Sie sind auf Seite 1von 29

ANTIBIOTIK

PADA
KEHAMILAN
DISUSUN OLEH
dr. Retno Puspaningtyas
Pendahuluan
Antibiotika banyak digunakan secara luas
pada kehamilan. Karena adanya efek
samping yang potensial bagi ibu maupun
janinnya, penggunaan antibiotika
seharusnya digunakan jika terdapat indikasi
yang jelas. Prinsip utama pengobatan
wanita hamil dengan penyakit adalah
dengan memikirkan pengobatan apakah
yang tepat jika wanita tersebut tidak dalam
keadaan hamil. Biasanya terdapat
berbagai macam pilihan, dan untuk alasan
inilah prinsip yang kedua adalah
mengevaluasi keamanan obat bagi ibu
dan janinnya.
FARMAKOKINETIKA ANTIBIOTIKA

Faktor-faktor yang penting dan berperan


dalam farmakokinetika obat adalah
absorpsi, distribusi, biotransformasi, eliminasi,
faktor genetik dan interaksi obat.
EFEK TERATOGENIK

Teratologi adalah ilmu yang


mempelajari tentang perkembangan
abnormal dan malformasi kongenital.
Teratogenisitas didefinisikan sebagai
kemampuan suatu zat eksogen
(disebut teratogen) untuk
menimbulkan malformasi kongenital
yang tampak jelas saat lahir bila
diberikan selama kehamilan.
5 kategori untuk obat-obat yang diberikan
selama kehamilan

Kategori A :
Obat-obat yang menurut studi terkontrol tidak
menimbulkan resiko pada janin
Kategori B :
Untuk obat-obat yang berdasarkan studi pada
binatang dan manusia tidak
menunjukkan resiko yang bermakna. Termasuk
disini adalah :
1. Dari studi pada binatang tidak menunjukkan
resiko, tetapi belum ada studi pada
manusia mengenai hal tersebut
2. Dari studi pada binatang menunjukkan
adanya resiko, tetapi dari hasil studi yang
terkontrol baik pada manusia menunjukkan
tidak adanya resiko
Kategori C :
 Untuk obat-obat yang belum didukung studi
adekuat, baik pada binatang maupun pada
manusia atau obat-obat yang menunjukkan
efek yang merugikan pada studi binatang
tetapi belum ada studi pada manusia
Kategori D :
 Untuk obat-obat yang ada bukti resikonya
pada janin tetapi manfaatnya jauh lebih
besar
Kategori X :
 Untuk obat-obat yang terbukti mempunyai
resiko terhadap janin dan resiko itu lebih berat
dari pada manfaatnya
7
 Therapeutic Good Administration Australia (TGA, 2005)
mengkategorikan obat menurut beberapa kelompok.
Pengakategorian tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
Kategori A : Obat-obat yang telah konsumsi oleh sejumlah besar
wanita hamil dan wanita usia subur tanpa adanya bukti peningkatan
frekuensi cacat lahir atau efek membahayakan baik langsung
maupun tidak langsung pada janin.

Beberapa obat dalam kategori A adalah :


• Antasid (Obat Maag)
• Digoksin (obat jantung)
• Preparat besi oral (dengan atau tanpa asam folat) (Obat anemia
defisiensi besi)
• Parasetamol (Antinyeri)
• Dimenhidrinat, Difenhidramin, Metoklopramid (antimuntah)
• Betametason, Kortison Deksametason, Hidrokortison,
Metilprednisolon, Prednisolon, Prednison Triamsinolon (Kortikosteroid)
• Amoksisilin, Ampisilin (Antibiotik, gol Penisilin)
• Eritromisin (Antibiotik, gol Makrolida)
• Kodein, Dekstrometorpan (Antitusif)
• Ammonium Klorida, Bromheksin (Ekspektoran)
• Efedrin, salbutamol, terbutalin, teofilin derivatif (Obat Asma)
• Klorfeniramin, difenhidramin, difenilamin (Antihistamin)
8

 Kategori B1 : Obat-obat yang telah


dikonsumsi oleh sejumlah kecil wanita hamil
atau wanita usia subur, tanpa peningkatan
frekuensi cacat lahir atau membahayakan
baik langsung maupun tidak langsung pada
janin.Tidak ada bukti yang menunjukkan
peningkatan frekuensi gangguan janin pada
efek penelitian dengan binatang coba.
Beberapa obat dalam kategori B1 adalah :
• Simetidin, Famotidin, Ranitidin, Sukralfat
(Obat Maag)
• Sefaklor, Sefotaksim, Seftriakson (Antibiotik,
gol Sefalosforin)
9

 Kategori B2: Obat-obat yang telah


dikonsumsi oleh sejumlah kecil wanita hamil
atau wanita usia subur, tanpa peningkatan
frekuensi cacat lahir atau efek
membahayakan baik langsung maupun
tidak langsung pada janin.Penelitian pada
binatang jumlahnya sangat sedikit, tetapi
dari hasil penelitian yang ada, tidak
menunjukkan peningkatan frekuensi
gangguan janin binatang coba.
Beberapa obat dalam kategori B2 adalah :
• Domperidon, Hiosin, Hiosin Hidrobromida
(Antimuntah)
10

 Kategori B3 : Obat-obat yang telah dikonsumsi oleh


sejumlah kecil wanita hamil atau wanita usia subur,
tanpa peningkatan frekuensi cacat lahir atau efek
membahayakan baik langsung maupun tidak
langsung pada janin.
Penelitian pada hewan menunjukkan bukti
peningkatan angka kejadian gangguan janin hewan
coba. Pada manusia, gangguan janin akibat obat
kategori ini masih belum dapat ditentukan.
Beberapa obat dalam kategori B3 adalah :
• Lansoprazol, Omeprazol, Pantoprazol (Obat Maag)
• Loperamid (Obat Diare)• Griseofulvin, Itrakonazol,
Ketokonazol (Antijamur)
• Siprofloksasin, Ofloksasin (Antibiotik, gol Kuinolon)
• Asiklovir, Indinavir, Ritonavir, Valasiklivir (Antivirus)
11

 Kategori C : Obat-obat, karena efek farmakologinya,


menyebabkan atau dicurigai menyebabkan efek
berbahaya pada janin atau bayi baru lahir tanpa
menyebabkan cacat lahir. Efek tersebut mungkin
reversibel (dapat kembali normal).
Beberapa obat dalam kategori C adalah :
• Amlodipin, Diltiazem, Nifedipin, Verapamil
(Antihipertensi, gol Penghambat Kanal Kalsium)
• Dihidroergotamin, Ergotamin, Metisergid (Obat
antimigrain)
• Aspirin (Antinyeri)
• Alprazolam, Bromazepam, Klordiazepoksid,
Klobazam, Diazepam, Lorazepam, Midazolam (Obat
anticemas)
• Klorpromazin (Antipsikosis)
• Droperidol, Haloperidol (Antipsikosis)
• Diklofenak, Ibuprofen, Ketoprofen, Ketorolac, Asam
Mefenamat, Piroksikam (Antinyeri)
• Kotrimoksazol (Antibiotik, gol Sulfonamid)
12

 Kategori D : Obat-obat yang menyebabkan,


dicurigai menyebabkan, atau diperkirakan
menyebabkan peningkatan angka kejadian cacat
lahir atau kerusakan yang irreversibel (tidak bisa
diperbaiki lagi). Obat-obat golongan ini mungkin
juga mempunyai efek farmakologi yang merugikan.
Beberapa obat dalam kategori D adalah :
• Kaptopril (antihipertensi, gol ACE Inhibitor)
• Losartan, Valsartan (antihipertensi, gol Angiotensin
II Reseptor Antagonis)
• Doksisiklin, Minosiklin, Tetrasiklin (antibiotika, gol
Tetrasiklin)
• Amikasin, Gentamisin, Kanamisin, Neomisin
(antibiotika, gol aminoglikosid)
13

 Kategori X : Obat-obat yang berisiko tinggi


menyebabkan kerusakan permanen pada
janin. Obat-obat ini sebaiknya tidak
digunakan pada kehamilan atau keadaan
dimana seorang wanita diperkirakan telah
hamil.
Salah satu obat dalam kategori X adalah :
• Misoprostol (Obat Maag)
Jenis – jenis antibiotik
PENISILIN

Penisilin adalah antibiotika yang termasuk


paling banyak dan paling luas dipakai.
Mekanisme kerjanya dengan menghambat
pembentukan dinding sel mikroba yaitu
dengan menghambat pembentukan
mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis
dinding sel mikroba.
Penisilin mempunyai batas keamanan yang
lebar. Pemberian obat ini selama masa
kehamilan tidak menimbulkan reaksi toksik
baik pada ibu maupun janin, kecuali reaksi
alergi.
SEFALOSPORIN
Struktur sefalosporin mirip dengan penisilin,
yaitu adanya cincin betalaktam yang
pada sefalosporin berikatan dengan cincin
dihidrotiazin.
Penggunaan sefalosporin dalam obstetrik
makin meluas. Obat ini digunakan
sebagai profilaksis dalam seksio sesarea
dan dalam pengobatan abortus septik,
pielonefritis dan amnionitis. Dan sampai
saat ini efek teratogenik dalam
penggunaan obat ini belum ditemukan.
SEFALOSPORIN

Transfer transplasental dari sefalosporin


cepat dan konsentrasi bakterisidnya
adekuat, baik pada jaringan janin maupun
cairan amnion. Pemberian dosis tinggi
secara bolus yang berulang menunjukkan
hasil kadar di dalam serum janin dan cairan
amnion yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pemberian secara infus dalam
jumlah obat yang sama besarnya.
ERITROMISIN

Eritromisin merupakan alternatif pilihan


setelah penisilin dalam
pengobatan terhadap gonore dan sifilis
dalam kehamilan. Diantara berbagai
bentuk eritromisin yang diberikan peroral,
bentuk estolat diabsorpsi paling baik,
tetapi sediaan ini sekarang tidak lagi
beredar di Indonesia karena hepatotoksik
KLORAMFENIKOL

Kloramfenikol umumnya bersifat


bakteriostatik. Pada konsentrasi tinggi
kadang-kadang bersifat bakterisid
terhadap kuman-kuman tertentu. Kerjanya
dengan jalan menghambat sintesis protein
kuman.
Obat ini dipakai dalam pengobatan infeksi-
infeksi anaerob dan dikatakan bahwa
kloramfenikol berhubungan dengan
terjadinya “drug-induced aplastic anemia”
serta dengan terjadinya “gray baby
syndrome” jika digunakan untuk neonatus
KLORAMFENIKO

Adanya resiko terjadinya “gray baby


syndrome” ini menyebabkan
kloramfenikol tidak direkomendasikan
untuk pemakaian pada trimester tiga
kehamilan.
TETRASIKLIN
Golongan tetrasiklin termasuk antibiotik
yang terutama bersifat bakteriostatik dan
bekerja dengan jalan menghambat sintesis
protein kuman.
Tetrasiklin tidak direkomendasikan untuk
penggunaan dalam kehamilan. Obat ini
melintas plasenta dengan cepat dan
terikat pada tulang dan gigi yang sedang
tumbuh. Karena dapat menyebabkan
reaksi toksik yang berat baik pada janin
maupun pada ibu, maka penggunaan
obat ini dalam kehamilan harus dihindarkan
TETRASIKLIN
Pemberian obat ini dalam terimester
pertama kehamilan dapat
menyebabkan kelainan pada janin
berupa mikromelia dan
keabnormalan tulang rangka ; pada
kehamilan trimester kedua dapat
menyebabkan penghambatan
pertumbuhan tulang dan
pembentukan desiduous gigi. Jika
diberikan pada trimester ketiga obat
ini akan disimpan dalam tulang dan
desiduous gigi
AMINOGLIKOSID
Aminoglikosid bersifat bakterisid yang
terutama tertuju pada basil gram – yang
aerobik. Sedang aktifitas terhadap
mikroorganisme anaerobik atau bakteri
fakultatif dalam kondisi anaerobik rendah
sekali.
Termasuk golongan obat ini ialah :
streptomisin, neomisin, kanamisin, amikasin,
gentamisin, tobramisin, netilmisin dan
sebagainya. Pengaruhnya menghambat
sintesis protein sel mikroba dengan jalan
menghambat fungsi ribosom
AMINOGLIKOSID
Walaupun baru streptomisin yang dilaporkan
menimbulkan gangguan
pada janin akibat pemberian pada ibu selama
kehamilan dalam jangka waktu yang lama,
tetapi karena obat yang lain potensial ototoksik
maka sebaiknya pemakaian obat golongan
aminoglikosid ini dihindarkan selama masa
kehamilan
SULFONAMID
Sulfonamid adalah antimikroba yang
digunakan secara sistemik maupun topikal
untuk mengobati dan mencegah
beberapa penyakit infeksi. Sulfonamid
memperlihatkan spektrum antibakteri yang
luas terhadap bakteri gram + maupun
gram -, meskipun kurang kuat
dibandingkan dengan 13 antibiotik lainnya.
Umumnya hanya bersifat bakteriostatik
kecuali pada kadar yang tinggi dalam urin,
sulfonamid bersifat bakterisid
SULFONAMID

Sulfonamid belum diketahui menyebabkan


kerusakan pada janin, tetapi
jika diberikan selama kehamilan bisa
menimbulkan gangguan pada neonatus.
Sulfonamid berkompetisi dengan bilirubin
pada tempat ikatan di albumin
sehingga meningkatkan bilirubin bebas
dalam serum. Akibatnya resiko terjadinya
kern-ikterus meningkat. Atas dasar alasan ini
obat golongan sulfonamid jangan
diberikan pada trimester akhir kehamilan
METRONIDAZOL

Obat ini digunakan dalam obstetrik untuk


trikomoniasis vagina dan endometritis
postpartum. Di dalam studi pada binatang
obat ini dikatakan dapat menyebabkan
timbulnya adenomatosis paru, tumor
mamae dan karsinoma hepar sehingga
dikatakan obat ini berifat karsinogenik
Oleh karena adanya potensi karsinogenik
maka obat ini sebaiknya tidak
digunakan dalam kehamilan kecuali betul-
betul mutlak diperlukan untuk
pengobatan
KLINDAMISIN

Klindamisin merupakan derivat linkomisin,


tetapi mempunyai sifat yang lebih
baik. Obat ini umumnya digunakan pada
infeksi postpartum, tidak biasa
digunakan alam kehamilan. Walaupun
obat ini melintas plasenta dengan cepat
dan mencapai kadar terapeutik yang
adekuat pada janin, tetapi tidak dilaporkan
adanya efek teratogenik yang terjadi
KESIMPULAN
Semua antibiotika yang beredar dalam darah
wanita hamil dapat melintasi plasenta untuk
kemudian beredar di dalam darah janin.
Kecepatan melintasi plasenta dan kadar obat
di dalam tubuh janin tergantung pada sifat
fisiko-kimia obat dan keadaan fisiologis ibu dan
janin.
Dari semua antibiotika, hanya tetrasiklin yang
terbukti punya efek merugikan pada janin bila
dipakai sepanjang masa kehamilan.
Adapun antibiotika yang mempunyai efek atau
potensi merugikan pada janin ialah : Tetrasiklin,
aminoglikosid (khususnya streptomisin),
sulfonamid, kloramfenikol, isoniazid,
metronidazol, nitrofurantoin.

Das könnte Ihnen auch gefallen