Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
OT
Thoraks :
Inspeksi: dinding dada simetris (+), ictus cordis terlihat di ICS
VI linea axilaris anterior.
Palpasi: ictus cordis teraba di ICS VI linea axilaris anterior,
kuat angkat (+), fremitus taktil simetris, nyeri tekan (-)
Perkusi: sonor seluruh lapang paru,
batas kiri jantung: ICS VI linea axilaris anterior .
batas kanan : ICS V linea parasternalis dekstra.
batas atas : ICS III linea parasternalis sinistra
Auskultasi:
Pulmo : VBS +/+, Rh -/-, wh -/-
Cor : BJ I = II reguler, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, luka/ bekas luka (-), sikatrik (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), soepel, hepar dan lien tak
teraba
Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen
Auskultasi: bising usus (+) 8 kali/ menit (normal)
Anggota gerak : Akral hangat, CRT <2 detik
Status lokalis
at Regio cruris dextra
Look : deformitas (-), edema minimal, luka terbuka
(+), perdarahan(+)
Feel : nyeri tekan (+), pulsasi a. Dorsalis pedis
teraba kuat, capillary refill < 2 detik, sensori (+), parestesi
(-), paralisis (-)
Move : pergerakan aktif dan pasif terbatas oleh
karena nyeri, pergerakan pergelangan kaki dan jari-jari
(+)
Diagnosa kerja sementara:
Susp. Open Fraktur Medial tibia Dextra
Pemeriksaan Penunjang:
Darah lengkap
Hb : 14,3 gram/dL
Ht : 42%
Eritrosit : 4.910.000 /mm3
Leukosit : 15.300 /mm3
Trombosit : 194.000 /mm3
Foto Rontgen
Diagnosa:
Open Fraktur 1/3 medial os tibia dan closed
fraktur 1/3 proksimal fibula
Penatalaksanaan
- Lakukan evaluasi klinis secara menyeluruh
- Primary Survey ATLS : ABCDE
- Hentikan perdarahan (jika terdapat perdarahan)
- Tutup luka dengan kassa lembab (dibasahi larutan saline)
- Foto Rontgen
- Lakukan koreksi awal dan Imobilisasi (bidai dua sendi)
- IVFD RL (Ringer Laktat) 20 tetes/menit
- Beri antibiotik
- Beri Anti Tetanus
Rencana ORIF
Foto Rontgen setelah
pemasangan ORIF
FRAKTUR
Terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur
berarti deformasi atau diskontinuitas dari tulang
oleh tenaga yangmelebihi kekuatan tulang
Klasifikasi Fraktur
1. Hubungan dengan dunia luar
2. Garis patah
3. Jumlah garis patah
4. Arah garis patah
5. Lokasi patah
6. Dislokasi patah
KLASIFIKASI
I. Berdasarkan hubungan dengan dunia luar :
1.Fraktur 2. Fraktur
tertutup terbuka
21
Klasifikasi Fraktur Terbuka
(Gustillo – Anderson)
Grade Ukuran Luka Kontaminasi Jaringan Lunak Bentuk patahan
• I luka kecil (< 1 cm), bersih, cedera jaringan lunak minimaltanpa crushing,
fraktur non-kominutif
• II luka 1-10 cm, tanpa hilangnya kulit penutup luka (skin flap), cedera jaringan
lunak tidak banyak, moderate crushing, moderatecomminution
• III luka laserasi luas (> 10 cm), kerusakan kulit dan jaringan lunak luas,high
energy injury.
– IIIA laserasi luas, namun tulang yang fraktur masih dapat ditutup oleh jaringanlunak
– IIIB periosteal stripping ekstensif, fraktur tidak dapat ditutup tanpa flap jaringan
– IIIC terdapat cedera arteri yang memerlukan repair, dengan atau tanpa cedera jaringan lunak
Fraktur terbuka III termasuk farmyard injuries, fraktur dengan luka tembak, fraktur pada lingkungan yang
terkontaminasi
23
KLASIFIKASI
II. Berdasarkan garis
patah
1.Komplit 2.Inkomplit
24
KLASIFIKASI
III. Jumlah garis patah
26
KLASIFIKASI
V. Lokasi
1. Tulang Panjang
• 1/3 proksimal
• 1/3 tengah
• 1/3 distal
2. Tulang Melintang
• 1/3 medial
• 1/3 mid / tengah
• 1/3 lateral
27
T
U
L
A
N
1/3 PROKSIMAL
G
P
A
N
J 1/3 MID/TENGAH
A
N
G
1/3 DISTAL
T
1/3 MEDIAL 1/3 LATERAL
U
L
A
N
G
M
E
L
I
N 1/3 MID
T
A
N
G
T
U
L
A
N
G
M
E
L
I
N
T
A
N
G
KLASIFIKASI
VI. Dislokasi Fragmen
Un-displaced
Fragmen tulang searah
Displaced
Fragmen tulang membentuk sudut
Fragmen distal menjauh
31
Un-Displaced
Displaced
ETIOLOGI FRAKTUR
1. Trauma
35
3. Fraktur patologis
Fraktur terjadi akibat beban ringan bahkan
normal. Terjadi pada tulang yang rapuh
akibat penyakit tumor , Pagets dan
osteoporosis
36
Gambaran Klinis
Nyeri terus menerus dan bertambah berat.
Deformitas
Pemendekan tulang
Krepitasi
Pembengkakan dan perubahan warna lokal
pada kulit
Fase penyembuhan
tulang
1. Kerusakan jaringan dan terjadi hematoma
2. Inflamasi dan dan proliferasi selular
3. Pembentukan kallus
4. Konsolidasi dan Remodelling
Umumnya penyembuhan fraktur dengan
pembentukan kallus eksternal (indirect )
38
Stadium
Penyembuhan Fraktur
39
Faktor2 yang mempengaruhi
penyembuhan tulang
Penyembuhan fraktur tergantung dari :
41
PRINSIP PENANGANAN
FRAKTUR “4R”
42
Manajemen Fraktur – “4R”
LOOK(Inspection)
Symetricity right-left
Swelling, wound, deformity (angulation, rotation, shortening),abnormal
movement, discoloration (ecchymoses)
Bone exposure
Posture and colour of distal extremity
FEEL(Palpation)
Localized tenderness
Distal neurological status , pulsation
Aggravation of pain and muscle spasm during even the slightest passivemovement
Feeling and listening the crepitus unnecessary -> Xray Diagnosis more
reliable
Move
Active movement ROM
Passive movement ROM
Imaging – X-ray
“Rule of Two”
Twoviews Different point of view.
Ex: Anteroposterior and lateral
• Nama lain = imobilisasi
• Mempertahankan supaya tidak terjadi displacement
setelah reduksi
• Metode Retensi
– Continuous traction
– Castsplintage
– Internal fixation
– External fixation
ContinuousTraction
• Traksi dilakukan pada bagian extremitas didistal fraktur
• Memberikan tarikan kontinyu di sepanjang aksis tulang
mempertahankan alignment tulang
• Cocok untuk shaft fracture tipe oblik / spiral
• Jenis :
USlab BackSlab
CircularCast VolarSlab
Internal Fixation vsExternalFixation
Internal Fixation External Fixation
• Fraktur yang tidak dapat direduksi • Fraktur dengan kerusakan jaringan
kecuali tanpa operasi lunak berat
• Fraktur yang tidak stabil dan Fraktur terbuka (II, III),
cenderung mengalami redisplace terkontaminasi
setelah reduksi Luka bakar
• Fraktur yang union-nya lama dan Perlunya akses dan perawatan
sulit (ex: Fraktur collum femoris) luka berulang
• Fraktur patologis Fraktur kominutif berat dan
• Multiple fractures unstable
• Fraktur pada pasien yang memiliki • Fraktur di sekitar sendi
kesulitan merawat diri (Pasien • Ununited fracture
paraplegia, multiple injuries, usia • Multiple injuries yang berat (ex:
tua) Fraktur femur bilateral, fraktur pelvis
dengan perdarahan)
• Fraktur yang terinfeksi
Manajemen Fraktur – “4R”
Mobilisasi aktif dimulai segera setelah stabilisasi
fraktur (internal fixation/external fixation/fraktur brace)
59
OPEN FRACTURE;
assesment
Sirkulasi ke distal intact ?
Saraf perifer intact ?
Kulit sekitar luka sehat atau rusak ?
Apakah ada hubungan fraktur dengan luka ? Ingat
periksa darah keluar dari luka
60
Fraktur Terbuka
Perbaiki KU
Debridement, kultur/resistensi
ATS-Toxoid, Antibiotik
Tutup luka dengan kasa bersih
Reposisi
Imobilisasi
61
ANTI BACTERIAL
Antibiotics :
Kombinasi ampicilline and cloxacillin, 6 jam , jika
luka kotor tambahkan gentamycin or metronidazole
for 4-5 do
Profikasis Tetanus
62
Komplikasi fraktur
General complication
Shock
Crush syndrome
Tetanus
Gas gangrene
Emboli lemak
63
Fracture Healing Disorders
Delayed Union Non Union Mal Union
Gejala Nyeri pada lokasi fraktur pseudoarthrosis (false Deformitas pada tulang
persisten dan memberat joint), nyeri berkurang yang pernah patah
apabila ada paparan stress
padatulang
65
Komplikasi pada sendi
Joint stiffness (kaku )
Osteoarthritis
Sudeck’s atrophy
66
Terima Kasih
67