm
Tinggi : 2-3 cm
Benign Prostatic Hyperplasia
(BPH)
Peripheral zone

Transition zone

Urethra
Epidemiologi
 1500 B.C (papirus mesir)
BPH obstruksi saluran kencing

 WHO : tahun 2000 terdapat ± 600 juta penderita BPH


400 juta di negara industri
200 juta di negara berkembang

 Pria pada usia :


Dekade 5 : ± 50% BPH
Dekade 6 : ± 60% BPH
Dekade 7 : ± 70% BPH
Dekade 8 : ± 90% BPH

 Merupakan penyakit urologi terbanyak ke-2 setelah urolithiasis


Usia terbanyak 60 – 70 tahun
75% dengan retensio urine
Etiologi
 Sebab yang pasti belum diketahui
 Faktor yang berperanan :
- Sifat jaringan : berasal dari sinus urogenital yang
berpotensi proliferasi
- Hormonal :
Pubertas BPH ( - )

Kastrasi

BPH Prostat Regresi

- Usia  balans hormonal berubah


Gejala Penyakit
 Faktor utama : Topografi dan anatomi prostat

 BPH : Mengganggu proses miksi


Manifestasi klinis
Sindroma Prostatism
Non patognomonis
Obstruktif : Iritatif
•Pancaran melemah •Urgensi
• Intermittensi •Frekuensi
• Terminal Dribbling •Disuria
• Terasa ada sisa

Lower Urinary Tract Symptoms


(LUTS)
Anamneses: gejala –gejala BPH
PATOFISIOLOGI
Skor IPSS ( International Prostate Symptom Score )
Kegunaan IPSS
 Untuk mengetahui keluhan penderita (secara subyektif)

 Kelebihan :
 Tidak memerlukan tindakan invasif (hanya anamnesa)
 Bisa dilakukan setiap saat
 Kekurangan :
 tergantung pada pemahaman pasien (tingkat pendidikan)
 Hasil bisa berubah-ubah bila diulang
Pemeriksaan
 Pemeriksaan generalis:
 Kondisi umum penderita (hampir seluruhnya berusia lanjut
 Tekanan Darah, Nadi, Respirasi

 Pemeriksaan urologis
 Ginjal : palpasi bimanual
 Buli : inspeksi menonjol ; retensio urine
palpasi : ballotement ; retensio urine
Perkusi : redup (retensio urine)
 Genetalia : uretra, testis, epididimis
 Colok dubur : tonus sfingter ani, bulbocavernosus reflex, massa di
anorektal, pembesaran prostat (nodul, konsistensi,nyeri)
Pemeriksaan

 Riwayat penyakit dahulu

 Pemeriksaan fisik

 Termasuk pemeriksaan colok dubur dan neurologis


 Pemeriksaan tambahan : Radiologis dan Laboratorium

 Pengukuran skoring gejala (AUA-SS atau IPSS)

4.4
AUA BPH Guidelines 2003
Colok dubur
 Syarat : buli-buli kosong / dikosongkan

 Tujuan :
1. menentukan konsistensi prostat

2. Menentukan besar prostat


- akurasi rendah
- perlu pengalaman
- faktor subyektif pemeriksa
- dapat membesar intravesikal

3. Menentukan sistem syaraf unit vesikouretra


- tonus sfingter ani : terasa ada jepitan pada jari

- bulbocavernosa refleks +
Pemeriksaan Colok Dubur
Physical examination

DRE (Digital prostate Examination)/Colok


Dubur

Memeriksa kondisi

prostat:

 Ukuran

 Nodul

 Konsistensi

 Kekenyalan
Pemeriksaan laboratorium

 Darah lengkap

 Urine lengkap, biakan kuman

 Faal ginjal

 Faal hati

 Gula darah

 PSA (Prostate Spesific Antigen – Penanda Tumor


Prostat)
Uroflowmeter
PENYULIT BPH

BPH yang tidak ditangani pada sebagian dari penderita lama -


kelamaan dapat timbul penyulit berupa :
1. Menurunnya kualitas hidup
2. Infeksi saluran kencing
3. Terbentuknya batu buli-buli
4. Terbentuknya sakulasi dan divertikel pada dinding buli-buli
5. Hernia
6. Hemorrhoid
7. Residual urin yang makin banyak sampai retensio urin akut
maupun kronis
8. Gangguan fungsi ginjal
9. Hidronefrosis
10.Hematuria
11.Inkontinensia paradoksa
Derajat Benigne Prostat Hyperplasia

Benign Prostatic Hyperplasia terbagi dalam 4 derajat sesuai dengan gangguan


klinisnya :

1. Derajat satu, keluhan prostatisme ditemukan penonjolan prostat 1 – 2 cm,


sisa urine kurang 50 cc, pancaran lemah, necturia, berat + 20 gram.

2. Derajat dua, keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nucturia bertambah
berat, panas badan tinggi (menggigil), nyeri daerah pinggang, prostat lebih
menonjol, batas atas masih teraba, sisa urine 50 – 100 cc dan beratnya + 20
– 40 gram.

3. Derajat tiga, gangguan lebih berat dari derajat dua, batas sudah tak teraba,
sisa urine lebih 100 cc, penonjolan prostat 3 – 4 cm, dan beratnya 40 gram.

4. Derajat empat, inkontinensia, prostat lebih menonjol dari 4 cm, ada


penyulit keginjal seperti gagal ginjal, hydroneprosis
PENGKAJIAN PRE OPERATIF BENIGNE PROSTAT
HYPERPLASIA

Riwayat Keperawatan

 Suspect BPH ® umur > 60 tahun

 Pola urinari : frekuensi, nocturia, disuria.

 Gejala obstruksi leher buli-buli : prostatisme (Hesitansi,


pancaran, melemah, intermitensi, terminal dribbling,
terasa ada sisa) Jika frekuensi dan noctoria tak disertai
gejala pembatasan aliran non Obstruktive seperti infeksi.

 BPH ® hematuri
Pemahaman klien tentang kejadian

Ahli bedah bertanggung jawab, untuk


menjelaskan sifatoperasi, semua pilihan
alternatif, hasil yang diperkirakan dan
kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi.
Ahli bedah mendapatkan dua consent (ijin) satu
untuk prosedur bedah dan satu untuk anestesi.
Perawat bertanggung jawab untuk menentukan
pemahaman klien tentang informasi, lalu
memberitahu ahli bedah apakah diperlukan
informasi lebih banyak (informed consent).
Kondisi akut dan kronis :
Untuk mengkompensasi pengaruh trauma bedah
dan anestesi, tubuh manusia membutuhkan
fungsi pernafasan, sirkulasi, jantung, ginjal,
hepar dan hematopoetik yang optimal. Setiap
kondisi yang mengganggu fungsi sistem ini
(misalnya: DM, gagal jantung kongestif, PPOM.
Anemia, sirosuis, gagal ginjal) dapat
mempengaruhi pemulihan. Disamping itu faktor
lain, misalnya usia lanjut, kegemukan dan
penyalahgunaan obat / alkohol membuat klien
lebih rentan terhadap komplikasi.
Pengalaman bedah
sebelumnya
Perawat mengajukan pertanyaan spesifik
pada klien tentang pengalaman
pembedahan masa lalu. Informasi yang
didapatkandigunakan untuk
meningkatkan kenyamanan (fisik dan
psikologis) untuk mencegah komplikasi
serius
Status Nutrisi
Status nutrisi klien praoperatif secara langsung
mempengaruhi responnya pada trauma
pembedahan dan anestesi. Setelah terjadi luka
besar, baik karena trauma atau bedah, tubuh
harus membentuk dan memperbaiki jaringan
serta melindungi diri dari infeksi. Untuk
membantu proses ini, klien harus meningkatkan
masukan protein dan karbohidrat dengan cukup
untuk mencegah keseimbangan nitrogen negatif,
hipoalbuminemia, dan penurunan berat badan.
Status nutrisi merupakan akibat masukan tidak
adekuat, mempengaruhi metabolik atau
meningkatkan kebutuhan metabolik.
Status cairan dan
elektrolit
Klien dengan gangguan keseimbangan
cairan dan elektolit cenderung mengalami
shock, hipotensi, hipoksia, dan disritmia,
baik pada intraoperatif dan pascaoperatif.
Fluktuasi valume cairan merupakan akibat
dari penurunan masukan cairan atau
kehilangan cairan abnormal.
Status emosi.
 Respon klien, keluarga dan orang terdekat pada tindakan
pembedahan yang direncanakan tergantung pada
pengalaman masa lalu, strategi koping, signifikan
pembedahan dan sistem pendukung.

 Kebanyakan klien dengan pembedahan mengalami


ancietas dan ketakutan yang disebabkan
penatalaksanaan tindakan operasi, nyeri, dan
immobilitas.
Pemeriksaan Fisik
 Perhatian khusus pada abdomen ; Defisiensi nutrisi, edema,
pruritus, echymosis menunjukkan renal insufisiensi dari obstruksi
yang lama.
 Distensi kandung kemih
 Inspeksi : Penonjolan pada daerah supra pubik ® retensi urine
 Palpasi : Akan terasa adanya ballotement dan ini akan
menimbulkan pasien ingin buang air kecil ® retensi urine
 Perkusi : Redup ® residual urine
 Pemeriksaan penis : uretra kemungkinan adanya penyebab lain
misalnya stenose meatus, striktur uretra, batu uretra/femosis.
 Pemeriksaan Rectal Toucher (Colok Dubur) ® posisi knee chest
 Syarat : buli-buli kosong/dikosongkan
 Tujuan : Menentukan konsistensi prostat
 Menentukan besar prosta
Pengertian Keperawatan
Pre operatif
 Keperawatan Perioperatif adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan tanggung jawab keperawatan
yang berhubungan dengan fase-fase preoperatif,
intraoperatif, pemulihan pascaanestesi dan pascabedah.

 Sepanjang periode perioperatif, perawat menerapkan


proses keperawatan untuk mengidentifikasi fungsi
positip, perubahan fungsi, dan potensial perubahan
fungsi pada klien. Adapun tanggung jawab keperawatan
untuk masing-masing fase berfokus pada masalah
kesehatan spesifik aktual atau resiko.
Fokus Asuhan Keperawatan Pada periode Pre
operatif
1. Fase Preoperatif
 Pengkajian Preoperatif
 Penyuluhan Preoperatif
 Persiapan untuk pindah ke ruang operasi
 Dukungan orang terdekat
2. Fase Intraoperatif
 Keamanan lingkungan
 Kontrol Asepsis
 Pemantauan fisiologis
 Dukungan psikologis (prainduksi)
 Pemindahan ke ruang pemulihan
3. Fase Pemulihan Pascaanestesi
 Pemantauan fisiologis (jantung, pernafasan, sirkulasi,
ginjal dan neurologis)
 Dukungan psikologis
 Keamanan lingkungan
 Tindakan kenyamanan
 Stabilitas untuk pindah ke unit atau bangsal
4. Fase Pascaoperatif
 Pemantauan fisiologis
 Dukungan psikologis Tindakan kenyamanan
 Dukungan orang terdekat
 Keseimbangan fisiologis (nutrisi, cairan dan eliminasi)
 Mobilisasi
 Penyembuhan luka
 Penyuluhan pulang
DIAGNOSA KEPERAWATAN PRE
OPERASI
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi (retensio
urine) baik akut maupun kronis berhubungan dengan
obstruksi akibat pembesaran prostat/dekompresi otot
detrussor

2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan


iritasi mukosa/distensi kandung kencing/kolik
renal/infeksi saluran kencing

3. Cemas berhubungan dengan rencana pembedahan dan


kehilangan status kesehatan serta penurunan
kemampuan sexual

4. Dysfungsi sexual berhubungan dengan obstrusi


perkemihan.
5. Kurang pengetahuan tentang sifat penyakit, tujuan
tindakan yang diprogramkan dan pemeriksaan
diagnostik berhubungan dengan kurangnya informasi
/terbatasnya informasi/informasi yang keliru ditandai
dengan pasien sering bertanya, perintah yang tidak
dituruti dan perkembangan infeksi tidak dapat dicegah.

6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering miksi


pada malam hari

7. Resiko injury dan resiko infeksi berhubungan dengan


obstruksi perkemihan

8. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan


pemasangan Dower Cateter yang lama
DIAGNOSA KEPERAWATAN POST OPERASI
1. TERJADINYA PERDARAHAN BERHUBUNGAN
DENGAN TINDAKAN BEDAH (RESEKSI).

2. GANGGUAN RASA NYAMAN (NYERI) BERHUBUNGAN


DENGAN TERPUTUSNYA KONTINUITAS JARINGAN
AKIBAT RESEKSI

3. CEMAS BERHUBUNGAN DENGAN PROSES


PENYAKITNYA YANG MASIH DAPAT KAMBUH LAGI.

4. RESIKO TERJADINYA RETENSI URINE BERHUBUNGAN


DENGAN OBSTRUKSI SALURAN KATETER OLEH
BEKUAN DARAH/KLOT.

5. RESIKO TERJADINYA KELEBIHAN CAIRAN DALAM


TUBUH (SYNDROMA TUR) BERHUBUNGAN DENGAN
ADANYA PENYERAPAN CAIRAN IRIGASI YANG
BERLEBIHAN

Das könnte Ihnen auch gefallen