Sie sind auf Seite 1von 11

ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA

(IPBA)
“Bintang”

KELOMPOK 6 :
1. Agnes Yulian Situmorang (4163321001)
2. Devi May Christian Pangaribuan (4163321004)
3. Melfa Agustina Nurfianti (4163321018)
4. Rizka Nauli Lubis (4163321018)

PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Benda langit di jagat raya ini jumlahnya banyak sekali. Ada yang
dapat memancarkan cahaya sendiri ada juga yang tidak dapat
memancarkan cahaya sendiri, tetapi hanya memantulkan cahaya dari
benda lain. Bintang adalah benda langit yang memancarkan cahaya sendiri
(sumber cahaya). Bukan hanya sekedar itu bintang terdefinisikan,
melainkan bintang merupakan bola raksasa yang mampu menghasilkan
energi radiasi melalui reaksi di pusat (Tjasyono HK, 2013).
Ketika kita melihat bintang pada malam hari, ternyata tidak semua
bintang memiliki terang yang sama. Bintang yang satu tampak lebih terang
daripada yang lain. Mungkin diantaranya ada juga yang sama terangnya
atau malah sama redupnya. Bagi astronom yang notabene saintis
membutuhkan bilangan eksak untuk mengukur seberapa terang suatu
intang tidak cukup dengan kata lebih terang atau kurang terang. Dalam
kehidupan sehari-hari, kalau kita mengukur benda, misalnya saja
mengukur panjang balok, semakin panjang balok, semakin besar angka
yang ditunjukkan alat ukur kita. Tidak demikian halnya dalam astronom,
khususnya menyangkut masalah kecerlangan bintang.
1.2 Rumusan Masalah
 Bagaimana pengertian dari bintang?
 Bagaimana tata nama dan jenis bintang?
 Apa yang dimaksud dengan magnitudo bintang?
 Bagaimana klasifikasi spektrum warna bintang?
1.3 Tujuan
 Untuk mengetahui pengertian dari bintang.
 Untuk mengetahui tata nama dan jenis bintang
 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan
magnitudo bintang.
 Untuk mengetahui klasifikasi spektrum warna bintang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bintang
Bintang merupakan suatu objek tetap yang dapat dilihat pada waktu malam
hari sebagai satu titik cahaya dari bumi. Sedangkan menurut Beade menyatakan
bintang merupakan suatu objek yang dihasilkan dari nebula. Pembentukan bintang
terjadi ketika partikelpartikel kecil terdiri debu dan gas yang bergerak secara rapat.
2.2 Tata Nama dan Jenis Bintang
Berdasarkan beragam penamaan yang diciptakan astronom, terdapat
penamaan yang dilakukan oleh perusahaan –perusahaan komersial, tetapi
penamaan tersebut tidak diakui. Adapun penamaan benda langit yang diakui secara
internasional yaitu berdasarkan kesepakatan International Astronomical Union
(IAU). Pada tahun 1928, IAU meresmikan 88 rasi bintang dan menentukan setiap
rasi, tetapi terdapat 12 belas kelompok bintang yang melewati langit di daerah
khatulistiwa. Deretan rasi bintang tersebut membentuk gelang yang biasa disebut
dengan zodiac. Para astronom mengaitkan rasi bintang tersebut pada setiap tanggal
kelahiran manusia. rasi bintang tersebut diantaranya adalah Aries, Taurus, Gemini,
Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, Sagitarius, Capricornus, Aquarius dan Pisces.
(Tjasyono HK, 2013).
Adapun jenis-jenis bintang antara lain :
1. Giant Star (Bintang Raksasa)
2. Supergiant Star (Bintang Super Raksasa)
3. Dwarf (Bintang Katai atau Cebol)
4. Bintang Neutron
5. Pulsar
6. Magnetar
2.3 Magnitudo Bintang

Telah ada sebelumnya seorang astronom Yunani bernama


Hipparchus membuat sistem klasifikasi keterangan bintang yang
pertama. Saat itu, ia mengelompokkan keterangan bintang menjadi
enam kategori dalam bentuk yang kurang lebih seperti ini: paling
terang, terang, tidak begitu terang, tidak begitu redup, redup dan
paling redup. Sistem tersebut kemudian berkembang dengan
penambahan angka sebagai penentu keterangan bintang Yang
paling terang memiliki nilai 1, berikutnya 2, 3, hingga yang paling
redup bernilai 6.
Pengukuran magnitudo dalam sebuah pengamatan fotometri
dilakukan dengan mengambil serangkaian citra objek-objek yang
hendak diukur magnitudonya dan citra objek-objek yang sudah
diketahui dengan baik magnitudonya (objek standar).
Magnitudo yang kita ukur sebagaimana tampak
di Bumi disebut magnitudo semu, sementar
magnitudo yang diukur dari jarak yang serbasama
disebut Magnitudo Mutlak. Dalam hal ini, jarak yang
disepakati adalah 10 Parsec. Hubungan antara
magnitudo semu dan magnitudo mutlak disebut
persamaan modulus jarak.
Jarak-jarak bintang terhadap Bumi tidak sama, ada yang dekat dan ada yang
sangat jauh. Dengan demikian, penggunaan magnitude semu bintang tidak terlalu tepat
untuk menggambarkan kecermelangan bintang yang sebenarnya karena magnitude
bintang tergantung jaraknya dari bumi. Sebagai gambaran, dibawah ditunjukan
magnitudo semu beberapa objek langit
2.4 Klasifikasi Spektrum Warna Bintang
Berikut ini adalah daftar klasifikasi bintang yang dikenal dengan klasifikasi
Hardvard atau klasifikasi bintang berdasarkan spektrum. Kelas bintang ini dimulai dari
yang paling panas hingga yang paling dingin dengan massa, radius dan luminositas
dalam satuan Matahari.
1. Kelas O
2. Kelas B
3. Kelas A
4. Kelas F
5. Kelas G
6. Kelas K
7. Kelas M
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
1. Bintang merupakan benda langit yang dapat memancarkan
cahaya sendiri.
2. Penamaan benda langit yang diakui secara internasional yaitu
berdasarkan kesepakatan International Astronomical Union
(IAU). Pada tahun 1928, IAU meresmikan 88 rasi bintang dan
menentukan setiap rasi, tetapi terdapat 12 belas kelompok
bintang yang melewati langit di daerah khatulistiwa.
3. Magnitudo adalah skala redup terangnya suatu bintang.
4. Bintang juga dapat diklasifikasikan berdasarkan spketrumnya.
Melalui spektrumnya, banyak yang dapat diketahui seperti suhu
dan komposisi yang terdapat pada bintang tersebut. Spectrum
merupakan hasil dari pembiasan garisan elektromagnetik yaitu
cahaya. Selain dari itu, cahaya putih adalah gabungan dari
berbagai warna yang mana setiap cahaya mempunyai kekuatan
tertentu.
TERIMAKASIH 

Das könnte Ihnen auch gefallen