Sie sind auf Seite 1von 4

PERAN DAN PERILAKU TENAGA KESEHATAN TF.

RHADAP PROGRAM TB
PARU
(STUDI KUALITATIF DI KABUPATEN TANGERANG BANTEN TAHUN 2009)
Role And Conduct Of Labor Health Program Pulmonary Tuberculosis (Qualitative
Study In The District Tangerang Banten Year 2009)
Kenti Friskarini * dan Helper Sahat P Manalu *

Abstract. From the results of this research note there is no special place for pulmonary TB patient services at the
community health center. Pulmonary tuberculosis is a contagious disease that remains a public health is expected to improve
in the future, in Indonesia, even becomes the primary cause of death from infectious diseases. Pulmonary tuberculosis
infection is high enough numbers, especially in attacking the most productive age group, the economically weak and poorly
educated. This study aims to identify some of the roles and behavior of health workers on TB programs in Tangerang district
at community health center level. Similarly, the problem extension, while the number of health workers in the area of
research that can help the success of TB programs is still lacking. Therefore, health professionals see as an information
mediator at community informants said they can not work optimally because of lack of staff, health workers sometimes bring
drugs directly to patients, but does not solve the problem, because patients would not eat drugs with reason to feel queasy and
uncomfortable. Specific guidance related to pulmonary tuberculosis is still outstanding. The conclusion from this study
indicate a lack of information as a media appearance of health workers in TB programs, especially.

Keywords: Roles, Behavior, Health Workers

PENDAHULUAN 2.275 kasus (80,75 % dari target 1221 kasus),


Di Indonesia penyakit Tuberkulosis paru (TB meningkat dibandingkan pada tahun 2001
pant), masih menjadi masalah kesehatan sebanyak 986 kasus. Sedangkan penderita TB
masyarakat. Indonesia berada pada rangking Paru positif yang ditemukan oleh Rumah Sakit
ketiga di dunia dari 22 negara dengan sebesar 837 kasus, untuk kasus TB Paru Klinis
penderita tuberkulosis di dunia. Berdasarkan ditemukan sebesar 30.015 (Puskesmas dan
Global Tuberculosis Control Report 2009 Rumah Sakit) kasus sehingga angka kesakitan
yang dilakukan oleh World Health 10,07 Kasus/1000 penduduk.
Organization (WHO), diperkirakan ada Sebenamya pada tahun 1995 pemerintah
528.063 kasus baru TB paru dan 102 kasus Indonesia telah melaksanakan program
positif pemeriksaan sputum per Pemberantasan Penyakit TB Paru dengan
100.000 penduduk pada tahun 2007. Selain strategi DOTS hingga tahun 1999/2000
itu, TB bertanggung jawab sebesar 6,3% dari dimana cakupannya baru 14 % (Depkes RI,
seluruh penyakit yang ada di Indonesia, 2000). Namun dalam pelaksanaannya di
dibandingkan dengan wilayah Asia Tenggara lapangan, keberhasilan pengobatan dengan
yang hanya berkisar 3,2%. (disitir dari strategi DOTS ini mengalami hambatan
http://www.usaid.gov/our work/global sehingga tidak memberikan hasil yang
health/id/tuberculosisV Pada tahun 2008 maksimal. Oleh karena itu ada kecenderungan
prevalensi TB di Indonesia mencapai 253 per bahwa TB di Indonesia mengalami
100.000 penduduk, sedangkan target MDGs peningkatan yang diperkirakan berbagat faktor
pada tahun 2015 adalah 222 per penyebabnya diantaranya ; rendahnya angka
100.000 penduduk. (disitir dari http ://www- cakupan kasus dan buruknya keteraturan
deokes. go. id) berobat/resistensi semakin tinggi, akses
Kabupaten Tangerang yang merupakan daerah diagnosis dan pengobatan masih terbatas/fasi
penelitian dalam tulisan ini, melaporkan litas, tingkat pengetahuan masyarakat, faktor
bahwa jumlah kasus TB dari tahun ke tahun kepadatan penduduk dan kemiskinan. (disitir
mempunyai kecenderungan terus meningkat. dari: http
Pada tahun 2002 sebanyak

* Peneliti pada Puslitbang Ekologi & Status Kesehatan

1320
Junta! Ekologi Kesehatan Vol. 9 No 4, Desember 2010 : 1320 -1323

://Library.usu.ac.id/download/fkm/fkm- HASIL DAN PEMBAHASAN


hiswani6.pdf). Menurut para informan ketersediaan sarana
Berdasarkan realitas di atas, untuk pelayanan kesehatan cukup banyak baik di
meningkatkan ketaatan berobat penderita TB wilayah keija puskesmas di Cikupa maupun
Paru periu dilakukan penelitian untuk Sepatan termasuk dari klinik swasta sehingga
mengetahui faktor-faktor yang seharusnya tidak ada kendala dalam
mempengaiuhi masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan kesehatan masyarakat.
program penanggulangan TB Paru agar dimasa Selain berobat ke Puskesmas, masyarakat juga
datang diharapkan terjadi peningkaian ke klinik swasta walaupun ongkos berobat
pengobatan TB paru di tempat pelayanan tersebut lebih mahal. Jika mereka sudah tidak
kesehatan. Tulisan ini merupakan bagian dari sanggup untuk membayar pengobatan di klinik
hasil penelitian tentang faktor-faktor sosial swasta, biasanya mereka berobat ke
budaya yang dapat Puskesmas. Alasan mengapa masyarakat masih
mempengaruhi ketaatan berobat penderita TB banyak yang memilih berobat ke klinik swasta
paru, yaitu tentang peran dan perilaku tenaga karena menghindari antrian panjang.
kesehatan terhadap program TB paru di Pelaksanaan pelayanan harian di Puskesmas
Kabupaten Tangerang pada tahun 2009. untuk pengobatan TB paru tidak ada masalah.
Hanya saja ketidaksediaan tempat khusus
pemeriksaan menjadi kendala. Di samping itu
BAHAN DAN CARA
untuk mengatasi masih rendahnya motivasi
Desain penelitian yang dilakukan ini adalah masyarakat agar penderita TO paru berobat
cross sectional yang dilakukan dengan terus, tenaga kesehatan telah memberikan
menggunakan pendekatan “Rapid Assessment penjelasan kepada masyarakat bahwa untuk
Procedures (RAP)" yaitu suatu tehnik untuk berobat ke Puskesmas tidak besar dan waktu
mendapatkan informasi yang mendalam dari mengambil obatnya hanya dua minggu sekali,
hal-hal yang tersirat (insight) mengenai sikap, sehingga tidak merepotkan dan laboratorium
kepercayaan dan perilaku target populasi pemeriksaan juga lengkap. Keterlibatan
dalam melaksanakan program-program informan dalam mengajak masyarakat untuk
pelayanan kesehatan khususnya pengobatan periksa kesehatan suspek salah satunya adalah
TB paru. Tehnik RAP ini menekankan pada melalui buku yang berisi tentang bahaya TB.
metode kualitatif seperti teknik wawancara Di Puskesmas Sepatan untuk motivasi atau
mendalam, FGD dan pengamatan (observasi). dukungan kepada masyarakat penderita TB
Data-data yang dikumpulkan di lapangan paru oleh tenaga kesehatan telah dilakukan
disajikan secara deskriptif. seperti pemyatan berikut:
Informan dalam penelitian ini adalah tenaga “Untuk masyarakat menengah diberikan
kesehatan di Puskesmas Cikupa dan penyuluhan dan simulasi, sedangkan yang
Puskesmas Sepatan Kabupaten Tangerang kurang mampu sifat bantuan berupa program
yang pemilihannya dilakukan secara purposif. plesterisasi atau rehabilitasi rumah dan
Informan wawancara mendalam berjumlah pemberian obat gratis. Penjelasan kepada
sebanyak tiga belas orang yang terdiri dari masyarakat tentang TB paru sudah dilakukan,
petugas kesehatan di Dinas Kesehatan namun tidak secara langsung karena hanya
Kabupaten sebanyak tiga orang dilakukan oleh tenaga promkes. namun jika
(Kadis,Kasubdit P2M dan Kasubdit ada pasien yang diperkirakan suspek TB paru
penyehatan lingkungan); dan Petugas pasti dilakukan penjelasan tentang penyakit
Kesehatan Puskesmas sepuluh orang petugas tersebut. Penyuluhan khusus TB paru saat ini
dari dua puskesmas yang terdiri dari : Kepala tidak pemah dilakukan secara khusus, hanya
Puskesmas, Seksi PKM, Seksi P2M, Seksi dlselipkan saja pada materi penyuluhan
lingkungan dan Bidan. kesehatan yang berkaitan

1321
Peran dan Perilaku Tenaga Kesehatan ...( Kenti & Helper)

Informaji menilai rata-rata masyarakat memberi penyuluhan bahkan terkadang


memiliki pengetahuan terhadap TB paru yang membantu biaya transport pasien agar tidak
cukup baik, karena menurut masyarakat drop out. Berikut penuturan dari informan :
penyakit tersebut memang berbahaya. Untuk “Kalau ada yang malas (pasien) dengan
saat ini pasien yang DO sangat sedikit dan alasan uang transport, kadang ada bantuan
berasal dari pasien lama. Pasien DO tersebut dari pihak puskesmas untuk membantu
biasanya berasal dari keluarga tidak mampu, masalah transportasi, walaupun jumlahnya
sebab untuk mengambil obat ke puskesmas tidak seberapa ".
mereka harus naik ojek yang dirasa cukup
mahal. Di samping itu ada pasien DO yang Ada pula salah satu informan yang
terkadang tidak tahu bahwa di Puskesmas ada mengatakan:
pengobatan gratis. "Terkadang ada bantuan dari pihak tenaga
Informan menjelaskan pula bahwa kesehatan untuk membawa obat misalnya nitip
ke bidan desa, jadi mereka (pasien) nggak
sudah ada evaluasi dalam pelaksanaan program
TB. Evaluasi tersebut misalnya tentang perlu ke puskesmas ambil obat, tetapi hal itu
ketersediaan sarana pelayanan pengobatan TB tidak menyelesaikan masalah karena terkadang
ada yang tidak mau minum obat dengan alasan
paru seperti peralatan dan obat yang dinilai
tidak ada kendala semua hampir tercukupi. mual atau tidak enak (rasanya)
Kendalanya terkadang anggaran dari pusat Jika dikaji masih adanya masyarakat yang
untuk pengadaan obat dirasa kurang. Di belum patuh berobat bahkan DO dengan
samping itu masalah sumber daya tenaga di alasan-alasan di atas, perlu penanganan yang
tempat pelayanan pengobatan TB paru masih khusus dalam merubah perilaku tersebut.
kurang sehingga perlu ditambah karena saat ini Strategi dalam perubahan perilaku dapat
hanya satu orang misalnya di PKM Cikupa dilakukan seperti disebutkan oleh WHO,
yang petugasnya harus melayani sepuluh desa. seperti menggunakan kekuatan/ kekuasaan atau
Jika penyakit TB paru yang diderita dorongan, pemberian informasi, dan diskusi
berhubungan dengan malnutrisi, tindakan yang partisipasi. (Notoatmodjo, 2003). Begitu pula
dilakukan adalah memberikan bantuan dengan pendapat Sujudi bahwa dalam
pemberian susu, biskuit dan obat TB paru, pemberantasan TB paru, peran penyuluhan
bekerjasama antar program agar kegiatannya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan kepada
sinkron dengan program gizi maupun program- setiap penderita atau keluarga yang berobat
program puskesmas lainnya seperti kesehatan sangat penting agar terjadi keteraturan berobat
lingkungan dan promosi kesehatan. Begitu juga yang optimal atau tinggi (Sujudi, 1998).
untuk penjaringan anak balita terutama dengan Menurut para informan penyuluhan selalu
gizi buruk dilakukan dengan bekerjasama dilakukan pada saat pemeriksaan dan
dengan ko-ass atau asisten dokter yang bekerja pemberian obat kepada suspek, dengan
di Puskesmas. memberikan pesan-pesan seperti memberikan
Informan menuturkan bahwa masih semangat untuk tetap berobat teratur dengan
ada masyarakat yang mengatakan TB paru mengingatkan bahaya dari TB paru itu sendiri.
merupakan penyakit kiriman orang lain atau Salah satu informan dari seksi promkes pun
kena teluh. Kebiasaan masyarakat yang mengatakan penyuluhan sering dilakukan di
menjadi penghambat pelaksanaan program TB puskesmas bekerjasama dengan program TB,
paru menurut informan, misalnya kebiasaan bahkan ada pasien yang dijumpai secara
malas berobat karena terkadang menganggap langsung di lapangan, begitu juga kader dan
kondisinya sudah membaik waJaupun obat pasien yang sudah DO. Pemberian penyuluhan
belum diminum hingga enam bulan, dan masih dilakukan secara satu arah dari petugas
ketersediaan ongkos untuk ke puskesmas juga kepada pasien sehingga tidak diketahui
dijadikan alasan untuk tidak berobat padahal penyuluhan tersebut memberi hasil dengan
hanya dua minggu sekali datang mengambil adanya perubahan perilaku atau tidak.
obat. Untuk mengatasi hal tersebut, informan
tidak berhenti untuk

1322
Jurnal Ekologi Kesehatan Vo). 9No 4, Desember 2010 : 1320 - 1323

Informan juga mengatakan keijasama UCAPAN TERIMA KASIH


melalui lintas sektor seperti kelurahan dan Ucapan terima kasih disampaikan kepada
kecamatan perlu ditlngkatkan untuk Kepala Badan Penelitian dan
memberikan penjelasan tentang kesehatan Pengembangan Kesehatan c.q Kepala
masyarakat, walaupun tidak hanya khusus Pusat Penelitian dan Pengembangan
untuk TB paru. Hal ini sesuai dengan yang dan Status Kesehatan yang telah
disampaikan oleh Soekidjo Notoatmodjo, memberikan kesempatan dan
bahwa kerjasama antar sektor ini penting kepercayaan kepada kami untuk
karena masalah kesehatan masyarakat itu melaksanakan kegiatan penelitian ini.
dihasilkan oleh berbagai sektor pembangunan Ucapan terima kasih secara khusus
seperti industri, transportasi, dan sebagainya. kami sampaikan kepada Departemen
Sehingga masalah kesehatan adalah tanggung Pendidikan Nasional R.I. c.q Direktur
jawab bersama semua pihak. (Notoatmodjo, Penelitian dan Pengabdian
2003) Masyarakat yang memberikan
dukungan anggaran biaya penelitian
KESIMPULAN ini sehingga penelitian ini dapat
1. Penampilan tenaga kesehatan terlaksana
sebagai media penyuluh terutama daiam
program TB masih kurang. DAFTAR PUSTAKA
2. Jumlah tenaga kesehatan di Depkes.RI, 2000, Pedoman Nasional penanggulangan
daerah penelitian yang dapat membantu Tuberkulosis, cetakan ke 5, Jakarta Global
tuberculosis Control, A short up date to the
keberhasilan program TB masih kurang 2009 report, 2009.
http://www. usaid.gov/oui work/alobal health/id/tu b
SARAN erculosis).
Hiswani, 2009. Tuberculosis Merupakan Penyakit Infeksi
1. Tampilan tenaga kesehatan Yang Masih Menjadi Masalah Kesehatan
sebagai media penyuluh diharapkan lebih Masyarakat. http
://Li brarv. usu. ac. id/do wnload/fkm/ (km
ditingkatkan dimasa yang akan datang. -hiswani6.pdf).
2. Perlunya meningkatkan Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Pendidikan dan Perilaku
kerjasama antar sektor dengan kelurahan dan Kesehatan, PT. Rineka Cipta, Jakarta
kecamatan untuk menunjang keberhasilan Pengendalian tuberculosis salah satu indicator
keberhasilan pencapaian mdgs.html 2010.
program TB. hnn ://www. depkes .go.id/index.nhD/berita/pr
ess-release/1061.
Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang tahun 2002
Sujudi. Pengarahan lingkungan perumahan penduduk
penderita TB paru terhadap angka bakteri TBC
di JCabupaten Tangerang Propinsi Banten
1996, 1998, Jakarta, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Ekologi Kesehatan, Badan
Litbang Kesehatan,.

1323

Das könnte Ihnen auch gefallen