Sie sind auf Seite 1von 14

Analisis Kritis Jurnal

“Perbedaan Waktu Penyuntikan Hormon FSH


Terhadap Respon Superovulasi Sapi Angus”

Oleh

Nama : Desy Dwi Wulansari


Nim : 1710211024
Bibliografi

Judul : Perbedaan Waktu Penyuntikan Hormon FSH Terhadap Respon Superovulasi


Sapi Angus
Jurnal : Jurnal Peternakan Nusantara ISSN 2442-2541
Volume & Halaman :Vol 8 hal 159-166
Tahun : 2016
Penulis : FA Subchan, R Hanarini dan SW Siswanti
Tanggal : 2 Desember 2019
Urutan bab
a. Abstrak
b. Pendahuluan
c. Materi dan Metode
d. Hasil dan pembahasan
 Respon Superovulasi (respon Ryte) Jumlah corpus luteum (CL)
 Jumlah embrio dan embrio recovery Rate (ERR)
 Kualitas embrio hasil super ovulasi
 Presentase embrio layak transfer dan tidak layak transfer
e. Kesimpulan dan Implikasi
f. Daftar Pustaka
Materi

“ Perbedaan Waktu Penyuntikan Hormon FSH


Terhadap Respon Superovulasi Sapi Angus”
Konsep-Konsep yang di Pelajari
a. Peningkatan Produktivitas dan Mutu Genetik Sapi dapat di
lakukan dengan menerapkan bioteknologi transfer embrio
yang memiliki beberapa tahapan meliputi Superovulasi, In
seminasi buatan, koleksi embrio dan evaluasi embrio

b. Peningkatan Kualitas jumlah embrio dapat dilakukan dengan menguji hormon


FSH untuk menstimulasi proses pertumbuhan perkembangan , pematangan dan
ovulasi

c. Keberhasilan superovulasi dapat dilihat dari respon ovarium yang diukur dari
banyaknya CL (Corpus Luteum) yang terbentuk akibat proses ovulasi dari folike
l yang matang, semakin banyak Cl yang terbentuk maka semakin tinggi tingkat
respon superovulasi.
Hasil Eksplorasi berupa Informasi Sebagai Bukti Belajar

Penerapan Superovulasi
Transfer
Embrio
Inseminasi Buatan

Evaluasi Embrio Koleksi Embrio


Hasil Eksplorasi berupa Informasi Sebagai Bukti Belajar
Hasil Eksplorasi berupa Informasi Sebagai Bukti Belajar

 Pengambilan hormon tidak terlepas dalam superovulasi . Hormon yang digunakan dala
m superovulasi untuk merangsang pembentukan sel telur matang yang lebih banyak d
ari ukuran normal. Hormon yang digunakan adalah hormon gonadotropin eksogen ya
ng berasal dari luar tubuh meliputi FSH,LH, PMSG,hCO,hMG,PGF2a dan gabungan dari
semua hormon.

 Pemberian PGF2a untuk sinkronisasi birahi intramaskuler memakai konsentrasi hormon


yang lebih tinggi (20-30 mg). PGF2a atau pemberian PGF2a akan menyebabkan regresi
korpus luteum (CL) diikuti dengan penurunan kadar progesteron plasma
Hasil Eksplorasi berupa Informasi Sebagai Bukti Belajar

 Tinggi rendahnya perolehan embrio sangat ditentukan oleh berhasil tidaknya proses s
uperovulasi oleh hormon FSH terhadap folikel-folikel yang menjadi target dari progra
m superovulasi.

 Penjelasan diatas dibuktikan oleh pendapat Malson (2014) bahwa menambahkan tingk
at ovulasi dan jumlah folikel yang matang akan lebih banyak apabila penyuntikan FSH.
Hal tersebut dilakukan untuk menentukan kualitas tinggi dan rendahnya perolehan e
mbrio sesuai dengan perbedaan waktu dalam penyuntikan hormon
Relevansi dan keterkaitan terhadap konsep yang dipelajari

 Berdasarkan hasil jurnal penelitian “perbedaan waktu penyuntikan hormon FSH terhadap resp
on Superovulasi Sapi Angus” dihasilkan bahwa perbedaan waktu penyuntikan hormon tidak
memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05), namun secara ukuran penyuntikan hormon FSH
pada hari ke -9 cenderung memberikan hasil embrio dan proporsi embrio layak transfer.

 Pada dasarnya keberhasilan superovulasi ditentukan oleh beberapa faktor penting meliputi te
rnak donor untuk superovulasi, hormon yang diinduksi, waktu induksi dan cara induksi.

 Waktu penyuntikan hormon eksogen juga berpengaruh terhadap besar kecilnya rangsangan y
ang diterima oleh setiap organ dan jaringan-jaringan.

 Hal utama yang harus diperhatikan adalah waktu induksi hormon-hormon yang harus sesuai
dengan status perkembangan folikel yang merupakan organ yang dituju
Relevansi dan keterkaitan terhadap konsep yang dipelajari

 Corpus luteum (CL) merupakan benda yang terbentuk pada tempat ovum
dilakukan dan dan umumnya dijadikan patokan untuk mendeteksi berapa
jumlah ovum yang diovulasikan oleh seekor sapi.

 Dengan demikian hasil penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan kon
sep-konsp yang yang ada bahwa perbedaan waktu penyuntikan hormon F
SH sangat mempengaruhi terhadap hasil atau respon superovulasi, jumlah
embrio, jumlah CL dan propersi embrio layak transfer.
Identifikasi Permasalahan beserta Pemecahannya

Produktivitas dan mutu genetik ternak merupakan permasalahan yang di


hadapi dalam bidang peternakan di Indonesia. Direktorat Jendral Petern
akan (2015) menyatakan bahwa pada tahun 2015 populasi sapi potong
pada Tahun 2015 sebanyak 15.494.288 ekor. Hal ini menunjukan bahwa
peningkatan permintaan untuk memenuhi protein hewani tidak diimban
gi dengan ketersediaan daging dan susu sapi nasional yang mengakibat
kan harga daging sapi menjadi relatif mahal.
Identifikasi Elemen yang menarik beserta alasannya

 Elemen yang menarik adalah penerapan bioteknologi transfer embrio sebag


ai jalan untuk meningkatkan dan mengembangkan produksi daging secara
berkelanjutan melalui peningkatan efektivitas reproduksi betina produktif

 Penggunaan hormon gonadotropin meliputi FSH (Follicle Stimulating Horm


one), hormon Prostaglandin (PGF2a) dan hormon progesteron
Refleksi Diri

 Perlu adanya penelitian lanjut superovulasi dengan perbedaan waktu peny


untikan hormon FSH yang dilakukan pada hari ke-9 dengan dosis menurun
(IM) terhadap sapi Angus

Das könnte Ihnen auch gefallen