Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
FK UNDANA
Patogenesis Gangguan
Substansi dan Cairan Tubuh
Dr Samson Ehe Teron SpPK
Bagian Patologi Klinik RSUD Prof Dr WZ
Yohanes Kupang
PEMERIKSAAN
URINE
UNTUK MENUNJANG DIAGNOSIS DAN
PENGELOLAAN PENYAKIT GINJAl
Definition of Urinalisys
• Urinalysis is a diagnostic physical,
chemical, and microscopic
examination of a urine sample
(specimen). Specimens can be
obtained by normal emptying of the
bladder (voiding) or by a hospital
procedure called catheterization.
Purpose
Urinalyses are performed for several reasons:
• general evaluation of health
• diagnosis of metabolic or systemic diseases
that affect kidney function
• diagnosis of endocrine disorders. Twenty-four
hour urine studies are often ordered for these
tests
• diagnosis of diseases or disorders of the
kidneys or urinary tract
• monitoring of patients with diabetes
• testing for pregnancy
• screening for drug abuse
Normal Adult ±1200 ml/min of blood perfuses
the kidney (25% of CO).
Blood afferent arterioles ultrafiltrate on
Glomeruli Bowman’s space tubules
reabsorption or secretion and concentration on
collecting ducts.
Original glomerular filtrate vol. = 180 L in 24hrs
reduced 1-2L, depending on status of hydration.
Urine formed in the kidney passes from collecting
ducts renal pelvis ureters bladder
urethra voided.
Through glomerular filtration and tubular
secretion, numerous waste products are
eliminates from body, including :
Nitrogenous products
Organic acids and bases
Inorganic acids and bases.
Laporan
hasil
Pembuatan
Menuliskan hasil praparat
Pemeriksaan
mikroskup
Pemeriksaan urine yang banyak digunakan untuk
deteksi adanya peyakit ginjal dan saluran kemih
Sedimen urine berisi bahan-bahan padat terdiri dari
:
- sel ( sel darah merah, sek darah putih, sel epitel )
- torak ( hasil presipitasi protein )
- kristal dan amorf
- bahan berbentuk lain ( eksogen / endogen)
Konvensional : tidak standar
hasil tidak kuantitatif ….. /lpk , ……/lpb
…../lp100X, …../lp 400X
Sistem terstandar : KOVA
UriSystem
Count-6 / Count- 10
hasil kuantitatif ----- elemen / ml
( atau elemen / μl )
12 ml
1 ml
Sistem KOVA
kuantitatif
PENAMPUNAGAN
URINE
FLOW CYTOMETER
+ HASIL
LAPORAN
HASIL review
PEMERIKSAAN URINE
pemeriksaan laboratorium tertua
3. pemeriksaan mikroskopis :
sel darah merah , sel darah putih ,
sel epitel , torak , bakteri , kristal ,
lain-lain
Pemeriksaan urine sebagai indikator penyakit
Keterangan :
Adanya tambahan area untuk Vit.C pada carik-celup ------
hanya menunjukkan adany vit. C dalam urine ------ hasil pemeriksaan
kena pengaruh vit. C dan tidak dapat digunakan
berat jenis
Prinsip tes :
Mengukur kadar ion dalam larutan ( BJ sebetulnya ukuran untuk jumlah seluruh
bahan yang yang ada dalam larutan )
Dasar pengukuran : perubahan pKa polielektrolit (pretreated) karena pengaruh
kadar ion urine. Dari polielektrolit akan dilepaskan gugusan asam
yang sebanding dengan jumlah ion dalam larutan. Perubahan pH
akan ditunjukkan dengan perubahan warna indikator.
Nilai rujukan : 1,001 - 1,035
1,016 – 1,022 ( keadaan sehari-hari )
pH
Prinsip reaksi :
pH urine akan merubah indikator merah metil, biru brom
timol, dan fenolptalein. Pada rentang pH 5 – 9 memberi
gradasi warna dari jingga, hijau kuning, sampai biru
Sensitivitas :
sensitivitas tinggi terhadap albumin
sensitivitas rendah pada gama globulin, protein Bence Jones,
mukoprotein , proteoses, peptones
Batas deteksi : 6 mg/dl Albumin
Nilai rujukan : kurang dari 30 mg/dl
Sumber kesalahan
Positif palsu dapat disebabkan oleh :
1. infuse polyvinylpyrolidone
2. sisa-sisa desinfektan yang mengandung gugusan amonium
atau klorheksidin
3. phenazopyridine ( pyridium )
4. pH urine yang tinggi akan meningkatkan pH reagen
( memberikan warna positif walaupun tidak ada protein )
Negatif palsu :
adanya protein-protein lain selain albumin
mikroalbuminuria
Prinsip reaksi : ( Tes strip Micral – Test , Roche )
Kombinasi antara kromatografi dan immunoassay
Semua bahan yang dapat memberi warna pada urine seperti nitrofurantoin atau
bilirubin, akan menyulitkan interpretasi
Positif palsu :
Oksidan seperti klorin dan formalin
Negatif palsu :
1.peningkatan kadar glukosa 3 g/dl , berat jenis yang tinggi, as. oksalat,
dan peningkatan kadar albumin > 500 mg/dl
2. antibiotik ( cephalexin, cephalothin,terracyclin, dan gentamicin )
3. kadar as.askorbat yang tinggi menghambat reaksi
( reduksi garam diazonium )
nitrit
Prinsip reaksi :
Positif palsu :
1. Kontaminasi bakteri pada penampung
2. Obat-obat yang menyebabkan warna merah pada urine
(piridium, senyawa azo)
Negatif palsu :
1. Urine tidak cukup lama berada dalam kandung seni untuk perubahan
nitrat menjadi nitrit ( minimal 4 jam )
2. Kadar nitrat dalam urine kurang ( diet nitrat kurang – puasa, makanan IV, kelaparan )
3. Reaksi lambat pada kadar vit C > 25 mg/dl ( reduksi garam diazonium oleh vit C pada
nitrit rendah )
4. Pemecahan nitrit menjadi nitrogen
5. Menurunnya sensitivitas pada urine yang pekat dengan pH < 6
bilirubin
Prinsip reaksi :
Bilirubin berikatan dengan garam diazonium, dalam
suasana asam , membentuk azobilirubin
(reaksi diazo ) yang berwarna ungu
Nilai rujukan :
Dewasa < 0,2 mg/dl ( 3,4 μmol/l )
Sumber kesalahan :
Positif palsu :
1. Obat-obatan yang menyebabkan urine berwarna merah
( metabolit phenazopyridine phenothiazine atau chlorpromazine )
2. Indican ( indoxyl sulfate ) memberikan warna kuning – merah,
dapat mempengaruhi interpretasi warna
Negatif palsu :
1. Urine terpapar sinar matahari langsung ( oksidasi bilirubin)
2. Bilirubin diglukoronida telah terhidrolisis menjadi bilirubin bebas
3. Asam askorbat ≥ 25 mg/dl
4. Kadar nitrit yang tinggi menurunkan sensitivitas ( pada UTI )
glukosa
Prisip reaksi :
Di dalam strip terdapat enzim GOD , peroksidase, kromogen ( indikator).
GOD akan mengkatalisasi oksidasi glukosa oleh oksigen di udara menjadi
δ – D – Gluconolactone dan H2O2 . H2O2 selanjutnya akan mengoksidasi kromogen
( TMB -- 3,3’,5,5’ Tetramethylbenzidine) yang mengubah warna kuning strip menjadi hijau.
Spesifisitas reaksi :
Hanya glukosa yang akan memberi reaksi positif
Sumber kesalahan :
Positif palsu :
1. bahan – bahan oksidator ( mis.obat pemutih )
2. BJ urine rendah ( urine yang sangat encer ) akan meningkatkan sensitivitas
3. reagen strip yang terpapar udara ( penyimpanan kurang baik )
Negatif palsu :
1. kadar vit. C ( as. Askorbat ) yang tinggi dalam urine
2. kadar keton ≥ 40 mg/dl
3. penggunaan NaF sebagai preservan
4. suhu dingin ( urine yang disimpan di lemari es )
Keterangan :
Penambahan iodat dapat mengurangi / meniadakan pengaruh vit. C
Keton
( aseton , as. Asetoasetat , β-hidroksobutirat )
Prinsip reaksi :
Aseton dan as.asetoasetat bereaksi dengan natrium
nitroprusida dan glisin pada suasana alkali, membentuk
kompleks berwarna ungu. β-hidroksobutirat tidak turut
bereaksi.
Spesifisitas :
Reaksi ini lebih spesifik untuk asetoasetat ( batas deteksi 5 mg/dl ),
Batas deteksi untuk aseton 40 mg/dl
Reaksi tidak dipengaruhi oleh glukosa , protein , dan as.askorbat
Sumber kesalahan :
Positif palsu :
Bahan atau obat yang mengandung gugusan sulfhidril
( captopril , mesna /garam 2-Mercaptoethansulfonic acid
sodium ).
Phenylketones dan senyawa phtalein memberikan warna
merah pada area tes , walaupun warna ini berbeda dengan
warna ungu dari keton.
darah
Prinsip reaksi :
Aktivitas peroksidase yang ada dalam hemoglobin maupun
mioglobin akan mengkatalisasi reaksi oksidasi dari indikator
( 3,3’,5,5’ Tetramethylbenzidine / TMB )
oleh hidrogenperoksida organik yang sudah ada dalam strip,
menjadi senyawa berwarna biru-hijau .
Negatif palsu :
1. asam askorbat ( > 25 mg/dl ) -- ditanggulangi dengan penambahan iodat
2. peningkatan BJ ( kadar garam ↑ )
3. kadar protein ↑
4. Formaldehid
5. Nitrit ( > 10 mg/dl )
6. captopril
urobilinogen
Prinsip reaksi :
Urobilinogen bereaksi dengan p-methoxybenzenediazonium
flouroborat ( garam diazonium yang stabil ) membentuk zat
warna azo yang berwarna merah
PENAMPUNAGAN
URINE
FLOW CYTOMETER
+ HASIL
LAPORAN
HASIL review
Terima kasih
PENDEKATAN KLINIS
TERHADAP PASIEN YANG
MENGALAMI ABNORMALITAS
URINALISIS
Sistem Organ Ginjal dan Saluran Kemih
Pendahuluan
Penyakit ginjal dan saluran kemih menimbulkan morbiditas
dan mortalitas
Penyakit ginjal umumnya hampir tidak memiliki riwayat atau
temuan fisik yang mengarah pada penyakit ginjal
Banyak penderita diketahui memiliki penyakit ginjal berasal
dari temuan abnormal pada urinalisis rutin. (bukan dari :
azotemia, kelainan elektrolit, oedema)
Pemeriksaan klinis rutin memberi kesan adanya sindroma
tertentu, tetapi pemeriksaan penunjang lain mungkin
diperlukan untuk menegakkan diagnosis
Pada kesempatan ini akan diperlihatkan gambaran umum dari
urinalisis yang mungkin mengarah pada sindroma tersebut
dan pemeriksaan penunjang lain yang diperlukan untuk
mengenali penyakit yang dapat menyebabkan kelainan
tersebut secara garis besar
Data dasar klinis dan laboratorium awal dalam menetapkan
sindroma utama pada nefrologi
Sindroma Petunjuk penting untuk diagnosis Temuan yg umum tapi tdk punya arti diagnostik
Gagal ginjal akut atau progresif cepat Anuria Hipertensi hematuria
Nefritis akut Oliguria Proteinuria piuria
Gagal ginjal kronik Adanya riwayat penurunan LFG Silider, edema
Sindroma nefrotik Hematuria, silinder eritrosit Proteinuria
Abnormalitas urin Asimtomatik Azotemia, oligurias Piuria
Infeksi saluran kemih Edema hipertensi Kongesti sirkuler
Kerusakan tubulus Renal Azotemia selama 3 minggu Hematuria, proteinuria
Hipertensi Gejala dan tanda uremia yang sudah lama Silinder, oliguria
Nefrolitiasis Gejala dan tanda osteodistrofi renal Poliuria, nokturia
Obstruksi saluran kemih Pengecilan ginjal secara bilateral Edema hipertensi
Banyak silinder pada sedimen urin Gangguan elektrolit
Proteinuria Silider
Hipoalbunemia Edema
Hiperlipidemia Hematuria
Lipiduria Azotemia ringan
Hematuria Proteinuria ringan
Proteinuria (dibawah jangkauan nefrotik) Demam
Piuria steril, silinder Hematura
Bakteriuria Proteinuria ”tubular”
Agen infeksius lain yang ditemukan dalam urin Enuresis
Piuria, silinder leukosit Proteinuria
Frekuensi, urgensi Silinder
Nyeri tekan pada kandung kemih, nyeri tumpul Azotemia
Gangguan elektrolit Hematuria
Poliuria noktura Piuria
Gejala dan tanda osteodistrofi renal Frekuensi urgensi
Ginjal yang besar Hematuria
Defek transpor renal Piuria
Hipertensi sistolik/ diastolik Enuresis, disuria
Riwayat kencing batu atau pengakatan batu
Riwayat adanya batu pada pemeriksaan sinar-X
Kolik ginjal
Azotemia, oliguria, anuria
Poliuria, nokturia, retensi urin
Pancaran urin yang lambat
Prostat yang besar, ginjal yang besar
Nyeri panggul, kandung kemih terasa penuh setelah berkemih
Gagal Ginjal Akut dan Gagal Ginjal Progresif
Definisi :
ekskresi protein urin lebih dari 3,5 gram per 1,73 m2
luas permukaan selama 24 jam
protein : terutama albumin; bukan paraprotein
Penyebab :
penyakit perubahan minimal, glomerulopati
membranosa idiopatik, glomerulo sclerosis fokal, dan
glomerulosklerosis diabetik
hematuria dapat dijumpai pada beberapa keadaan
sindroma nefrotik, khususnya pada glomerulonefritis
membranoproliferatif
Infeksi Saluran Kemih
Diagnostik :
Ditemukannya organisme patogenik baik bakteri,
basil tuberkel, atau jamur dalam urin
Jumlah koloni bakteri >105 organisme per ml
kolonisasi serta infeksi saluran kemih
Jumlah koloni > 102 per ml urin pd px simtomatik +
sample urin dari aspirasi suprapubik atau kateter
kandung kemih menegakkan adanya infeksi
Gejala :
Disuria, frekuensi, urgensi, dan nyeri suprapubik
Nefrolitiasis
Diagnostik :
urin yang dikeluarkan mengandung batu, tampak
pada pemeriksaan sinar-X, atau dikeluarkan lewat
pembedahan atau sistoskopi
gejala umum : kolik ginjal, hematuria yang disertai
dengan rasa nyeri, atau piuria yang tidak jelas,
disuria, dan frekuensi saat berkemih
Batu ginjal :
terdiri dari : kalsium, asam urat, sistin, atau struvit
(magnesium ammonium fosfat)
semua radiopaque, kecuali batu urat
Obstruksi Saluran Kemih
Gejala :
proteinuria dalam batas non-nefrotik dan/atau
hematuria, pada awalnya tidak disertai dengan edema
ditemukan secara kebetulan dan dapat persisten atau
rekuren
Kelainan Urin Asimtomatik
Macam kelainan, antara lain :
Hematuria renal idiopatik
ditandai dgn hematuria makroskopik atau mikroskopik rekuren, dan
deposit IgA pd mesangium dgn mikroskop imunofluorosens
Proteinuria Non-nefrotik Terisolasi berasal dari Glomerulus
Proteinuria ringan sampai sedang (misalnya lebih dari 150 mg
namun kurang dari 2,0 g/hari), disertai dgn kelainan sedimen urin
atau bukti adanya hipertensi atau fungsi ginjal menurun
Glomerulonefritis Kronik
kelainan urin persisten (misalnya proteinuria dan/ atau hematuria)
dan gangguan fungsi ginjal progresif lambat, terkadang berakhir
dengan hipertensi, pengerutan ginjal, ginjal granuler, dan gagal
ginjal stadium akhir
Perubahan structural: proliferatif (termasuk glomerulonefritis
mesangium, glomerulonefritis proliferatif intrakapsuler dan/atau
ekstrakapsuler, dan kromerulonefritis proliferatif segmental dan
fokal), sklerosing (termasuk sclerosis glomerulus fokal dan difus)
dan membranosa
Penyebab glomerulus dari
kelainan urin asimtomatik
Hematuria dengan atau tanpa proteinuria
A. Penyakit glomeruler primer
1. Penyakit Berger (nefropati IgA)
2. Glomerulonefritis membranoproliferatif
3. Hematuria glomerulus primer lainnya disertai dengan proliferasi
mesangial “murni” glomerulonefritis proliferatif fokal dan segmental
dan lesi lainnya
4. Penyakit membrane basalis tipis
B. Berhubungan dengan penyakit multisistem atau heredofamilial
1. Sindroma Alport dan hematuria familial “jinak” lainnya*
2. Penyakit Fabry
3. Penyakit sel sabit
C. Berhubungan dengan infeksi
1. Glomerulonefritis pascastreptokokus yang membaik
2. Glomerulonefreitides pasca infeksi lainnya
Penyebab glomerulus dari kelainan urin asimtomatik
Gambaran makroskopis
berkabut urat atau fosfat; pyuria
merah atau merah kecoklatan darah, hemoglobin,
myoglobin
busa kuning garam empedu atau pigmen empedu
Konsentrasi
osmolalitas, berat jenis harus disesuaikan kondisi klinis
pH
hampir selalu bersifat asam
alkali infeksi, asidosis tubular renal, alkalosis sistemik
Glukosa
glukosuria hiperglikemia atau glukosuria renal
Kelainan Urinalisis pada Penyakit Ginjal
sindroma nefrotik,
Berat > 3,5 g / 24 jam glomerulonefritis, penyakit
sistemik
Glomerular
Renal (nonglomerular)
Postrenal
Hematologic
False
Urinary Space
Glycosialoprotein
and glycosaminoglycan coat
Glomerular Filtration slit diaphragm
Foot process
IgA nephropathy
Other glomerulonephritis
Alport’s syndrome
Benign familial hematuria
Srenous exercise
Fenestra
Endothelial cell
Capillary Lumen Basement membrane
Common Causes of Hematuria
Renal (nonglomerular)
Renal infarct
Renal vein thrombosis
Tuberculosis
Pyelonephritis
Polycystic disease
Medullary sponge kidney
Interstitial nephritis–drug-related, infection, and the like
Neoplasm
Vascular malformations
Trauma
Papillary necrosis
Common Causes of Hematuria
Postrenal
Nephrolithiasis
Tumors of lower urinary tract
Cystitis–infection, drug-related, radiation, idiopathic
Prostatitis
Foreign bodies of bladder or urethra
Urethritis
Benign prostatic hypertrophy
Obstruction
Common Causes of Hematuria
Hematologic
Coagulopathy
Anticoagulation
Sickle cell anemia and trait
Common Causes of Hematuria
False
Vaginal bleeding
Fictitious
Pigmenturia–porphyria, hemoglobinuria,
myoglobinuria, food, drugs
Differential Diagnosis of Red/brown Urine
Haematuria
Haemoglobulinuria
Myoglobinuria
Urates
Porphyria
Alkaptonuria (homogentisic acid)
Drugs*
Analgesics : phenacetin, antipyrine
Antibiotics : rifampicin, metronidazole, nitrofurantoin
Anticoagulants : phenindione, warfarin
Anticonvulsants : phenytoin
Vegetable dyes
Beatroot and some barries (anthocyanins)
Paprika
Food colouring materials
Infeksi UTI
renal hemodynamics
BS
Decrease Kf
EA
Inhibit renin release
Afferent arteriolar
PC vasoconstriction
Efferent Increased
arteriolar TAL
sensitivity
vasoconstriction of TGF
mechanism
AA