Sie sind auf Seite 1von 42

Mengenal COVID-19

DR. ANNISA SUTERA INSANI, SP.P


Jumlah kasus tgl 30 Juli 2020
The role of replication process in
pathogenicity
The attachment protein “spike” of the new
coronavirus
COVID-19 andSARS-CoV use the same cellular
attachment factor (ACE2) and the cellular
protease TMPRSS2 for their activation.

Mousavizadeh L, Ghasemi S, Genotype and phenotype of COVID-19: Their roles in pathogenesis, Journal of Microbiology, Immunology and Infection
Pathogenesis of disease
The disease progression can be divided into three distinct phases:
Early infection phase
Pulmonary phase
Severe hyperinflammatory phase

International Pulmonologist’s consensus on COVID-19. 2 nd ed.


During the early infection phase, the initial inflammatory response may cause local symptoms
like throat irritation & dry cough and constitutional symptoms like fever, myalgia and
headaches. Many patients may be asymptomatic.
During this phase, the patient is infective and can transmit the disease.
Large number of patients may not progress beyond this phase and recover slowly over a period
of 2-6 weeks.

International Pulmonologist’s consensus on COVID-19. 2 nd ed.


During the pulmonary phase, the virus infiltrates the lung parenchyma and begins to proliferate.
This stage is characterized by injury to lung parenchyma leading to vasodilation, increased
endothelial permeability and leukocyte recruitment leading to further pulmonary damage,
hypoxemia and cardiovascular stress.

International Pulmonologist’s consensus on COVID-19. 2 nd ed.


COVID-19 effect multipel organ
Factors affecting virus pathogenesis
Co-morbidities are cardiovascular and cerebrovascular disease as well as diabetes. Several
abnormalities also have been observed including cellular immune deficiency, coagulation
activation, myocardia injury, hepatic and kidney injury, and secondary bacterial infection.
In the majority of cases of severe disease and death, lymphopenia and sustained inflammation
have been recorded.

Mousavizadeh L, Ghasemi S, Genotype and phenotype of COVID-19: Their roles in pathogenesis, Journal of Microbiology, Immunology and Infection
WHO. 2020
Transmission
Transmisi via airborne?

Morawska, L. & Milton, D. Clin. Infect. Dis. https://doi.org/10.1093/cid/ciaa939 (2020).


WHO. 2020.
Klasifikasi berdasarkan keparahan
gejala
RINGAN SEDANG
◦ Demam >38c ◦ Demam >38C
◦ Batuk ◦ Sesak napas
◦ Nyeri tenggorokan ◦ Batuk persisten/menetap dan sakit tenggorokan
◦ Hidung tersumbat ◦ Pada pasien anak : batuk dengan takipnea
◦ Malaise (frekuensi napas berdasarkan usia)
◦ <2 bulan : > 60x/menit
◦ (tanpa pneumonia, tanpa komorbid)
◦ 2-11 bulan : >50x/menit
◦ 1-5 tahun : >40x/menit

Protokol Tatalaksana COVID-19


Klasifikasi berdasarkan keparahan gejala
BERAT
◦ Demam > 38Cyang menetap
◦ ISPA berat / pneumonia berat
◦ Ditemukan Leukopenia, peningkatan Monosit, dan peningkatan limfosit atipik
◦ Pasien remaja / dewasa, dengan :
◦ Demam ATAU gejala ISPA disertai salah satu dari :
◦ RR > 30x/menit
◦ Distres napas berat
◦ SpO2 <90% pada udara kamar
◦ Pasien anak, dengan :
◦ Batuk ATAU kesulitan bernapas, disertai salah satu dari :
◦ Sianosis sentral ATAU SpO2 <90% pada udara kamar
◦ Distres napas berat (ada tanda snoring, retraksi dada berat)
◦ Tanda pneumonia berat

Protokol Tatalaksana COVID-19


Diagnostik
Pemeriksaan dengan Rapid Test
Penggunaan Rapid Test tidak digunakan untuk diagnostik. Pada kondisi dengan keterbatasan
kapasitas pemeriksaan RT-PCR, Rapid Test dapat digunakan untuk skrining pada populasi
spesifik dan situasi khusus, seperti pada pelaku perjalanan (termasuk kedatangan Pekerja
Migran Indonesia, terutama di wilayah Pos Lintas Batas Darat Negara (PLBDN), serta untuk
penguatan pelacakan kontak seperti di lapas, panti jompo, panti rehabilitasi, asrama, pondok
pesantren, dan pada kelompok-kelompok rentan.
WHO merekomendasikan penggunaan Rapid Test untuk tujuan penelitian epidemiologi atau
penelitian lain. Penggunaan Rapid Test selanjutnya dapat mengikuti perkembangan teknologi
terkini dan rekomendasi WHO.

Protokol Tatalaksana COVID-19. Kemenkes Rev.5.


Protokol Tatalaksana COVID-19. Kemenkes Rev.5.
Pencitraan
Rontgen Toraks CT Toraks

Gambaran Opasitas Ground-glass (GGO)

Gambaran Pneumonia
Interpretasi
TERAPI PENCEGAHAN
Belum ada terapi spesifik yang terbukti Pola hidup bersih dan sehat
digunakan untuk pengobatan COVID 19 (semua
masih dalam tahap penelitian). Belum ada vaksin spesifik untuk COVID-19

Simtomatis
Antibiotik
Vitamin
Tatalaksana

Protokol Tatalaksana COVID-19. Kemenkes Rev.5.


Lanjutan tatalaksana kasus konfirmasi
tanpa gejala
Tatalaksana sakit ringan
Tatalaksana
sakit sedang
Tatalaksana sakit berat
(lanjutan)
Tatalaksana farmakologis kasus berat
Lanjutan tatalaksana
Keterangan
*Pilihan Vitamin C:
Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari)
Tablet isap Vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)
Multivitamin yang mengandung Vitamin C 1-2 tablet /24 jam (selama 30 hari)
Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C,B, E, Zink

Dosis anak disesuaikan


Di Faskes Primer: Vitamin C dosis tertinggi sesuai dengan ketersediaan

Protokol Tatalaksana COVID-19 (PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI) April 2020
Keterangan
Bila tidak tersedia Oseltamivir maupun Favipiravir (Avigan), maka diberikan:
◦ Kombinasi Lopinavir + Ritonavir ( 2 x 400/100 mg) selama 10 hari
ATAU
◦ Remdisivir 200 mg IV drip, dilanjutkan 1 x 100 mg IV, semua diberikan dalam drip 3 jam, selama 9 –
13 hari.

Favipiravir (Avigan) tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau yang merencanakan
kehamilan

Pasien dengan komorbid kardiovaskuler: edukasi indikasi dan efek samping penggunaan
obat Azitromisin dan Klorokuin fosfat / Hidroksiklorokuin secara bersamaan

Protokol Tatalaksana COVID-19 (PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI) April 2020
Keterangan
EKG sebelum pemberian dan serial pada pemberian Azitromisin dan Klorokuin fosfat /
Hidroksiklorokuin secara bersamaan (beberapa kasus memperpanjang QTc interval)

Pemberian Klorokuin fosfat / Hidroksiklorokuin:


◦ Tidak dianjurkan kepada pasien yang berusia > 50 tahun
◦ Tidak diberikan pada pasien kritis yang masih dalam keadaan syok dan aritmia
◦ Pemantauan dan pertimbangan khusus pada pasien anak dengan kondisi berat-kritis
◦ Tidak diberikan kepada pasien rawat jalan

Untuk gejala ringan, bila terdapat komorbid terutama yang terkait jantung sebaiknya pasien dirawat

Protokol Tatalaksana COVID-19 (PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI) April 2020
Tatalaksana:
Pasien Belum Terkonfirmasi COVID-19
◦ Semua Suspek yang dirawat (gejala sedang dan berat) diperlakukan sama
dengan Kasus Terkonfirmasi sampai terbukti bukan COVID-19

Protokol Tatalaksana COVID-19 (PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI) April 2020
Pulang
Perbaikan klinis menyeluruh (gambaran radiologis dan pemeriksaan darah) yang dinilai oleh DPJP,
pasien dinyatakan boleh pulang
Tidak ada tindakan/perawatan yang dibutuhkan oleh pasien, baik terkait COVID-19 ataupun
masalah kesehatan lain yang dialami pasien

Pasien Konfirmasi dengan gejala berat/kritis yang sudah dipulangkan tetap melakukan isolasi
mandiri minimal 7 hari sebagai pemulihan dan kewaspadaan terhadap munculnya gejala COVID-19

Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) Revisi Ke-5. Juli 2020.
Selesai Isolasi
Kasus Konfirmasi Asimptomatik yang tidak dilakukan pemeriksaan follow up RT-PCR dihitung 10 hari
isolasi mandiri sejak diagnosis konfirmasi

Kasus Probable/Kasus Konfirmasi Simptomatik yang tidak dilakukan pemeriksaan follow up RT-PCR
dihitung 10 hari sejak onset ditambah minimal 3 hari tidak bergejala (demam, gangguan pernapasan)

Kasus Probable/Kasus Simptomatik dengan follow up RT-PCR 1 kali NEGATIF, ditambah minimal 3
hari setelah tidak bergejala (demam, gangguan pernapasan)

Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) Revisi Ke-5. Juli 2020.
Contoh Kasus

*Negara tertentu mungkin memilih untuk melanjutkan menggunakan pemeriksaan sebagai bagian kriteria
discharge atau keluar dari ruang isolasi. Jika begitu, maka dapat menggunakan rekomendasi awal yaitu 2 kali
negatif tes PCR setidaknya 24 jam
World Health Organization. Criteria for releasing COVID-19 patients from isolation. 17 Juni 2020.
Sembuh
Memenuhi kriteria selesai isolasi dan dikeluarkan surat pernyataan selesai pemantauan
berdasarkan penilaian dokter di fasyankes atau oleh DPJP
Pasien konfirmasi dengan gejala berat/kritis mungkin memiliki hasil pemeriksaan follow up RT-
PCR persisten positif
◦ Karena pemeriksaan RT-PCR masih dapat mendeteksi bagian tubuh virus walaupun virus sudah tidak
aktif
◦ Penentuan sembuh berdasarkan hasil assessmen yang dilakukan oleh DPJP

Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) Revisi Ke-5. Juli 2020.

Das könnte Ihnen auch gefallen